The Blessing of Marriage

8.7K 531 78
                                    

"Cantik, bangun....", diusapnya lembut kelopak mata istrinya.

"Hmm...," wanita di sampingnya itu kembali membenamkan wajahnya di bantal yang empuk.

"Sudah mau adzan Shubuh," ia berbisik seraya mencium pipi istrinya yang memancarkan aroma khas bedak bayi.

"Hmm... jangan dekat-dekat. Aku belum sikat gigi." April terduduk sambil memejamkan mata.

Tak lama dia berdo'a setelah bangun tidur. Arkan tersenyum geli melihat istrinya berjalan menuju kamar mandi dengan wajah masih mengantuk.

Hidupnya bagaikan warna pelangi setelah 24 jam lalu mereka telah mengikat ikatan kokoh pernikahan.

Ia masih takjub saat bangun tidur, sudah ada istri yang memeluknya.

"I love you," direngkuhnya erat istrinya, setelah sholat Shubuh berjama'ah. April menjawab malu-malu dengan kalimat yang sama.

"Ayo, lari pagi bareng." Arkan berjalan ke lemari dan menyiapkan pakaian olahraga 'couple'.

"Kalau nanti aku ngga kuat lari, boleh jalan kaki aja ya." April menawar karena sebenarnya dia ngga hobi olahraga. Arkan mengiyakan.

Akhirnya mereka berdua memutuskan jalan santai. Mereka menyusuri pekarangan rumah dan saling bergenggaman tangan.

Diselipkannya earphone ke dalam kerudung istrinya dan April juga membantu memasangkan ke telinga suaminya.

Bersama mereka mendengarkan lantunan dzikir Al-ma'tsurat yang akan menghiasi hari penuh cinta.

April menyiapkan sarapan pagi nasi goreng istimewa untuk suaminya tercinta. Pagi ini dia sudah segar setelah menghabiskan waktu jalan pagi bersama.

Arkan meminta mereka makan di teras belakang, menikmati udara pagi yang sejuk.

Dia mengerahkan segenap kemampuannya untuk memasak. Semoga hasilnya tidak mengecewakan.

Arkan bergantian membersihkan diri. Dipandanginya handuk dan pakaian kotor yang masih tergantung di kamar mandi. Terbit rasa kesal karena ia adalah pecinta kebersihan dan kerapian.

"Love, where are you?" ia menuruni tangga dan menjumpai istrinya sedang berkutat di dapur.

Dipeluknya punggung istrinya dan diletakkan dagunya seraya berbisik sambil menenteng handuk dengan motif bunga-bunga warna pink.

"Sweetheart, ini jangan ditaruh di kamar mandi ya. Ada tempat pakaian kotor di belakang pintu kamar mandi. Jemuran handuk di balkon kamar."

"Oya maaf, aku nggak perhatiin tadi." April mencium pipi Arkan lembut, seketika meredakan amarah suaminya.

"Ada daun bawang..." Arkan memandang geli sisa-sisa bumbu dapur yang menempel di dahi istrinya.

Ia hendak gantian mengecup istrinya, namun April malah kabur dengan lincahnya.

"Selamat makan, aku mandi dulu ya. Bau dapur."

"Serius, mandi lagi? Mau sarapan bareng aja. Jangan lama-lama mandinya."

"Iya Miqu, " sejak akad nikah, April memanggil Arkan dengan panggilan Miqu dari kata suamiqu.

Terdengar aneh, tapi Arkan menyukainya. Menandakan ia adalah pemilik hati istrinya, seutuhnya.

April masih memandang takjub sabun dan shampoo branded yang tersusun rapi di kamar mandi mewah seperti di suite room hotel bintang lima.

Dia memilih kaos longgar polkadot dan celana tigaperempat. Dimatikannya pendingin kamar yang membuatnya menggigil saat keluar dari kamar mandi.

Ah iya, dia hampir lupa meletakkan handuk yang telah dipakainya. Dia mulai mengingat-ingat kebiasaan jeleknya yang berpotensi membuat suaminya naik darah.

Tak lupa dia memakai bedak bayi di wajah dan lehernya. Tersenyum dia membayangkan kejadian tadi pagi.

Dia seperti bermimpi bangun tidur sambil memeluk lengan kekar suaminya dan bergelung seperti ulat dalam kepompong. Begitu cepat rasa cinta itu hadir di antara mereka.

April menyusul suaminya untuk makan pagi bersama. Another surprise, sudah ada sepiring brokoli dan jamur dengan asap mengepul di samping dua piring nasi goreng.

Dia tidak menyangka suaminya juga bisa memasak. Mereka mulai makan sambil membaca do'a.

"Aaa..." Arkan menyuapi istrinya dengan sayur favoritnya. April menggeleng. Arkan tahu istrinya tidak terlalu suka sayur. Terbukti dengan sarapan pagi mereka yang 'high calori, high protein'.

"Love, come on. Ayo makan ini, enak kok." April hampir menangis walaupun akhirnya dia membuka bibir mungilnya. Dia mulai mengunyah brokoli.

"Wow, beneran enak. Miqu pintar masak."

"Alhamdulillah, aku akan membuat kesayanganku ketagihan makan sayur."

"Kenapa? Aku makannya berantakan ya?" April tersipu melihat suaminya menatap intens.

"Kamu tambah cantik kalau lagi makan." Arkan sengaja menyatakan kekagumannya.

"Lebay banget sih Miqu." April mengelus pipi suaminya.

Acara sarapan pun berjalan lebih lambat karena kemudian mereka akan bercanda dan kemudian saling berpelukan.

Terimakasih Ya Allah, atas kebahagiaan dan keberkahan dalam keluarga kami. Jadikanlah kami termasuk hambaMu yang senantiasa bersyukur.

Sometimes we don't get what we want, but Allah always gives what we need.


                       * THE END *

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                       * THE END *

Our Journey To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang