Happy Reading Readers!♥️
"Nggih Bu.." balas Fia dan Anjar bersamaan.
***
Dua bulan kemudian..
Hari-hari Fia dan Anjar disibukkan dengan bekerja dan mengurus persiapan pernikahan. Kedua keluarga sepakat akad nikah dilaksanakan di kediaman mempelai wanita.
Fia tengah menikmati malamnya yang santai di kerajaan pribadinya, tempat ternyaman untuk beristirahat, kamar tidur. Melihat tumpukan kertas di nakas samping ranjangnya ia baru ingat bahwa ia harus menghubungi calon suaminya.
Tuuuttt.. tuuuttt... Suara panggilan telepon.
"Assalamualaikum, ada apa Dif?" sapa Anjar dari telepon.
Fia terdiam sebentar, ia masih merasa berdebar. Pasalnya baru-baru ini Anjar mengganti nama panggilannya untuk Fia yang sebelumnya dengan sebutan 'Ning' menjadi 'Difia'. Difia adalah singkatan dari Dik Fia, karena masih terlalu canggung untuk memanggil 'Dik', maka Anjar berinisiatif untuk menggabungnya menjadi Difia.
"Halloo Dif?" sapa Anjar menyadarkan orang yang meneleponnya.
"Emm Mas, undangannya udah dateng kemarin, maaf Fia baru sempet ngabarin hehe.." ucap Fia.
"Ohh, yaudah setelah ini Mas Anjar pesenin tiket keretanya buat ke Solo ya. Difia jadi ikutkan? Katanya mau sowan ke Jogja, sekalian Mas anterin." tanya Anjar.
"Loh minggu ini? Apa ngga terlalu mepet Mas?" balas Fia bertanya.
"Minggu depan kita udah dipingit Dif. Kita beresin yang jauh dulu, kalo yang di Surabaya kan bisa dianter sendiri-sendiri, gimana? Tapi kalo Difia berhalangan juga gapapa, ntar buat yang di pondok Mas Anjar anterin sekalian." ucap Anjar.
"Emm Fia bisa! Berangkat hari Kamis boleh ya Mas? Fia pingin agak lama di pondok." Sahut Fia.
"Boleh, tapi mampir rumah Mas Anjar dulu mau?" tanya Anjar.
"Boleh." Jawab Fia.
"Yaudah, Mas Anjar pesenin tiket dua kalo gitu. Sampai jumpa hari Kamis ya Dif." Ucap Anjar.
"Iyaa Mas, makasi. Assalamualaikum." Ucap Fia mengakhri obrolan.
"Waalaikumsalam.." balas Anjar memutus panggilan.
Fia keluar dari kamarnya menuju ruang keluarga, terlihat Fatimah dan Alin sedang menikmati layar televisi.
"Kamis ini Fia berangkat ke Jogja Bu nganter undangan sama Mas Anjar, tapi sebelumya mau mampir rumah Mas Anjar dulu ketemu Ibuk." Ucap Fia dengan menjatuhkan tubuhnya di sofa tempat Fatimah duduk.
"Lah ga dipaketin aja Mbak?" tanya Alin.
"Husshh Mbakmu ini niat ngundang Nduk. Mosok mau dipaketin undangannya, nanti kalo yang datengin kurir gimana." Ucap Fatimah pada Alin.
"Mbak juga pingin sowan ke Pondok Lin sekalian." Sahut Fia.
"Yaudah, hati-hati. Ibu titip salam sama Ibu besan Nduk. Salam juga sama Abah, Pakde sama Bude ya." Ucap Fatimah.
"Iyaa, inshaAllah Fia salamin." Balas Fia.
***
Hari Kamis..
"Sini tasnya, Mas Anjar naikin ke bagasi atas." Ucap Anjar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pantaskah Aku?
Teen FictionBagaimana bisa seorang laki-laki sholih penyandang santri terbaik, datang melamar begundal wanita sepertiku ini? Cerita berbahasa Indonesia dicampur dengan sedikit Bahasa Jawa. hehe. -Selamat menikmati cerita pertama saya. Jangan lupa vote terus y...