A Big Decision to make

2.7K 432 5
                                    

*April home*

"Selamat ulang tahun Kakak sayang," selesai sholat zhuhur berjama'ah, Bunda memeluknya penuh sayang.

Tak lama kedua adiknya yang telah pulang sholat Jum'at juga muncul membawakan kue ulangtahun.

Fix, keluarganya ini jago ngerjain orang, karena sejak tadi pagi sengaja dia dicuekkin sampai-sampai Bunda nggak masak buat sarapan hingga dia kelaparan.

Berempat mereka berkumpul di ruang santai keluarga dan Okto memimpin do'a Surah Al-Fatihah untuk kakak tercintanya.

Ujung-ujungnya ditambahkan ekstra do'a, "Semoga kakakku nggak jutek lagi dan bertemu jodohnya tahun ini. Aamiin." April balas mencubit gemas Okto yang masih cengengesan.

Sedihnya ulangtahunnya kali ini tanpa kehadiran Diandra dan Melati.

Dee hari ini sedang ikut tes potensial akademik untuk melanjutkan S2. Melati sedang umroh dengan suaminya. Semalam pukul 00.01 waktu Indonesia, mereka sudah videocall.

"Assalaamu'alaikum Sweety, beneran hari ini mau ketemuan ya?" Melati tersenyum di depan pintu hotel tempatnya menginap.

"Wa'alaikumsalam. Tahu dari mana Mel?"

"Bunda kemarin yang kasihtau, kata Bun diminta semangatin kamu. Soalnya Bunda tuh kayaknya dah cocok banget sama Pak Arkan."

"Gue juga tahu dari Okto. Katanya kamu deg-degan ya? Well Dear, no secret between us, you know?" Diandra lanjut tertawa-tawa memamerkan lesung pipinya.

"Lumayan deg-degan. Nggak pernah merasa siap untuk menikah.
Masih takut ia terpaksa menikah karena permintaan Oma. Padahal segudang perempuan cantik sudah antri buat jadi calon istrinya." April mendesah pelan.

"Nggak boleh ngomong gitu Say. Pak Arkan tuh lebih tua 5 tahun dari kamu. Pastilah di kepala pria matang seperti dia, serius mencari calon istri. Sudah nggak mungkin main-main lagi. Mungkin kalian memang jodoh."
Diandra memberinya nasihat.

April mengaminkan dalam hati. Semoga dia pun segera mendapat petunjuk.

Our Journey To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang