#14 Sentuhan horror

2.4K 81 9
                                    

Happy Reading, Readers!❤️

Ia sudah menjalankan tantangannya untuk yang pertama dengan lancar. Walaupun di awal-awal ia merasa narvest karena disaksikan oleh beribu-ribu penonton yang di dominasi santri dan warga sekitar.
.
.
.
.
.

Fia POV..

Aku menghempaskan diriku diatas kasur kamarku di Pondok. Sejenak aku berpikir “Haduhh tak terasa tiga bulan sudah aku melakoni peran menjadi seorang santri disini. Aku juga tidak menyangka jika aku bisa tiba-tiba digabungkan dalam team hadrah gini. Haha..”

Gimana kalau temen-temen kuliahku tau kalau aku yang vokalis band metal banting stir ke vokalis hadrah? Gimana kalau temen-temenku After Sunset tau aku yang pencilakan, biasa scream dengan wajah garang lalu banting stir ke lagu-lagu islami? Duhh bisa diketawain dua hari dua malam nih aku.” Aku kembali memikirkan reaksi mereka sambil tersenyum geli.

Bodo amat ah, badanku terasa capek banget. Malam ini adalah malam minggu terakhir di setiap bulan. Sudah menjadi rutinitas di pondok ini untuk menyelenggarakan acara panggung sholawat tiap bulannya. Waktu menunjukkan pukul 01.00 dini hari, tidur ah besok udah harus bangun pagi.

Tak lama mataku terpejam, aku merasa berat seperti ada yang menindih tubuhku hingga aku merasa nafasku tersengal semakin berat.
Aku membuka mataku lebar, seseorang berpakaian hitam sekujur tubuh dengan badan yang lebih besar dariku menindih diatasku.

“Aaaarghhhh!! Aaaarghhh!!”

Aku mencoba bergerak melarikan diri tapi rasanya sangat kaku sekujur tubuh. Aku mencoba berteriak sekuat tenaga tapi tak ada yang mendengarku. Aku melirik jam kini menunjukkan pukul 03.30 dini hari. Aku melihat ke arah pintu kamarku sedikit terbuka ada Abah baru saja lewat.

Aku juga bisa mleihat tubuhku sendiri yg tengah ditindihi oleh makhluk hitam itu. Seperti mimpi rasanya, namun terasa begitu nyata hingga aku merasakan sakit dan sesak di tubuhku.

“Kenapa mereka ngga dengar aku berteriak?” tanyaku dalam batin.

Aku juga melihat dua anak kecil di kepalanya terdapat bercak darah berada di depan lemari yang tertawa melihatku ditindih makhluk besar hitam ini.

Sial apakah aku sedang mimpi buruk? Tapi kenapa aku bisa melihat dan mendengar gerak-gerik di luar kamarku? Siapa dua anak kecil ini? Setauku anak Gus Cahyo baru satu, itupun ia sedang mondok di Magelang. Oh aku ingat pernah melihat dua anak ini di asrama putra, mereka bukan manusia.

“Arrghh..” Aku kembali teriak sebisaku, tapi tetap nihil.

Aku masih berusaha menggerak-gerakkan badanku, menendang-nendang dan berteriak tapi tetap percuma sekujur tubuhku kaku dan merinding.

Tak lama kemudian aku bisa melihat Ning Vivi memasuki kamarku hendak membangunkanku, kemudian ia duduk di pinggir tempat tidurku.

“Ning tolong aku!” teriakku dalam batin.

“Berusahalah! Bismillahirrahmanirrahim! …….”

Aku mendengar lirih suaranya dengan membaca doa dan melihat tangannya di letakkan di kakiku kemudian mulai naik sampai kepalaku. Dan..

“Arghhh!”

Aku terbangun dua anak kecil dan makhluk hitam itu seketika hilang dihadapanku.

Tubuhku penuh keringat, tubuhku terasa sakit, dan begitu juga tenggorokanku terasa sakit karena aku merasa berteriak sekeras-kerasnya tapi tak ada yang mendengar.

Aku ketakutan dan langsung menggandeng Ning Vivi keluar kamar.





Fia POV End..

Fia baru saja mengalami tindihan. Dimana ia melihat makhluk tak kasat mata mengganggu tidurnya. Ia bisa melihat aktivitas nyata saat itu tapi sesungguhnya matanya masih terpejam. Setelah sadar dari tindihannya ia lari ke ruang tamu, disana sudah ada KH. Yazid, Cahyo, Zaenal, dan istrinya. Ia duduk di antara kakeknya dan sepupunya, Cahyo.

“Fia habis tindihen tuh kayaknya!” Ucap Vivi yang muncul dari belakang sambil mengadukkan segelas the hangat untuk Fia.

“Iya Fi?” tanya Zaenal memastikan dan hanya dijawab anggukan oleh Fia.

“Liat apa aja kamu?” tanya Cahyo dengan sedikit senyum.

“Orang gede item gus duduk nindihin aku, terus ada dua anak kecil yang biasanya di asrama putra ketawa-ketawa deket lemariku gitu. Ih gilaaa sesek banget! ” Jawab Fia.

“Ya anggep aja lagi kenalan sama kamu, mungkin habis ini bakal sering liat lainnya.” Ucap Kyai Yazid.

“Yaaa, yang penting ngga ganggu gitu aja sih gapapa Bah!” balas Fia pada Kyai.

“Udah siap-siap ambil wudhu sana Nduk!” pinta Kyai pada Fia.

Fia bergegas ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

.
.


Pagi hari ini fia mengikuti kelas yang diampu oleh Anjar. Bukan modus, tapi memang sudah teratur oleh jadwal yang diberikan KH Yazid.

Entah gara-gara tindihan semalam, atau Fia yang kurang tidur hingga pagi ini terasa melelahkan untuknya.

“… waktu itu bagaikan es batu! Mau dipakai atau tidak, tetap akan habis. Sebagaimana yang dijelaskan dalam surah Al-Asr, sesungguhnya orang-orang yang merugi adalah orang-orang yang tidak memanfaatkan waktunya dengan sebaik mungkin. Lalu memanfaatkan waktu dengan baik itu seperti apa? Ada yang bisa memberi contoh?” jelas Anjar dan melempar pertanyaan pada murid kelas itu yang di dominasi oleh anak-anak kelas satu SMP.

“Saya ustadz! Memanfaatkan waktu untuk bermunajat pada Allah.” Sahut salah satu muridnya.

“Iyaakk betul Yeni!” balas Anjar dengan mengacungkan jempolnya.

Kemudian Anjar melirik pada Fia, mendapatinya tengah menyandarkan kepalanya pada meja di depannya.

“Ning Fia tolong beri satu contoh tentang yang saya jelaskan tadi!” Ucap Anjar bermaksud menegur.

Tapi Fia sama sekali tak bergeming. Sampai teman sebangkunya juga ikut membangunkannya. Menggoyang-goyangkan tubuhnya, tapi Fia tetap sama sekali tak bangun. Anjar berjalan mendekatinya.

“Coba goyangin agak keras Nduk!” perintah Anjar pada teman sebangku Fia.

Kemudian teman sebangku Fia menarik pundak Fia kebelakang. Dan..






.
.

Bersambung..




-Mohon maaf karena upnya ngga menentu, yahh namanya mahasiswa tingkat akhir suka sok sibuk hehe..-

Mohon maaf jika terdapat typo. Kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan🙏
Jangan lupa vote terus yaa! Terima kasih!!❤️

Pantaskah Aku? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang