Pagi ini Dhisa berjalan santai di pinggir trotoar mengenakan seragam miliknya. Ia tak akan takut jika ia terkena hukum lagi dengan Bu Aneth walau pada kenyataannya lelah dihukum terus oleh guru yang menyandang sebagai guru BK tersebut. Toh nyatanya ia memang terlambat karena kesiangan, belum lagi ia memang di tinggalkan oleh sang abang terlaknatnya.
Tepat di depan gerbang sekolahnya kini ia tersenyum menampilkan deretan giginya yang putih pada sang penjaga sekolah. Mang Udin namanya. Dia entah berapa tahun menyandang sebagai satpam di sekolahnya.
Sedangkan mang Udin ia hanya menggelengkan kepalanya tak heran jika Dhisa selalu berangkat kesiangan bahkan hari ini Dhisa masuk pun tanpa melewati pembatas tembok dibagian belakang.
"Pagi mang Udin" sapa Dhisa
"Pagi neng" balasnya dan membukakan pintu gerbang untuk Dhisa.
"Tumben mang Udin baik hari ini" mang Udin sudah hapal betul jika Dhisa selalu berkata manis seperti ini pasti ada maunya"Sudah masuk neng, nanti dijemur lagi loh" ini nih yang disukai oleh Dhisa dari mang Udin.
Eh bukan berarti Dhisa suka om om ya apalagi kakek-kakek, dia hanya menyukai sikap sabar mang Udin yang selalu ia berikan buat Dhisa walau kenyataanya Dhisa selalu membuat kerusuhan di sekolah.
Siapa bilang Dhisa bandel, dia bukan bandel kok hanya saja dia melakukan kesenangan di masa SMA nya wajar bukan, ya walaupun tanpa sepengetahuan kedua orangtuanya.
"Makasih mang Udin, mang Udin baik banget deh" serunya dan bergegas meninggalkan mang Udin, dan menuju kelasnya.
Walaupun Dhisa malas masuk kelas ditambah lagi hari ini pelajara sejarah yang membuatnya ingin tidur saja, tapi ia urungkan niatnya untuk membolos lagi, kali ini ia akan membahagiakan mami papinya dengan caranya sendiri.
Dengan malas ia pun melangkah dan tepat di depan pintu ia ketuk pintu tersebut dan tak lupa pula mengucapkan salam ketika pintu kelasnya ia buka.
Pemandangan yang pertama ia lihat pastinya guru sejarah yang sedang mengajarnya dan beberapa pasang mata yang mengarah ke padanya dengan pasangan kaget, mencela dan lain-lain, tapi Dhisa abaikan biarkan medusa-medusa itu membencinya, tapi nanti ia akan memberikan sedikit kejutan yang membuat mereka terpukau dan membuat mereka meminta maaf atas kelakuan mereka hari ini.
Eh lagian gak ada masalah kan? Bukannya cuma di tatap doang bukan apa masalahnya? Karena itulah Dhisa benci ditatap seperti itu bahkan ada yang menatapnya seperti meremehkan semua apa yang di miliki oleh Dhisa.
"Permisi pak boleh saya masuk?" Tanya Dhisa dengan suara lembutnya
Sedangkan pak Boby hanya berjalan santai ke arahnya tanpa menjawab pertanyaan Dhisa.
"Apa yang membuatmu telat hari ini Dhisa?" Tanya nya balik hal ini lah yang tak Dhisa sukai pak Boby yang selalu mengajarnya dengan riang dan santai.
Menjadi monster ketika ada salah satu muridnya saja yang melakukan kesalahan seperti halnya Dhisa saat ini terlambat di jam pelajarannya walaupun kurang dari 25 menit.
"Eum saya kesiangan pak" uajarnya sambil menampilkan deretan giginya yang putih itu.
"Kesiangan?" Tanyanya lagi sedangkan Dhisa hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan pak Boby.
"Kenapa kamu tidak memasang alarm agar tidak ke siangan" Tutur pak Boby
"Itu dia pak saya lupa" ucapnya.Dhisa menatap murid lainnya yang tentunya tertuju pada bagian tempat duduknya yang kosong yang kini hanya ada Rissa yang sedang memandang kearahnya dan dari murid-murid lainnya juga memandang guru sejarahnya serta murid yang selalu membuat rusuh itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]RICSHA ✓
Random[COMPLETED] Ini dulunya cerita ' Eric' terus aku ganti dengan ' Ricsha' Jika sikap saja saling tolak-menolak apakah hati bisa tarik-menarik? Cerita klise dari cewek bar-bar yang diam-diam suka sama pangeran sekolah, jangan salahkan jika hatinya mema...