39 [END]

1.7K 33 0
                                    

Happy reading....
_____________

Seminggu setelah kejadian adu jotos di lapangan, Alex benar-benar telah di pindahkan oleh ayahnya, tujuannya agar Alex bisa berfikir kritis dalam menyikapi masalalu yang dulu menerjangnya.

Hingga tak mudah mengambil tindakan yang membuatnya sesal di kemudian hari.

Dan jangan lupakan Dira yang sudah pindah lima hari lalu, membaut Dhisa sedikit tak semangat, walaupun Dira berjanji akan pulang ketika libur semester tiba, tentu saja hal itu membuat Dhisa benar-benar kesal akan kepindahannya yang mendadak.

"Kamu kenapa? Dari tadi cemberut aja, kalo ada masalah bilang sama aku," ujar Eric.

Mereka kini tengah berada di kantin, bersama yang lainnya hanya saja mereka sibuk masing-masing.

"Alah elo kayak yang gak tau aja tuh anak dugong kenapa!" Seru Meicha dengan mata tertuju pada layar handphone nya.

"Emang kenapa?" Kini Eric bertanya pada Meicha.

"Elo belum tau?" Bukannya menjawab Meicha malah bertanya balik.

Membuat Eric sedikit mengerutkan kening nya bingung.

"Iya emangnya kenapa?" Seru Eric sedikit gemas.

"Dira pindah sekolah," ujar Rissa yang mulai jengah dengan situasinya.

Eric hanya menggunakan kepalanya mengerti.

"Kok cuma ngangguk aja sih." Tutur Dhisa dengan tampang cemberut nya.

"Terus aku harus gimana sayang!" Timpalnya sambil memegang kepala Dhisa.

"Anjir yang udah pacaran mah beda auranya gengs," seru Meicha yang sedikit enek ketika Eric mengucapkan kata 'sayang' pada Dhisa.

Jangan tanyakan Dhisa baik-baik saja, dia bahkan sudah menutup wajahnya yang memerah padam berkat ucapan yang di lontarkan Eric.

"Alah lebay banget sampe di tutup segala tuh muka, cantik aja kagak lo," seru Meicha kembali sambil masih menatap layar handphone.

Dhisa yang mendengarnya langsung memukul lengan Meicha pelan.
"Kampret emang," ujarnya sedikit kesal.

Eric hanya menatapnya dan setelahnya tersenyum manis, hingga membuat Dhisa lagi-lagi menutup wajahnya merasa malu sendiri. Jangan tanyakan kondisi kantin saat itu juga, sungguh seperti konser dadakan, ketika Eric tersenyum manis mereka ada yang sampe jingkrak-jingkrak, memekik tertahan sambil nutup mulutnya dan ada juga yang mengigit mulut, bahkan ada yang sampe mengigit seragam temanya.

Sungguh membuat teman-teman Dhisa jengah sendiri terutama Meicha yang melihatnya.

"Itu fans-fans elo ric, pada lebay amat dah." Sambil memutar bola matanya jengah dengan sikap fans-fans Eric .

Sedangkan Eric hanya mengangkat bahu acuh.

"Gue gak peduli, yang gue peduliin sekarang adalah cewek gue," ujarnya sambil merangkul Dhisa yang masih menunduk menahan malu.

Dengan secepat kilat Dhisa langsung menyikut perut Eric.

"Aduh yang, sakit." ringisnya.

Lagi-lagi Dhisa dibuat jantungan untuk kesekian kalinya. Harap setelah ini periksa ke dokter untuk mengetahui kesehatan jantungnya.

"Idih tau lah yang udah sah jadi pacar mah beda ya, nggak?" Sahut Rio yang baru bergabung sambil membawa semangkuk baso.

"Yoi..." Ucap Dimas sekilas, namun tiba-tiba saja berteriak kencang membuat semua mata memandang nya tak lupa pula tatapan maut dari Meicha karena terkejut akibat teriakannya.

"Bella." Yang di panggil hanya memandang sekilas dan setelahnya berlalu pergi, dengan muka yang ditekuk karena sebal.

"Buhahahaha..." Semua teman-teman nya pun mentertawakan nya, termasuk Meicha yang sudah terpingkal-pingkal sambil memegang perutnya yang sakit akibat tawanya itu.

"Mampus lo," ujarnya sambil tertawa kembali.

Tak menyia-nyiakan kesempatan untuk Rio yang tak jauh dari Meicha langsung menyuapkan bakso miliknya yang memang masih utuh kedalam mulut Meicha , sontak hal itu membuat semua teman-teman nya mentertawakan Meicha.

"Mampus lo, makanya tuh mulut kalo ketawa tuh jangan lebar-lebar" sahut Dimas sambil menyeka matanya yang sedikit berair karena tawanya.

Membuat Meicha mengerucutkan bibirnya kesal. Dan sempat menimpuk Rio namun cepat dihindari nya.

Dimas pun beranjak dari tempat duduknya.
"Mau kemana lo?" Tanya Vino

"Mau ngejar masa depan dulu," ujarnya dan pergi tunggang langgang dari kantin.

Vino yang mendengarnya hanya menggelengkan kepalanya, dan langsung mengajak Dea untuk pergi dari kantin juga.

"Sa, mau kemana?" Tanya Meicha yang melihat Rissa ikut berdiri

"Mau ke kelas lah, lo mau di sini jadi kambing congek nya mereka," tukasnya dan berlalu dari kantin.

Kini yang tersisa hanya ada Eric, Dhisa, Meicha dan Rio, di meja kantin.

"Terus kita mau ngapain?" Tanyanya ambigu.

"Yang, ikut aku aja yuk," ajak Eric sambil memegang Dhisa.

Dhisa hanya mengikuti arahannya saja, mulutnya saat ini tak mampu bersuara karena efek tadi yang belum hilang juga.

Dhisa dan Eric pun pergi meninggalkan dua insan yang kini terdiam tanpa mau berbicara.

"Beginilah nasib jomblo.." lirihnya.

Rio yang berada di sampingnya hanya tersenyum tipis. Dan setelahnya beranjak meninggalkan Meicha, namun sebelumnya ia berucap membuat Meicha kesal sendiri.

"Makanya cari pacar biar gak jomblo."

"Rio, sialan." Serunya.

Membuat seisi kantin melihatnya dengan pandangan menghujat. Meicha tak peduli dengan tatapan itu dan dia pun pergi meninggalkan kantin dengan menghentakkan kakinya kesal.



"Gue doain semua semoga pada jomblo lagi..." Serunya setelah keluar dari kantin.

****

END.

[1]RICSHA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang