I Miss You So Bad

2.9K 432 10
                                    

*Arkan Pov*

Dipandanginya cincin platinum putih bermata berlian yang melingkari jari tangannya.

Godaan terberat setelah proses pinangan adalah menahan rindu untuk mendengar suara calon istrinya. Padahal mereka baru berpisah delapan jam.

Tidak terbayangkan bila nanti mereka harus long distance relationship 40 hari. Ia memutuskan untuk menelpon.

"Nomer yang anda tuju, sedang tidak aktif. Silahkan meninggalkan pesan setelah nada berikut ini." Sudah lima kali ia menelpon, namun tidak diangkat.

Keenam kalinya malah hp gadis itu tidak aktif. Besok ia akan mulai dengan perjanjian, ponsel mereka berdua harus selalu aktif 24 jam.

Baru jam 10 malam, apa iya gadis itu sudah tidur. Biasanya kalau dokter betah bergadang sampai larut malam.

Arkan menyandarkan punggungnya di tempat tidur, mereview kembali kontrak kerjasamanya dengan perusahaan Direko Logistik.

Rekanannya yang akan mengantar alat medis ke cabang perusahaannya di Surabaya dan Balikpapan.

Sudah dua kali ia bertemu dengan Deni Putradi, owner perusahaan Direko. Lelaki itu kerap membawa putra semata wayangnya jika mereka meeting.

Putranya akan sibuk bermain di playground bersama pengasuh. Melihat bocah tampan berambut coklat dan bermata biru itu, semakin memotivasi keinginannya untuk menikah.

Tahun depan usianya sudah 36 tahun. Semoga Yang Diatas berbaikhati segera memberinya momongan.

"Halo, Assalaamu'alaikum, " Arkan mengangkat telepon, nomer yang tidak dikenal. Namun dia mulai hafal suara sopran di seberang yang dinantinya.

"Kak, tadi telponkah? Maaf ya, tadi mau diangkat, terus HPnya mati. Ini lagi pakai hp punya Melati."

"Nggak ada powerbank?"

"Ada, tapi sudah rusak. Padahal sudah beli yang lumayan mahal, baru beberapa bulan sudah nggak bisa dipakai. Kata Okto, mungkin baterai HPnya yang harus diganti."

 "Sudah coba beli baterai baru?"

"Sudah, cuma barangnya masih indent."

 "Besok-besok kalau saya kirim pesan, dibalas ya. Kalau ditelpon diangkat." Arkan mulai menunjukkan sifat posesifnya.

"Iya, tapi kalau pas nggak diangkat, jangan marah. Itu berarti aku dah tidur."

"Melati lagi nginep di rumah?"

"Nunggu dijemput suaminya. Bang Haikal sudah dari tadi sih, perjalanan dari bandara. Kasihan Mel lagi muntah-muntah."

"Dia lagi hamil?"

"Iya, biasanya morning sickness. Tapi Mel mual muntah tiap habis Isya. Ini lagi dipijetin."

 "Semoga nanti kalau kamu hamil, baby-nya nggak nyusahin ya."

 "Hah? Gimana Kak, maksudnya?", kadang untuk urusan ini, daya tangkap April mengalami penurunan.

"Ngg.... Nggak, ngga papa."

"Kak, udah dulu ya. Kayaknya sudah ada suara Bang Haikal di ruang tamu. Assalaamu'alaikum."

Apa-apaan nih, baru mengobrol sebentar, gadis itu dengan santainya menutup telepon.

Ia masih ingin mendengar suara calon istrinya. Berat ini berat. Arkan menghubungi sekertarisnya.

"San, teman kamu ada yang punya Olshop ponsel?"

            

*) Olshop=Online shop=toko belanja
online

Our Journey To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang