Hari ini Dhisa berangkat kesiangan, bahkan ia tidak sempat merapihkan pakaian yang dikenakannya, bahkan rambut pun ia ikat asal-asalan.
Kemarin setelah mengantar Dira, Dhisa tidak langsung pulang melainkan main ke rumah Dira. Bahkan mamanya Dira pun sempat tak mengizinkannya pulang.
Dan terjadilah hari ini, ketika pulang malam tadi ia tak menemukan satu orang pun di rumahnya. Revan bahkan mengabarinya lewat pesan akan menginap di rumah temannya dan mungkin dia tak akan pulang. Sungguh hari benar-benar hari yang sial bagi Dhisa.
Saat sampai depan gerbang, gerbang sudah tertutup rapat, dan tak ada pilihan lain selain memilih belakang sekolah agar bisa masuk kelas tanpa ketahuan Bu Aneth.
Namun bukan hari keberuntungannya, ketika hendak berbalik, satpam yang sering berjaga itu malah membukakan gerbangnya dan mempersilahkan masuk. Dhisa sampai kaget, ada yang aneh. Namun, ketika masuk area sekolahan, Bu Aneth sudah berada di dekat koridor sambil bersedekap dada, sambil memandang Dhisa datar.
Dhisa yang melihatnya, tersenyum kikuk.
"Pagi Bu" sapa Dhisa.
Yang di sapa hanya menghembuskan nafas kasar. Dan setelahnya berbalik menginterupsikan Dhisa untuk mengikuti nya.
"Ikut saya Dhisa"
Dhisa yang mendengarnya hanya menunduk pasrah dan mengekornya dari belakang.
Pikirannya sudah menebak pasti dihukum lagi. Dan instingnya benar, ia dihukum mengelilingi lapangan sebanyak tiga puluh putaran. Kelas yang sedang berolahraga pun terpaksa mengungsi ke lapangan basket.
Bahkan sebagian kelas masih ada yang belum melakukan kegiatan belajar, entah di sengaja atau memang gurunya belum datang, sehingga membuat mereka serentak pandangannya mengarah ke lapangan yang terdapat Dhisa, yang berlari mengelilingi lapangan sebanyak yang di intrupsikan oleh Bu Aneth. Tidak peduli. Yang jelas Dhisa benar-benar merutuki hari ini.
Bahkan teman-temannya Dhisa, masih berada di luar kelas, melihat aktivitas yang dilakukan Dhisa. Dhisa yang melihatnya hanya menggerutu tak jelas. Melihat Rissa, Meicha,dan Dea yang ketawa ngakak tanpa melihat penderita nya.
Dari kejauhan pun Eric melihat dengan tatapan yang sulit di artikan. Dan Alex yang melihat di ruangan kepala sekolah, hanya tersenyum samar, bahkan Dira dan Revan yang sedang duduk bersama di pinggir kelas Revan, hanya memandang Dhisa dengan tatapan datar, dan setelahnya Revan langsung bergegas memasuki kelasnya.
Dhisa yang melihatnya menatap punggung sang abang dengan tatapan bingung.
Setelah selesai dari masa hukumannya, Dhisa pun langsung di izinkan Bu Aneth untuk memasuki kelasnya.
Saat sampai depan kelasnya, semua penghuni di dalam kelas, yang tadinya riuh diam seketika ketika Dhisa datang memasuki kelas.
"Ck, ngagetin aja, gue kira tuh pak Bobi, yang masuk" ujar Siva yang duduk paling depan.
Dhisa yang mendengarnya hanya meringis dan melanjutkan langkahnya menuju bangku miliknya.
"Gimana hukuman elo, enak nggak?" Tanya Wina seperti mengejek.
"Elo ya selalu aja di hukum, gak malu apa, padahal elo tuh cantik Dhis, kalo aja elo rajin, pinter dikit gak neko-neko elo udah jadi ratu sekolahan" sahut Doni
Dhisa yang mendengarnya hanya menatap mereka datar. Entah kenapa, rasanya ada yang aneh hari ini, kenapa semua orang menghakimi nya. Seolah-olah apa yang dilakukan Dhisa itu membuat mereka semua malu.
Dhisa pun tak ambil pusing omongan mereka, ia langsung duduk tak mendengar kan lagi, kata-kata mereka selanjutnya.
Bahkan Rissa, Meicha, Dea dan Dira sekalipun tak menggubris perkataan teman sekelasnya yang menghujat Dhisa. Mereka sibuk masing-masing, dan tak ikut campur apalagi tak membela Dhisa sekalipun.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]RICSHA ✓
Random[COMPLETED] Ini dulunya cerita ' Eric' terus aku ganti dengan ' Ricsha' Jika sikap saja saling tolak-menolak apakah hati bisa tarik-menarik? Cerita klise dari cewek bar-bar yang diam-diam suka sama pangeran sekolah, jangan salahkan jika hatinya mema...