One Step Ahead

2.8K 428 4
                                    

Persiapan akad nikah tinggal beberapa pekan lagi. Dapat ditebak saat memilih model undangan pernikahan dan warna pakaian untuk akad-resepsi yang diajukan sahabat-sahabat mereka, selalu ada momen pertengkaran diantara keduanya.

"Hijau kayaknya bagus deh," April memandang kebaya dan baju pengantin pria yang ada di Butik Sakinah, milik mbak Lily, salah satu kenalan Tiara.

 "Jangan hijau. Ntar kita berdua kayak ulet keket. Akad warna putih aja, resepsi baju adat dan kebaya ganti warna gold."

 "Kan kemarin pas lamaran, sudah pakai warna putih. Ganti warna lain aja ya," April masih sibuk membolak-balik buku berisi baju-baju pengantin muslimah.

Mbak Lily yang menjanjikan bisa menjahit lewat jalur fast track, terlihat beberapa kali memijat keningnya yang tampak pusing melihat pasangan di depannya.

"Oke, aku ngikut warna pilihan April aja. Kita pulang sekarang ya." Arkan tampak kelelahan karena masih sering meeting.

Ia sengaja memadatkan jadwal demi kelancaran Hari-H akad nikahnya.

"Besok habis shubuh, jangan lupa olahraga. Jalan pagi minimal 30 menit, hitung-hitung latihan buat ibadah haji.
Kata teman yang sudah pernah berangkat, kalau sudah biasa jalan jauh, lebih ringan saat thawaf, sa'i dan melempar jumroh."

"Siiip. Bisa sekalian ngurusin badan juga." April tersenyum bahagia.

"Mana ada bisa turun berat badan instan kayak gitu. Yang ada kamu nanti sakit. Sudah kamu tenang aja, nggak usah pakai acara diet. Saya sudah nerima kamu apa adanya kok." Arkan berlalu meninggalkan April yang tertegun.

 Maksud calon suaminya apa ya, barusan? Beneran Arkan ngga minta dirinya lebih slim?

Eh memang sih, selama ini lelaki itu tidak pernah menyinggung masalah body's goal.

Hmm... Menyenangkan rasanya melihat sisi lain Arkan yang baru ditemuinya.

Our Journey To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang