Someone From the Past

2.8K 429 7
                                    

Seorang wanita cantik yang duduk di meja depan ruang pimpinannya, menelpon untuk mengabarkan seseorang datang untuk bertemu.

"Long time no see, Alan."

"Thank you Deni." Pria yang dipanggil Alan itu terlihat masih berdiri di depan pintu dengan tattoo bergambar singa dan naga di kedua lengannya.

 "Duduk, Lan. Lu tahu kan maksud pertemuan kita siang ini?" Deni bertanya retoris.

 "I have quit this dirty job, Den. I have a family right now. I don't want to disappointed my wife and my son,"

Alan yang sudah 5 tahun ini tinggal di Inggris, mendadak harus kembali ke tanah air karena teman lamanya tiba-tiba mengirimkan tiket pulang ke Jakarta.

"Just stop it now, Den. Before we both regret it. You have torture many people. Including yourself."

 "Shut up your mouth. Now you pretend like an angel in front of me, but 5 years ago you even begged me for this dirty job." Deni menarik kerah baju Alan beberapa detik, kemudian dihempaskannya.

"Alright, get out from this place, now. I will do it by myself." Deni memunggungi Alan, setelah memakinya dengan nada sarkastis.

 Tak lama Deni memanggil security untuk mengusir sahabatnya pergi. Dipandanginya pigura foto dirinya dan mempelai wanitanya yang anggun.

"Areita putri deswanti. Sampai kapan pun aku tidak bisa melupakanmu Sayangku." Dipejamkannya mata, mengingat kebersamaan mereka. Tangisanmu sungguh menyakitkanku.

 "Kenapa sih kamu malah berteman dengan anak culun kayak gitu."Saat itu Deni kelas 3 SMP dan sudah jatuh hati pada Reita yang menjadi adik kelasnya di kelas 2.

 "April baik Kak, dia pintar matematika dan sering mengajari Reita, meski katanya dia tidak suka pelajarannya. Reita ngga rela teman-teman tega ngerjain dia."

Dipandanginya dari lapangan basket, 2 gadis yang seolah kembar siam, tidak bisa dipisahkan. Reitanya yang cantik dan mungil bersanding dengan teman sebangkunya yang bertubuh gempal berkacamata.

Sungguh perpaduan yang membuatnya heran. Hingga saat gadis itu berpamitan hendak melanjutkan SMA ke luar negeri, mengikuti pekerjaan Ayahnya yang seorang diplomat.

Ia sangat kehilangan. Ia bahkan rela mundur 1 tahun lulus dari SMA untuk mengikuti program pertukaran pelajar di Australia demi dapat bertemu dengan Rieta.

Tetapi hatinya hancur saat menjumpai gadis itu sedang menyukai seorang mahasiswa asal Indonesia.

mereka bertemu saat acara ramah tamah di kantor kedutaan. Tiada hari tanpa meladeni curhatan seorang gadis muda yang sedang jatuh cinta, tapi ini satu-satunya cara agar dia tetap dekat dengannya.

Pukul 9 malam. Ia baru saja menyelesaikan paper yang akan dikumpulkannya besok di sekolah. Reita is calling. Terdengar isak tangis gadisnya.

"Kak... Reita ditolak. Kak Raynan ternyata memilih sahabat Reita, April. Reita nggak rela. Reita ingin pulang ke Indonesia saja."

Entah iblis mana yang merasukinya sehingga ia menyusun rencana jahat itu bersama Alan, teman dekatnya. Alan yang selalu bergantung padanya secara finansial, kemudian mengikuti rencananya.

Bertahun-tahun mereka merencanakan misi kotornya. Deni juga gencar meminta Papanya mengatur agar Ayah Reita segera dipindahtugaskan kembali ke tanah air.

"Den, kamu yakin dia target kita? Dia tampak seperti gadis baik-baik."

Alan menelpon Deni dari seberang bangunan SMA sambil memandang seorang gadis yang memakai baju putih abu-abu sedang menyendiri di bangku. Menunggu seseorang menjemputnya.

Tak lama seorang pria berkacamata dengan postur atletis menghampiri gadis itu.

"Ya benar Den, itu benar Raynan. Sesuai dengan foto yang kamu kirim."

"Oke, jalankan semuanya sesuai rencana. Aku akan menjemput Reita segera setelah dia pulang ke tanah air." Beberapa bulan kemudian ia menjemput kekasihnya di bandara kedatangan.

Betapa terkejutnya ia mendapatkan Reita menghampirinya sambil menangis.

Berdua mereka masuk ke dalam mobil dan disana ia menemukan hatinya sudah berserakan tak bersisa.

"Kak, maafin Reita sudah ngecewain Kakak. Reita hancur karena kecewa ditolak oleh Kak Ray, Reita sering mabuk-mabukan dengan teman sekolah dan Reita... sekarang hamil Kak. Kakak masih mau menerima Reita?" Ditatapnya perut Reita yang mulai membuncit. Deni bergetar.

"Ayo kita menikah." Pikiran gila apa yang hinggap di benaknya hingga keluar opsi itu di bibirnya. Saat gadis itu mengiyakan dan memeluknya erat, perlahan kepingan puzzle jiwanya kembali menemukan tempatnya pulang.

Biarlah waktu yang akan membasuh lukanya. Bersama gadis ini, ia yakin bisa melewati semuanya.

Enam bulan kemudian istrinya melahirkan bayi tampan berwajah bule dan semua orang seolah memandang rendah dirinya yang bukan Ayah biologis putranya. Ia tidak peduli, ia benar-benar pria yang jatuh cinta pada istri dan buah hatinya.

Namun empat tahun usia pernikahan mereka, tidak membuat hati Rieta beralih padanya. Istrinya tetap mencintai pria lain.  

Ditatapnya foto kiriman Alan. Reita memakai kartu kreditnya untuk terbang ke Australia tanpa pamitan dengannya, menghadiri wisuda S2 Raynan.

Ia sedang sibuk di kantor Papa saat pengasuh anaknya menelepon karena Miko, putra kecilnya tidak henti menangis mencari Mamanya.

Keesokan malamnya ia menjumpai istrinya menangis setelah menelpon teman sekolahnya. "April, selamat atas pertunangan kamu dengan Kak Ray. Aku ikut bahagia kamu akan menikah dengan Kak Raynan."

Hari-hari berikutnya istrinya mulai mogok makan dan itu membuatnya marah. Tanpa sengaja ia menampar pipi halus istrinya.

 "Lupakan pria itu. Ray atau Raynan, aku tak peduli siapa dia. Disini aku yang mencintaimu dengan tulus. Tapi kamu selalu mengabaikan aku."

"Fine, aku nggak butuh suami ringan tangan seperti Kakak. Aku ingin kita bercerai."

Raynan sialan, lelaki itu yang akhirnya memutus kisah mereka di pengadilan agama. Deni merasa hancur untuk kesekian kalinya.

Bahkan setelah persidangan kedua untuk memutuskan hak asuh anak, Reita pergi begitu saja tanpa membawa Miko, putra mereka yang masih balita.

Malam itu ia pun menjalankan rencananya. Aku hancur, pria itu pun harus hancur. Siapa pun yang dicintai pria itu, juga harus hancur.

Ia mengutus Alan sahabatnya, untuk mengerjai mobil yang dikendarai Raynan. Rem blong tidak akan membuat sesuatu yang fatal, bukan.

Mungkin lelaki itu hanya akan gegar otak atau masuk RS karena patah tulang yang masih bisa disembuhkan. Itu tidak seberapa dibandingkan sakit batin yang tidak ada obatnya.

Di pagi buta, ia dibangunkan oleh dering telepon.

 "Den, gawat Den. Raynan tewas di jalan tol. Mobilnya menabrak pembatas jalan. Den, janji Lu gue tagih. Lu akan kirim gue ke Inggris pekan ini juga. Gue nggak mau masuk penjara gara-gara ini."

Deni yang baru mengumpulkan nyawanya, terkejut dengan kabar dari sahabatnya.

 Oh God, sungguh ia hanya berniat mencelakai, tidak terlintas sedikitpun niatnya untuk membunuh seseorang.

Our Journey To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang