Happy Reading, Readers!♥️
“Hahaha udah-udah Njar masih ngambek nih, biar aku yang urus. Pokoknya cepet lulus cepet pulang, Good luck boy!” imbuh Rasyid dan mematikan ponselnya.
.
.
.
.***
Sepulang dari Yogyakarta, Fia kembali melanjutkan studinya di Jerman. Waktu berjalan dengan cepat, matahari terbit dan tenggelam tak terasa, hari-hari berlalu dengan kesibukan masing-masing.
..
.
4 tahun kemudian..Fia sudah menyelesaikan studinya, kini ia bekerja di salah satu perusahaan swasta bonafit sejak lulus dan pulang ke Indonesia. Ia menyelesaikan studi Bachelornya pada usia 23 tahun, dan kini ia menjalani usia 24 tahun dengan kesibukannya sebagai team personalia di perusahaan tersebut.
Sedangkan Anjar mendapatkan gelar magisternya pada usia 25 tahun dan saat ini ia menjalani usia 28 tahun dengan kesibukannya sebagai manajer engineering di salah satu perusahaan negara di Surabaya.
Selama tiga tahun terakhir, sejak kepulangannya ke Indonesia saat liburan dan merasa kecewa pada Anjar, Fia sudah jarang berhubungan lagi dengan Anjar, baik dengan chat atau telepon.
Ia pun kini tak tahu bagaimana kabar Anjar sekarang sudah lulus kah, sudah bekerja, atau bahkan sudah menikah ia juga tak tahu. Fia hanya menganggapnya sebagai sahabat terbaiknya selama berada di Pondok.
Jum’at, 19.30 | Rumah Fia
Kini di rumah megah milik Ibrahim sekeluarga hanya ada Ibrahim dan Fatimah, Fia, dan Alin. Sedangkan Fahmi sudah memiliki atap sendiri bersama istrinya Berly dan telah di karunai seorang anak laki-laki. Namun setiap akhir pekan Fahmi selalu menyempatkan menginap di rumah orang tuanya bersama istri dan anaknya.
“Ngga kemana-mana kamu Pret?” tanya Fahmi pada Fia.
“Ngapain? Besok libur, nikmatin di rumah aja kali, tiap hari juga udah cape keluar rumah.” Jawab Fia santai.
“Kamu juga Lin? Ngga nongki-nongki gitu? Jomblo ya?” Tanya Fahmi pada Alin meledek.
“Sejak kapan aku suka nongki?” Balas Alin santai.
“*Nom-noman apa ini weekend di rumah mulu?” Ucap Fahmi meledek. *Anak muda
“Bodo amat!” balas Fia dan Alin bersamaan.
“Fi beneran gak keluar?” tanya Fahmi memastikan.
“Enggak! Kalo keluar mau nitip apa emang?” balas Fia.
“Ngga ada sih cuman nanya aja!” ucap Fahmi.
Tak lama kemudian, seorang tamu yang tak disangka-sangka datang ke rumah Fia.
“Assalamualaikum!” ucap orang itu di teras rumah Fia.
“Waalaikumsalam! Loh *Le gimana kabarnya? Monggo, silahkan masuk.” balas Ibrahim yang saat itu berada di teras rumah. *Panggilan ‘Nak’ untuk anak laki-laki.
“Alhamdulillah Pak, baik. Gus Fahmi ada pak?” tanya pemuda itu.
“Ada, monggo-monggo silahkan masuk, tak panggilin dulu.” Ujar Ibrahim sambil berlalu masuk memanggil Fahmi.
“Eh, sudah datang ternyata!” ucap Fahmi.
“Gimana Gus? Ning Fia ada?” tanya pemuda itu.
“Ada, tak panggilin Ayah lagi aja dulu ya.” Ujar Fahmi.
“Yah! Ayah!” teriak Fahmi.
“Ono opo Le?” tanya Ibrahim.
“Duduk dulu Yah. Ayah masih inget dia?” tanya Fahmi balik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pantaskah Aku?
Teen FictionBagaimana bisa seorang laki-laki sholih penyandang santri terbaik, datang melamar begundal wanita sepertiku ini? Cerita berbahasa Indonesia dicampur dengan sedikit Bahasa Jawa. hehe. -Selamat menikmati cerita pertama saya. Jangan lupa vote terus y...