"Dhis, lo gak bakal ikut ke kantin nih?" Tawar Meicha yang memang bel istirahat sedari tadi sudah berbunyi.
"Nanti gue nyusul kalo masih ada waktu, gue mau nyamperin yang ngambek dulu" ujar Dhisa.
"Emang siapa yang ngambek Dhis?" Dea bersuara, sedangkan Rissa sudah tau siapa orang yang dimaksud makannya dia hanya diam saja.
Tentang Rissa, Minggu lalu dia sudah berbaikan dengan Tiara sang kembarananya itu.
Bahkan ayahnya pun pulang dan kini mereka menjalani rutinitas seperti layaknya keluarga harmonis.Bahkan sedari tadi pagi pun Rissa tak henti-hentinya menyunggingkan senyuman manisnya, dan ini lah yang membuat Dhisa bingung saat masuk ke kelas ketika melihat Rissa yang tak biasanya.
"Tuh, sepupu cempreng gue" tunjuk Dhisa menggunakan dagunya. Yang ditunjuk hanya diam membisu, karena sedari tadi ia melihat ke arah jendela dengan tatapan kosong.
"Ya udah kalo gitu kita duluan ya Dhis, nanti kalo emang sempet nyusul aja ya" Rissa menambah kan dan mereka pun bergegas meninggalkan kelas menuju kantin.
Setelah kepergian sahabat-sahabatnya, Dhisa pun langsung berjalan menuju tempat duduk milik Dira yang tentunya ada penghuni di sana.
"Keluar yuk, kalo jam istirahat ini semua murid gak boleh ada yang di dalam kelas" seru Dhisa. Ya memang sudah peraturan sekolah disini kalo setiap istirahat semua murid harus meninggalkan ruangan kelas.
"Ogah ah, gue pengen disini aja"ujar nya
"Ckk, ini udah peraturannya udah ayo" ajak Dhisa sambil memegang tangan DiraDan Dira pun mau tak mau mengikuti Dhisa menuju ruang musik. Dira yang diajak pun hanya memandang ruangan itu bingung.
"Elo ngapain bawa gue ke sini sih Dhis, gue ke kelas aja lah" ucap Dira malas.
"Ckk, udah disini aja sama gue, gue kan udah bilang jangan dikelas kalo jam istirahat" seru Dhisa yang sudah mengambil gitar."Emang ada sangsinya ya" tuturnya
"Nggak ada juga sih, tapi tujuannya buat menjaga aja biar gak ada barang yang hilang gitu Dira" seru Dhisa."Udah disini aja sama gue, lo inget nggak waktu kecil kalo elo ngambek sama gue suka dinyanyiin lagu" ujar Dhisa.
Dira yang mendengarnya pun langsung berbinar dan mau tak mau ikut duduk bersama Dhisa, yang sudah siap dengan gitar.
Jujur Dira memang sempat iri kenapa Dhisa begitu mahir dan pandai sekali memakai banyak alat musik, sedangkan dirinya tak bisa hanya bisa melihat dan mendengarkan saja.
Sempat ingin ikut les piano tapi dia urungkan karena memang tidak bisa. Bahkan Dhisa sendiri yang dulu waktu pernah mengajarkannya bermain piano tapi ia tidak minat sama sekali.
Bahkan ayahnya sering membandingkan dirinya dengan Dhisa. Yang membuatnya sedikit kesal dan iri.
Namun dia tak seperti orang luaran sana yang selalu iri akan kemahiran yang lebih dari apa yang ia miliki. Dia selalu senang dengan apa yang ia bisa seperti membuat cerita atau membuat semacam berita dan itu selalu di dukung oleh Dhisa.
"Oke elo mau nyanyi lagu apa?" Tanya Dhisa
"Emm apa ya, trouble is a friend" serunya"Oke elo yang nyanyi gue yang main gitarnya" ucap Dhisa
"Kok gue sih, gue kan disini yang lagi ngambeknya dan gue tentunya yang dibikin happy" tuturnya"Lagian kan suara elo emang bagus kok dir" seru Dhisa.
"Oke-oke gue yang nyanyi, awas ya kalo sampe elo ketawa"tukasnyaHal itu membuat Dhisa tertawa dan tentunya Dira pun ikut tertawa dengan perdebatan mereka. Sungguh jika mereka berpisah cuma karena pertengkaran akan seperti apa, dan hal itu membuat mereka berdua saling menyayangi dan tak mau kehilangan satu sama lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
[1]RICSHA ✓
Diversos[COMPLETED] Ini dulunya cerita ' Eric' terus aku ganti dengan ' Ricsha' Jika sikap saja saling tolak-menolak apakah hati bisa tarik-menarik? Cerita klise dari cewek bar-bar yang diam-diam suka sama pangeran sekolah, jangan salahkan jika hatinya mema...