Forget to Forgive

3.8K 454 11
                                    

Meira memijat lengan suaminya yang semakin mengecil karena lama berbaring di tempat tidur.

Sudah beberapa hari ini suaminya bertambah lemah usai kemoterapi karena kanker usus. Dengan telaten dia mengganti kantung colostomy yang terpasang di perut suaminya.

"Pa, sehat terus ya Pa, beberapa minggu lagi Arkan akan menikah. Putra kita pasti akan bahagia bila kita berdua bisa menyaksikannya mengucapkan ijab kabul.

Nanti Papa bisa latihan pakai kursi roda." Meira menahan isak, dia harus kuat demi keluarga yang telah dibangunnya dengan penuh cinta.

Teringat saat anak mereka masih duduk di bangku SD, datang seorang wanita muda yang mengaku simpanan suaminya.

Suaminya yang tidak pulang berhari-hari dengan alasan lembur di kantor, namun dia berusaha saling percaya dan menguatkan kasih sayang di antara mereka berdua.

Saat suaminya akhirnya didiagnosa kanker usus, wanita muda gila harta itu pergi begitu saja.

Belakangan suaminya bercerita bahwa wanita itu sudah menemukan pria lain yang lebih kaya. Berdua mereka saling memeluk saat suaminya menyatakan penyesalan karena ia telah mengkhianati istri yang selalu setia padanya.

"Mei, aku mengantuk, bolehkah aku tidur sebentar?" Meira mengangguk lemah menatap suaminya yang masih tersenyum tipis dan menggenggam jemarinya lembut. Ia kemudian memanggil putranya untuk menyusul ke dalam.

"Istirahatlah, Pa." Diciumnya jemari tangan suaminya yang mulai terasa dingin.

Meira dan putranya yang kemudian datang, membisikkan kalimat syahadat untuk membimbing Papa pergi dengan tenang menghadap Rabbnya.

"Pa, impianmu tercapai sudah. Allah melebur dosa-dosamu dengan keshabaran atas penyakitmu. Papa bisa kembali kepada Allah, dikelilingi keluargamu tercinta. Love you Papa."

Tak lama alat monitor jantung yang terpasang menunjukkan garis lurus. Inna lillahi wa inna ilaihi rooji'uun. Selamat jalan suamiku.

April menghapus air matanya yang mulai menggenangi kelopak matanya.

Sudah berhari-hari dia menghabiskan separuh harinya dengan membaca novel-novel pernikahan.

Kisah yang dibacanya kebanyakan adalah kisah nyata pembangun jiwa yang rapuh seperti miliknya.

Terlebih lagi tokoh bernama Arkan, lagi-lagi mengingatkan akan sosok lelaki yang telah meminangnya.

"Hai..." April mengangkat wajahnya. Dia sedikit terkejut melihat sosok Deni sudah berdiri di depannya.

"May I sit here? Hmm... aku tahu dari pengasuh Miko, terakhir kali kalian bertemu disini. Hanya menebak apa mungkin kamu hari ini disini." April mempersilahkan pria di depannya duduk.

Sejak pria itu dekat dengan Areita, dia telah menganggap Deni seperti kakak baginya.

"Miko titip salam untuk tante dokter." Deni mengawali pembicaraan yang terasa canggung diantara keduanya.

"Salam balik Kak. Kalau bulan depan proyek April sama teman-teman sudah jadi, Miko diajak ke rumah senyum ya." April dengan semangat menceritakan rumah senyum yang bisa menjadi alternatif tempat bermain untuk si kecil Miko.

"Kami belum bisa berkunjung kesana. Maaf ya. Kami akan berangkat ke Kanada hari ini. Ada urusan keluarga yang harus diselesaikan."

"Kok Reita nggak ikut kesini, Kak?"

"Kami sudah bercerai dua tahun lalu." Lelaki itu menghela napas berat.

"Hm... April, maafkan saya. Semuanya terlalu rumit untuk diceritakan. " Deni menuturkan sesuatu yang membuat April kemudian terhenyak.

Our Journey To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang