#2

5.8K 164 4
                                    

Mohon sebelumnya, karena cerita sebelumnya saya revisi. Hehe. Semoga tetap menikmati.

Happy Reading, Readers!❤️

Bunyi nyaring berasal dari balik pintu membuat mata Fia mengerjap, ia meraba meja nakas yang ada di samping kirinya melihat jam pada handphonenya masih pukul 05.00 pagi. Ia meruntuki dalam batin kemudian berjalan masih dengan separuh nyawa menuju pintu dan membukanya.

“Jam berapa ini?” Tanya wanita paruh baya itu dengan nada meninggi.

“Ibu aku baru saja tidur dua jam, lagiupula ini kan hari sabtu? Fia kuliahnya libur.” Jawabnya dengan suara serak khas bangun tidur.

“Kuliahmu boleh libur, tapi subuhan tetep gabisa absen! Cepat ambil wudhu sana!”  Sentak Fatimah sambil menyeret Fia ke kamar mandi. Fia hanya berjalan menurut dengan mata yang masih setengah terpejam.

Setelah menggosok gigi, wudhu dan melakukan sholat subuh sendiri (karena yang lainnya sudah melakukan jamaah), Fia hendak melangkahkan kakinya kembali ke kamar untuk melanjutkan mimpinya yang terjeda.

“Eh mau kemana kamu? Bantuin nyapu rumah sama teras depan gih, Ibu sama Bu Suti nyiapin sarapan.” Tanya Fatimah dengan meraih pergelangan tangan Fia.

“Buu, aku masih ngantuk berat nihh. Alin aja dong.” Jawab Fia memelas.

“Alin siap-siap mau sekolah, Nak!” Balasnya.

Lagi-lagi Fia hanya menggerutu dan berjalan dengan malas menuju balik pintu belakang untuk mengambil sapu. Kemudian setelah pekerjaannya beres ia berniat untuk kembali ke kamarnya. Dan sial Fia baru saja memegang knop pintu kamarnya, Ayahnya yang berada di halaman samping memanggilnya. “Oh my God, kali ini apalagi?” batin Fia dan berjalan menuju halaman samping.

“Iya ada apa Yah?” tanya Fia jutek.

“Ini bantuin ayah nyapu daun yang jatuh itu, Nak.” Pinta Ibrahim yang sedang merapikan halaman Taman samping rumah.

“Hmm Ayahh, kan ada Mas Fahmi kenapa ngga minta tolong dia aja?” Tawar Fia, dan terlihat Fahmi yang mengelap mobil melotot ke arahnya.

“Masmu udah nyuci mobil loh, Nduk (panggilan untuk anak perempuan). Tolong Ayah nggih bentar kok.” Ujar Ibrahim memelas.

“Yaudah deh.” Jawab Fia dengan memutar bola matanya malas.

“Yang bersih Pret, biar jodohmu gak brewokan!” Ejek Fahmi yang memanggil Fia dengan sebutan ‘Cepret’ karena Fia jarang mandi pagi saat libur kuliah.

“Persetann! Pergi sana!” umpat Fia sambil mengangkat sapu tamannya. Fahmi hanya terkekeh dan masuk dalam rumah.

“Ayah, Fia tuh masih ngantuk berat loh! Pingin balik bobok mumpung kuliahnya libur.” Keluh Fia pada Ayahnya.

“Anak ayah ini yaaa.. Ngga bagus Nduk pagi-pagi bobok nanti rezeki ngga ada yang datang. Apalagi sampeyan (kamu-bahasa jawa) ini cewek lo!” Jawab Ibrahim.

“Sudah nih Yah. Fia balik kamar dulu.” Ucap Fia yang telah menyelesaikan pekerjaannya.

“Mandi dulu Nakk!” teriak Ayahnya melihat anaknya berlalu meninggalkannya.

Nggeh..” sahut Fia dari dalam rumah.

Fia bergegas untuk mandi di kamar mandi kamarnya agar dapat langsung merebahkan diri ke kasur untuk menghiraukan sejenak perkataan ayahnya barusan. Ia terbagun pukul 11.00 siang dan mengecek ponselnya mendapati notifikasi email diterima. Ia membuka email tersebut dan sontak matanya langsung terbelalak membacanya.

Dalam email itu tertulis pernyataan bahwa Fia lolos seleksi beasiswa kuliah ke Jerman dan mengharuskannya berangkat dalam waktu enam bulan kedepan yakni tepat saat penerimaan mahasiswa baru disana.

Sejenak ia berteriak kegirangan dan meloncat-loncat menuju kamar Fahmi dan melewati ruang keluarga yang terdapat Ibu dan Ayahnya tengah menonton televisi.

“Ngapain toh Mbak?” Tanya Fatimah pada anak keduanya itu.

“Kemasukan apa sampeyan bangun tidur langsung lompat-lompat gitu?” Tanya Ibrahim tak mau kalah.

“Eh hehe. Ngga Yah, Bu. Mas Fahmi belum berangkat kan ya?” Jawabnya dan kembali bertanya.

“Di kamarnya, nanti jam 3 berangkat.” Ujar Fatimah. Singkatnya Fahmi yang merupakan kakak kandung Fia ini adalah seorang dokter umum di salah satu rumah sakit ternama di Surabaya.

Brakk..

Fia membuka pintu kamar kakaknya dengan sedikit menendang dan langsung melompat ke ranjang kakaknya yang tengah berbaring memainkan ponselnya.

“Ck.. kebiasaan! Ada apa Pret?” umpat Fahmi.

“Mas! Ahahahahahh liat nihhh!” ucap Fia heboh sambil menunjukkan layar ponselnya, Fahmipun membacanya.

“Wohoooo, Congratulations Pretttt!!” teriak Fahmi setelah membacanya.

“Tapi jangan seneng dulu, izin Ayah dulu sana.” Timpal Fahmi.

“Ada apa nih kok rame-rame?” sahut Fatimah yang sudah berdiri dipintu kamar Fahmi yang terbuka membuat kedua anaknya menoleh bersamaan.

“Fia lolos beasiswa ke Hamburg University, Bu!” ucap Fia antusias.

“Jerman? Bagaimana bisa?” tanya Fatimah masih setengah tidak percaya.

“Fia udah daftar setahun yang lalu Bu.” Sahut Fahmi membantu menjawabnya.

“Gimana bu? Fia boleh berangkat?” tanya Fia meyakinkan.

“Besok dibicarakan lagi sama-sama, Nak.” Ujar Fatimah menggantung dan meninggalkan kedua anaknya.

“Sabar Prett, kamu masih baru masuk semester 4. Berangkat masih enam bulan toh?” tanya Fahmi.

“Iyaa sih. Izinnya mulai sekarang dong biar diurusin paspor sama visanya.” Gerutu Fia.

“Sepikin ayah, sering-sering bantuin Ibu juga waktu dirumah. Ucap Fahmi sambil mengelus puncak kepala Fia.

“Huffttt..” Fia hanya menghela nafasnya.

Mohon maaf jika terdapat typo.
Jangan lupa kritik, saran dan votenya yaa! Terima kasih!! ❤️

Pantaskah Aku? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang