The Day

2.9K 458 28
                                    

April merapikan gamis biru muda yang menghiasi penampilannya pagi itu.

Suasana khidmat berlangsung setelah Ustadz Baihaqi menyampaikan nasihat bahwa setelah proses khitbah, baik Arkan dan April adalah dua orang asing yang belum halal untuk berduaan.

Karenanya mereka harus dapat menjaga hati, pandangan dan pergaulan sehari-hari.

Kabar berikutnya disampaikan oleh Ustadz bahwa tidak lama lagi April akan berangkat sebagai petugas pendamping jama'ah haji.

Rasa haru bercampur sedih memenuhi hati kecil Arkan, karena April lebih dulu pergi ke tanah suci, tanpa dirinya.

Ia tidak bisa membayangkan calon istrinya akan menjalani tugas sekaligus ibadah, jauh dari keluarga.

Namun sesuai percakapan mereka saat ta'aruf, jika mereka nanti berlanjut ke jenjang pernikahan, mereka akan saling mendukung satu sama lain, terutama bila itu menyangkut kebaikan orang banyak.

April dan kedua sahabatnya mendengar nasihat Ustadz dari balik pintu kamar.

Melati masih merapikan pipi April dengan pulasan bedak.

"Cantik Say. Duh, mau dong jadi calon suaminya April," Dee menggoda yang disambut dengan jitakan April.

"Aduh, laper. Lupa kalau belum sarapan." April memegang perutnya yang terasa perih.

"Lha, tadi pagi bukannya sudah sarapan roti tawar 2 tangkep."

"Hehe... Iya tapi belum makan nasi." April nyengir, memamerkan deretan giginya yang berbaris rapi.

"Sini sini, disuapin. Kapan lagi nyuapin bayi besar, sebelum jadi istri orang." Diandra mengambil nasi kotak yang sudah tersedia di pojok kamar. Baru beberapa suap, terdengar pintu kamar diketuk.

"Kak, sudah waktunya tukar cincin." Terdengar suara lembut Bunda. Melati membantu membukakan air mineral supaya April nggak kehausan.

"Gimana nih, kebelet pipis lagi."

"Udah buruan ke kamar mandi dulu." Melati mendorong April ke kamar mandi.

"Sebentar ya Bun, sebentar lagi April keluar." Dee mengintip dari balik pintu. Tak lama kedua sahabatnya menggandeng April keluar.

"Ar, nggak usah memandang sampai nggak berkedip kayak gitu. Belum halal."

Rendi menyenggol bahu Arkan yang masih takjub menatap Oma yang sedang memakaikan cincin ke jari manis April yang mengenakan sarung tangan berenda putih.

Gadis itu mencium punggung tangan Oma dan Oma menyambut dengan pelukan dan ciuman di kedua pipi.

Bergantian Bunda Ana memakaikan cincin ke jari Arkan yang telah dianggap seperti putranya sendiri. Mereka masih duduk berseberangan.

"Ar, April manis banget ya. Lebih manis dari buah kelengkeng yang lagi gue makan." Liam berbisik dari balik bahu kekar Arkan.

Arkan hanya menggangguk namun sebenarnya ia tidak fokus dengan perkataan sahabatnya.

Ia jadi tersenyum sendiri mengingat pertemuan awal dengan April, miss jutek dan sikapnya sendiri 11-12 menyebalkan.

Selanjutnya pembahasan kesepakatan kedua keluarga mengenai tanggal pernikahan.

"Kalau diijinkan, saya mengajukan permohonan bulan depan untuk akad nikah sebelum April berangkat tugas dan resepsi menyusul sepulang dari tanah suci." Ucapan Arkan mengurai senyum dan riuh di antara kedua keluarga. Bahkan gadis di depannya juga terkejut.

"Memangnya nggak kecepatan ya?" April spontan berkomentar, mengundang tawa kedua keluarga.

"Supaya kalau saya mau menemani untuk persiapan April ke tanah suci, kami sudah halal dan nggak ada fitnah." Kedewasaan Arkan dalam berbicara mengundang kekaguman beberapa sanak keluarga.

"Bunda mengikuti Kakak aja, bagaimana baiknya." Bunda memandang April penuh harap.

"Hmm... Ya sudah, Insya Allah April nurut dengan Pak Arkan." Ucapan hamdalah memenuhi atmosfir ruangan, menandakan prosesi acara telah usai.

Sandi yang diminta Arkan untuk menjadi pembawa acara, mempersilahkan kedua keluarga untuk menikmati hidangan yang telah tersedia.

April terdiam seraya menepuk pipinya di depan kaca kamar mandi. Dia tidak yakin apakah dia siap menjadi istri 1 bulan lagi.

Waiiitt.... 30 hari lagi dia akan menikah, sementara dua minggu lagi dia akan pelatihan petugas haji di Ciloto dan bulan depan pelatihan di asrama haji Bekasi.

Kebayanya bahkan belum jadi, dia juga belum perawatan pra-nikah,  belum diet buat nurunin berat badan, dan belum urus apapun ke KUA. Oh tidaaaak....

April keluar dan wajah pucatnya tertutupi oleh rona bahagia karena sahabat-sahabatnya datang.

Diandra, Melati, Tiara, Farah, dan teman-teman pengajiannya bergantian memeluknya dan mengucapkan selamat.

Diandra menulis sesuatu di kertas dan memberikannya ke calon pengantin wanita.

"1.Mengurus surat ke KUA= Dhika

2. MC Akad nikah = Sandi

3. Dekorasi + Hiburan = Liam & Dee

4. Undangan = Rendi & Rahma                 

5. Baju untuk akad + seragam = Tiara + Farah

6. Perawatan pra nikah = Melati

7. Dokumentasi = Temannya Babang Haikal

8. Arkan- April = Duduk manis, banyak do'a."

April terpana melihat kertas yang dibacanya. Dipeluknya erat sahabat-sahabatnya.

You are all the best.

Our Journey To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang