First Love

13K 662 48
                                    

"Assalaamu'alaikum Honey, kamu lagi apa, sekarang?," terdengar suara bariton lembut yang membuatnya terjaga. Gadis bernetra coklat itu mengerjapkan kelopak mata, menatap jam dinding di kamar yang berpendar dalam kegelapan. Jam 11 malam.

"Wa'alaikumsalam, aku ketiduran Kak. Masih belajar buat ujian OSCE besok."

Pria di seberang geleng-geleng kepala. Berulang kali sering diingatkan gadisnya untuk tidak membaca buku di kasur. Tapi kecintaannya pada bantal guling yang menemaninya tidur sejak bayi, membuat gadisnya itu sering terlelap, bisa-bisa tidak bangun hingga pagi hari.

"Belajar yang benar ya Sayang. Kalau sampai ngga lulus ujian, nanti ngga bisa wisuda. Bisa-bisa kita mundur lagi rencana nikahnya."

"Iya Kak, ini lagi belajar. Tahu sendiri kan, aku deadliner, kalau mepet-mepet belajar baru bisa masuk. Hehe."

Dirinya sangat berbeda dengan calon suaminya yang well-organized dan mempersiapkan segala sesuatu dengan penuh perhitungan. Sementara dirinya biasa dadakan dan terima beres.

"Kakak baru selesai mengajar?"

"Yes sweety, baru rampung kelas jam 10 malam."

"Awas jangan ngelirik mahasiswi cantik disana. Mesti banyak yang bening-bening." Raynan tertawa geli membayangkan wajah cemberut tunangannya yang tiba-tiba membuatnya rindu.

Hari ini dia mendadak menggantikan temannya, menjadi dosen tamu di Bandung. Tadi pagi ia baru memberitahu April, kalau harus berangkat mengajar.

"Tenang aja Sayang, hati Kakak sudah menjadi milik gadis manis yang sedang ditelpon,"

"Gombal receh deh." Gadis di seberangnya berujar ketus.

"Husshh... sama calon suami, ngomongnya yang sopan."

"Eh iya, maaf Pak Dosen. Bawa oleh-oleh ngga? Boleh titip beliin tahu tauhid sama brownies kukus?" Nada ceria gadis itu muncul bila sudah membicarakan kuliner.

"Jangan oleh-oleh makanan lah. Ntar kebaya kamu ngga muat lagi." Raynan berhasil membuat gadis itu ngomel-ngomel. SARA banget kalau sudah ngomongin body's goal.

Berbagai cara mereka lakukan untuk menurunkan berat badan dari mulai janjian jalan pagi di GOR -karena kalau lari pagi, April sering ngos-ngosan- sampai diet mengurangi karbohidrat, tapi akhirnya gagal karena mereka masih tenggelam dalam kesibukan masing-masing.

Ralat, Raynan berhasil turun 3 Kg sementara April yang sudah turun 2 Kg malah naik lagi 5 Kg karena kalau lagi stress mau ujian, teman setianya bertebaran di sekitar meja belajar. Mulai dari donat, cake coklat, sampai kentang goreng.

Ray juga masih bolak-balik ke Australia mengurus beasiswa. Setelah mereka menikah, ia akan lanjut program doktoral disana, memboyong keluarga barunya. April juga masih konsentrasi supaya bisa lulus tepat waktu program profesi dokternya.

"Kamu sudah nggak ngantuk kan?"

"Sudah lumayan berkurang. Makasih ya Kak, besok pulang jam berapa?"

"Insya Allah selesai sholat Shubuh, berangkat dari Bandung. Ini mau istirahat dulu."

"Hati-hati ya Kak."

"Terimakasih honey, yang tenang ya, mengerjakan soal ujiannya. I always pray the best and for your happiness."

April memandang wallpaper di layar ponselnya. Foto 2 cincin berdampingan saat mereka bertunangan beberapa bulan lalu.

Pria dewasa yang sejak dia kecil, menjadi tetangga beberapa blok dari rumahnya. Mereka kemudian berpisah karena Raynan kuliah di luar kota dan pria yang hobi sekolah itu melanjutkan S2 di Australia. Mereka hanya berhubungan melalui whats app dan e-mail.

Our Journey To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang