The Cloudy Heart because of Her

3.1K 483 12
                                    

*Arkan Pov*

Akhir-akhir ini mendadak aku jadi uring-uringan. Bahkan di akhir rapat sesekali nadaku meninggi.

"Angka penjualan produk infuse pump dan tempat tidur pasien untuk cabang di Surabaya, menurun di bandingkan bulan lalu. Harus ada strategi baru untuk tim pemasaran. Pak Rudi dan tim, saya tunggu inovasinya." Arkan menutup rapat sebelum emosinya memuncak.

Sudah 2 minggu ini April sulit dihubungi. Sepertinya gadis itu sengaja menghindarinya. Apa masih salah paham sejak pertemuan mereka dengan Kinara.

Masak pesan di hp hanya dijawab, 'maaf masih sibuk", "Hmm...", "Oooh". Apa-apaan nih, saking penasarannya ia akhirnya mengirim pesan ke Bunda.

"Assalaamu'alaikum Bun, April lagi sibuk apa sih?" 1 jam... 2 jam... Bunda baru membalas.

"Wa'alaikumsalam. Maaf Nak Arkan, Bunda baru selesai masak. April lagi mendaftar jadi petugas haji. Baru sibuk mengumpulkan berkas untuk seleksi administrasi." Arkan terkejut namun tetap senang mendengarnya.

"Beneran Bun? Kok dia nggak cerita-cerita ya."

"Dia daftar diam-diam. Bunda aja nggak tahu. April mungkin mau cerita tapi Nak Arkan katanya lagi repot persiapan menikah sama calonnya." Arkan terperangah. Ia kemudian menelfon Bunda.

"April salah paham Bun. Saya belum ada rencana menikah kok. Kapan April pengumuman seleksinya, Bun?"

"Belum tahu juga Nak, April juga belum cerita. Tapi kalau diterima, bakal tugas lama juga disana. 40 hari.

Bunda juga antara bahagia sama sedih. Bunda ngga pernah jauh dan ditinggal lama sama April.

Nggak ada lagi yang beliin martabak buat Bunda kalau pas Bunda pengen ngemil, nggak ada yang pijetin kalau Bunda lagi kecapekan," Bunda menahan isak di seberang.

"Itu sudah cita-cita April sejak pakai hijab. Katanya kota pertama yang wajib dikunjunginya kalau keluar negeri adalah Makkah dan Madinah.

Bunda berharap April pulang dari sana, bisa segera dapat jodoh. Sama kayak Nak Arkan, bisa dapat jodoh yang cantik dan shalihah kayak yang ketemuan sama April kapan hari lalu."

"Eh... sebenarnya Kinara itu kakak sepupu saya Bun." Hmm... jadi ini juga salah satu penyebab lain April menghindarinya.

"Oh begitu ya Nak," Bunda bergumam.

"Bun, kapan Bunda ada waktu di rumah, apa boleh saya mampir? Saya dan Oma hendak silaturahim kesana." Bunda mengiyakan dengan nada sumringah.

Lama mereka berdua mengobrol di telepon, membuat Arkan semakin yakin akan langkah yang akan diambilnya.

Selama ini tanpa sepengetahuan April, ia sering menelpon Bunda. Ia sudah mulai merasa nyaman dengan keluarga gadis itu.

Kehadiran Bunda juga mengobati kerinduan terhadap sosok Mamanya yang telah tiada.

Pernah beberapa kali ia mengirimkan sinyal menanyakan kepada Bunda apakah ada seseorang yang sedang dekat dengan April.

Bunda mengatakan saat ini belum ada. Setelah mereka berdua berjauhan seperti sekarang ini, baru ia sadari keputusan besar yang akan diambilnya.

Ya, ia akan melamar April menjadi istrinya dan menjelaskan kesalahpahaman yang telah terjadi sebelumnya.

Our Journey To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang