Baby Uwais

3.5K 498 16
                                        

"Congratz for the baby boy."Tulisan cantik berhias pita biru muda tampak menghias kamar perawatan 302.

Sebenarnya tadi April sudah janjian dengan Tiara dan Farah. Tadi dia masih operan pasien dengan dokter jaga shif berikutnya.

Jadilah dia terlambat dan sendirian kesini. Ustadzah Dewi sudah lebih awal menengok, menjadi kebiasaan baik yang diteladani oleh murid-muridnya.

Diketuknya pintu perlahan, seraya tidak lupa mencuci tangannya dengan Alkohol hand's rub yang ada di depan pintu.

"Assalaamu'alaikum, mbak Rahma. Ganggu nggak?"Seraut wajah muncul dari balik pintu.

"Wa'alaikumsalam. April ya? Sebentar ya, ini lagi ganti pakaian." Tak lama tirai pun terbuka. Terlihat Mas Rendi sedang merapikan kain kerudung istrinya.

April mengucapkan selamat kepada pasangan yang telah resmi menjadi Ayah Bunda untuk bayi pertama mereka. Dipeluknya Rahma, yang membalasnya dengan kecupan di pipinya yang terasa hangat.

"Masih sakit mbak?"

"Hmm... Sedikit, tapi rasa sakitnya hilang pas melihat anak sholeh lahir. Perjuangan Pril, 2 hari mules-mules di rumah. Untung besok Ayahnya masih cuti."

"Lahir normal atau operasi mbak? Tadi pas baca kabar di grup kalau mbak sudah lahiran, April langsung kesini. Belum baca chat lengkap."

"Alhamdulillah normal. Ini baby Uwais habis disusui, bobo. Kayaknya lagi dimandiin. Sebentar lagi baby show di dekat nurse station."

Mas Rendi masih setia duduk di samping istrinya, sambil memijat pundak mbak Rahma. Couple's goal banget ini. Mbak Rahma yang ceriwis dan Pak Dosen yang kalem.

"Maaf ya, cuma bisa membawakan ini, " April mendadak teringat barusan meminta tolong pak satpam membawakan kado yang ditaruhnya di depan pintu. Didorongnya kado berukuran besar seukuran kardus televisi, bermotif gambar kartun mobil-mobilan.

"Isinya stroller ya Pril? Alhamdulillah, kebetulan kami belum punya." Rendi menebak isinya. Rahma mencubit lengan suaminya yang kadang terlalu polos. April mengacungkan jempol dan tersenyum.

"Aku mau lihat babynya, boleh ya." April pamit keluar. Ada tujuh bayi yang sedang tidur menghadap ke ruang kaca. Lucunya, mana ya anaknya mbak Rahma?

"Subhanallah, gantengnya," ditatapnya bayi yang tidur di box bertuliskan Bayi Ny Rahma Ramadani. Bibirnya mungil, rambutnya hitam tebal tersembunyi di balik tutup kepala berwarna biru, pipinya montok kemerahan.

"Iya memang ganteng ya, Rendi junior," April memandang bayangan kaca di depannya. Sosok pria tinggi menjulang tiba-tiba sudah berada di dekatnya.

"Lho... Pak... Arkan? Kok bisa disini?"Tak lama ayah baby Uwais datang menghampiri mereka berdua.

"Thank you Bro, sudah sempatin datang. Padahal kamu lagi sibuk," Rendi menghampiri dan menepuk pundak sahabatnya.

"Oya April, kenalkan ini Arkan, sahabat saya sejak SMA. Ar, ini April, teman pengajian istriku." Mereka berdua berakting seolah-olah baru pertama kali bertemu.

"Ini gue bawa kado, buat si kecil." Arkan membawa kado bermotif mickey mouse.

"Ya ampun Ar, ini stroller juga?" Rendi melirik April sambil menahan tawa.

"Iya, stroller kan bisa kepakai lama."

"Kalian sehati banget ya, kasih kadonya." Rendi tersenyum melihat wajah sahabat istrinya yang memerah.

"Oh ya sudah, daripada mubazir punya 2 stroller, nanti Lu kasih kado 1 buat anak gue sama April," Arkan tidak tahan mengembangkan lesung pipinya melihat wajah gadis di sebelahnya berubah mode salah tingkah.

"Maksudnya Pak?"Gadis itu tiba-tiba pamit menjauh dan memilih kembali ke kamar Rahma.

"Gimana Ar, sudah ada kemajuan belum, hubunganmu sama April? Kayaknya kalian mulai akrab ya, meski kamu memang rada ngeselin."

"Haha... Gue senang aja ngebuat dia marah." Arkan masih menatap baby Uwais yang masih anteng tertidur.

"Buruan cari Ibunya, kalau pengen punya satu yang kayak gitu," Rendi berhasil membuatnya sadar dari lamunan.

Entah kenapa pikirannya jadi tertuju ke gadis yang tadi berhasil digodanya.

Our Journey To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang