Pekan lalu Arkan kontrol ke poli umum Rumah sakit untuk ganti perban. Ia berharap April sudah mulai praktek, tetapi ia malah dapat info kalau gadis itu masih pergi ke Padang. Alhamdulillah lukanya sudah membaik tanpa komplikasi.
Hari ini ia datang lagi untuk buka jahitan. Rasa kantuk yang menderanya karena baru saja melantik manager cabangnya yang baru dan juga beberapa kali menghadiri sidang penipuan rekan kerjanya Dion. Ia memutuskan untuk merebahkan diri di jok mobil.
"Assalaamu'alaikum. San, sudah nomer urut berapa?" Ia mengutus Sandi untuk mengantrikan dirinya di Poli. Hari ini gadis yang ditunggunya sudah mulai tugas di Poli.
"Sudah pasien ke-3 Pak. Bapak siap-siap ya, antrian nomer 5."
"Oke, sebentar lagi saya kesana. Trims ya." Arkan bersiap keluar dari mobil dan masuk ke dalam lobi.
"Selanjutnya pasien ke-4, Nyonya Risna Dewi. Pasien ke-5 harap bersiap, Bapak Arkan Bagastama." Seorang perawat berseragam hijau muda mempersilahkan pasien di dalam untuk keluar terlebih dahulu.
"Tiara? Siapa yang sakit?", Sandi terkejut melihat gadis yang diam-diam mulai mengisi relung hatinya, semenjak mereka bertemu kembali di kantor yang sama.
"Eh Mas Sandi? Ini nganter Mama, asam uratnya kambuh." Tiara gadis manis berkerudung cokelat itu, mengenalkan pria di depannya kepada Mamanya yang duduk di kursi roda.
Sandi mencium punggung tangan Mama dan membantu mendorong kursi roda.
"Siapa yang sakit Mas?" di luar kantor Tiara memang memanggil akrab, karena sudah mengenal Sandi sejak di bangku kuliah. Lelaki itu pernah jadi panitia penerimaan mahasiswa baru.
"Pak Arkan, mau lepas jahitan."
"Hehe... Kasihan Mas Sandi, malah jadi calo antriannya Bos." Tiara tersenyum.
"Hush... nggak boleh ngomongin orang kayak gitu. Setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Ini buktinya, saya malah bisa ketemu kamu disini."
Sandi menjajari langkah Tiara menuju ruang tunggu ruang pengambilan obat.
"Tia, bagaimana kalau Mas aja yang ambilin obatnya. Kamu sama Mama bisa pulang duluan. Mama biar bisa istirahat di rumah. Kamu bawa kendaraan?" Tiara menggangguk.
Lelaki itu mengambil nomer antrian dan kemudian menemani Tiara turun lift menuju tempat parkir.
Dari lobi lantai dasar, Arkan naik lift menuju poli lantai 3. Ia sampai tepat saat pintu terbuka dan namanya dipanggil.
"Pelan-pelan," Arkan menahan nyeri saat gadis yang mengenakan jas putih, membuka perbannya."Bisa disuntik bius lagi ngga, supaya ngga sakit pas lepas jahitan?" April tergelak.
"Lebih sakit kalau dibius lagi. Oke, Tarik napas, baca do'a." April seperti meladeni seorang pasien anak kecil yang merajuk.
Dalam hati Arkan mengiyakan permintaan April untuk berdo'a.Ya Allah, jadikanlah gadis ini jodohku. Aamiin.
Arkan tersenyum jahil melihat betapa serius wajah April dengan pinset dan gunting di tangannya.Suster Rika, perawat yang menjadi asisten, juga memperhatikan pemandangan itu. April menghitung jumlah benang yang telah dilepasnya.
"Alhamdulillah sudah selesai. Ini benangnya, sesuai jumlahnya dengan yang dijahit kemarin, jangan kena air dulu hari ini ya."
"Siip," Arkan memandang takjub lengannya dengan bekas jahitan yang nyaris tidak terlihat.
"Terimakasih ya," lelaki tampan di depannya itu duduk dan menurunkan gulungan lengan bajunya.
Entah kenapa April senang mendengar ucapan terimakasih dari lelaki itu. Tampak tulus.
Dia pernah mendengar cerita Tiara, kalau dulu Bosnya jarang menggunakan kata-kata ajaib seperti "maaf, tolong dan terimakasih."
"Oke Pak, semoga cepat membaik dan jangan berantem lagi sama preman." April berdiri dan bersiap mempersilahkan lelaki di depannya keluar.
"Sudah, gitu aja Pril? Nggak ada oleh-oleh dari Padang?" April terperangah. Gawat, dia sama sekali nggak sempat membeli sesuatu pun dari kota jam gadang.
"Bercanda, kamu serius banget sih. Saya tahu kamu ngga hobi belanja. Sebentar ya, saya ambil sesuatu buat kamu, ketinggalan di luar." Tak lama Arkan masuk dengan tentengan berisi bandeng asap, almond crispy dan sambal khas ibukota Jawa Timur.
"Ini buat kamu, kemarin saya ada urusan kantor di Surabaya. Salam buat Bunda ya." Lelaki itu pamit pergi disambut deheman Suster Rika.
"Dok, calon suami idaman banget ya? Tiba-tiba jadi inget suami di rumah. Kang Deni juga perhatian gitu orangnya."
"Mbak, aku lupa belum ngucapin terimakasih." April yang masih kaget menerima kejutan manis dari lelaki itu, segera meraih ponsel dan mengirim pesan ke Bos Arkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Journey To Love
Romansa(Cerita Pertama di Wattpad) Perjalanan dua insan merajut cinta menuju ikatan yang suci. Akankah rasa itu hadir ketika mereka berdua bertemu sebagai dua sosok yang berbeda sifat dan kepribadian? Apakah mereka akan terus bersama, ketika kisah masa l...