True Friendship

2.9K 474 7
                                    

 *April's side*
   
Mendung memayungi langit di atas bandara Soekarno-Hatta. 90 menit sebelum keberangkatannya, Aldo menarik napas. Gadis itu ternyata belum bermurah hati memaafkan dirinya.

"Kamu kurusan Al." Aldo mengenali sepatu kets putih yang berdiri di depannya.

Ditengadahkan kepalanya menatap tak percaya. Gadis itu benar-benar muncul di hadapannya.

 "Kamu gemukan Pril. Senang kayaknya jauh sama gue." canda Aldo. Berdua mereka tertawa, mengurai jarak yang selama ini terbentang.

 "Jangan pernah benci gue, kalau akhirnya gue harus jujur. Mungkin kamu memang benar pelarian gue. Tapi rasa sayang gue benar-benar tulus."

Aldo memandang lekat terakhir kalinya gadis itu, lega dia telah menyampaikan isi hatinya meski lidahnya berat untuk menyampaikan.

Rasa kecewa di hatinya karena penolakan April sedikit terobati dengan hadirnya gadis ini di dekatnya.

April sudah istikhoroh dan mengatakan kalau memang mereka berjodoh, maka prosesnya akan dimudahkan. Namun kenyataan berkata lain, bahkan Mamanya sendiri yang menghalangi keputusannya.

"Jaga diri baik-baik disana Al. Ini supaya kamu nggak lupa sama Allah." April memberikan sebuah Al-Qur'an kecil bersampul biru.

Dari sekian banyak orang yang pernah dekat dengannya, hanya gadis ini yang memberikan sesuatu yang bermakna untuk hidupnya.

 "Aku tahu suatu saat nanti kamu akan menjadi dokter Spesialis Anak yang hebat, sesuai cita-cita kamu." Bersama mereka duduk memandangi awan kelabu yang perlahan beranjak pergi, tergantikan oleh lembayung senja.

 "Terimakasih ya, sudah datang kesini. Terimakasih juga sudah memaafkan Mamaku."

"Aku nggak datang sendirian kok. Kamu tunggu ya, sebentar lagi mereka pada datang. Hmm... Nah itu dia," April menunjuk Yaris biru yang dari kejauhan, mulai mendekat dan berhenti di depan mereka.

Darma, Sita, Frans, dan Gadisa berhamburan keluar dari mobil dan sempat saling menyalahkan karena sebelumnya mereka salah terminal keberangkatan.

 "Safe the best for last Bro," Frans menepuk bahu Aldo.

 "Syukurlah belum boarding. Tahu nih, gegara Kak Darma jadi nyasar kita," Sita mengomel sambil melirik lelaki berkacamata di sebelahnya yang terlihat santai meski semua mata tertuju padanya.

Disa membuka kotak yang mereka bawa, blackforest buatannya spesial untuk melepas kepergian seniornya tercinta. Cantik-cantik ala fotomodel, Dia pintar masak untuk persiapannya melepas masa lajang.

"Gimana cara gue bawa ini ke pesawat?" Aldo melihat kue berlapis coklat dengan hiasan strawberry di dalam kotak kue berukuran 50 x 30 cm.

"Siapa bilang ini buat dibawa ke pesawat? Ini buat makan bareng disini." Frans sengaja mengambil whipped cream dan mengolesnya ke wajah Aldo.

Berdua mereka kejar-kejaran seperti mengulang masa kecil yang kurang bahagia.

Panggilan pertama boarding pesawat yang akan membawa Aldo ke belahan bumi lain, terdengar saat mereka masih asyik berfoto bersama dalam tawa karena wajah masing-masing berlumur cream dan cokelat.

What a true friendship afterall.

Our Journey To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang