38

1K 27 0
                                    

"pagi semua!" Seru Dhisa ketika masuk kelas yang sudah dipenuhi banyak lautan manusia.

Hari ini mood Dhisa benar-benar sangat baik, hingga ketika sarapan pun tak henti-hentinya ia menyunggingkan senyuman manisnya.

Malam kemarin benar-benar membuatnya tak percaya, seperti mimpi tapi nyata dan itu membuatnya berkali-kali lipat bahagianya.

Hingga semua pasang mata yang melihatnya bengong tak tau apa-apa ketika Dhisa menyunggingkan senyuman manisnya di pagi itu.

"Idih gila tuh anak," seru Kinan  yang berada tak jauh darinya.

"Biasa yang lagi bahagia karena di tembak semalem mah beda, tuh kek orang gila senyum-senyum sendiri," ujar Meicha

Membuat Kinan  memkik tertahan, dan bergegas menuju tempat Meicha ingin tau cerita yang sebenarnya.

Jangan lewatkan teman kelasnya yang lain pun ikut heboh dengan berita ini.

Dhisa yang mendengarnya hanya menatapnya sebentar dan setelahnya berjalan menuju tempat duduk miliknya.

"What, elo gak bohong kan?" Tanya Kinan lagi

Meicha hanya mengangguk setelahnya.

"Ahh, pangeran sekolah kita dah gak jomblo lagi gengs, mana pacarnya si bar bar Dhisa lagi" rengek Zara

Dhisa yang mendengarnya memutar bola mata, sedikit kesal dengan ucapan Zara.

"Eh Dhis, elo pake pelet apa sih, kok ampuh gitu ya bisa jadi pacarnya Eric," Wina yang sedari tadi menyimak berucap meminta penjelasan pada Dhisa.

"Enak aja pake pelet, duit aja gak punya buat pergi ke dukun, elo ngomong asal nyeblak aja, mau gue sambit tuh mulut" ujar Dhisa sedikit garang

Membuat semua siswi yang ada dikelas tersebut terdiam, memandang Dhisa datar. Membuat Dhisa memutar bola matanya malas.

Sedetik kemudian bel masuk berbunyi dan membuat Dhisa lega sendiri, karena terselamatkan dari pertanyaan-pertanyaan teman-temannya tentang dirinya dan Eric.

"Eh tapi jangan lupa nih garatisan di kantin Bu Atun yaa Dhis," celetuk David si rambut kriting.

Dan semua yang ada di kelas pun bersorak heboh mengiyakan ucapan David. Membuat Dhisa menghela nafas pasrah. Sedangkan Meicha, Rissa, dan Dea hanya terkekeh melihat temannya yang terpojokkan.

***

Kantin saat ini penuh dengan gerombolan kelas IPS 2 yang notabenenya kelas Dhisa tentunya, jangan tanya ada apa?

Ini karena hasutan David si rambut keriting itu, yang membuat Dhisa kesal sendiri, padahal ucapannya tadi tidak iya setujui. Dasar emang temen bangke! Kalo bunuh teman itu boleh sudah sedari dulu Dhisa lakukan.

"Eh Dira gak berangkat kenapa?" Tanya Dea sambil memakan cireng yang dipesannya tadi.

"Dia mau pindah sekolah lagi," ujar Dhisa sedikit sendu.

Padahal ia dan sepupunya belum genap satu bulan bertemu, dan sekarang akan pindah lagi, itu karena desakan neneknya selaku ibu dari mama Dira yang minta agar Dira tetap bersama sang nenek.

"What.. yang bener aja!" Seru Meicha, membuat Dhisa jengah sendiri.
"Padahal baru genap satu bulan udah mau pindah lagi, kan sayang."

"Itu keinginan neneknya," imbuh Dhisa.

Dea yang hendak berucap berhenti di udara karena kedatangan adik kelas yang secara tiba-tiba, dengan nafas memburu, mungkin ia berlari.

[1]RICSHA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang