Happy Reading, Readers!♥️
Sepanjang perjalanan masih terdiam, kali ini bukan karena mood lagi buruk. Tapi karena sama-sama canggung dengan kejadian sebelumnya.
.
..
.
***
Keesokan harinya..
“Assalamualaikum” ucap seseorang dari balik pintu rumah Ibrahim.
Fatimah mendatangi sumber suara tersebut. Terlihat seorang pemuda dengan membawa ransel di punggungnya.
“Loh Le, mau kemana?” tanya Fatimah.
“Saya mau pamit pulang dulu ke Solo Bu, Ning Fia ada?” balas Anjar.
“Ada barusan pulang juga, sebentar Ibu panggilin ya. kamu duduk dulu sini!” ucap Fatimah.
Fatimah masuk ke dalam dan sesaat kemudian Fia datang menghampiri Anjar yang berada di ruang tamu.
“Loh Mas Anjar? Kok ndak bilang kalo mau kesini?” tanya Fia.
“Gapapa, cuman mampir sebentar, pamit ke Ning Fia sama Ayah Ibu kok.” Jawab Anjar.
“Ayah masih belum pulang Mas, katanya ada meeting sama kliennya sebentar gitu. Ada yang perlu disampein? Ntar Fia sampein.” Tawar Fia.
“Cuman mau bilang aja sih, insyaAllah hari Sabtu Mas Anjar sama keluarga sampe sini sebelum dhuhur, tapi agak siangan yaa! Otwnya pagi soalnya.” Ujar Anjar.
“Mas Anjar berangkat sebelum subuh dong?” tanya Fia.
“Mungkin jam 6 atau 6.30 deh, lewat tol kok Ning, kasian si Ibuk udah sepuh.” balas Anjar.
“Ohh gitu, jadi sekarang mau pulang naik apaan?” tanya Fia.
“Ini mau ngebis, oh iya maaf Mas Anjar buru-buru nih Ning, sudah ditunggu temen. Hehehe..” Ucap Anjar.
“Loh Mas Anjar kesini sama temennya?” tanya Fia lagi.
“Iyaa di depan anaknya haha..” jawab Anjar.
“Kok bisa gak diajak masuk itu lho, yauda Fia panggilin Ibu dulu ya.” ucap Fia.
“Buuu, Ibuuu! Mas Anjar mau pamit!” ucap Fia memanggil Ibunya.
“Loh kok buru-buru aja toh Le? Tanya Fatimah.
“Hehe sudah kemaleman Bu. Anjar pamit nggih.” balas Anjar.
“Oalaah Le, nggehpun ati-ati loh yaa! Salam sama besan yaa!” ucap Fatimah.
“Nggih bu, insyaAllah disalamin! Salam juga sama Pak Ibrahim. Assalamualaikum!” ujar Anjar.
“Waalaikumsalam!” balas Fia dan Fatimah bersamaan.
Anjar pamit, mencium punggung tangan Fatimah dan melambaikan tangan pada Fia.
“Hati-hati yaa Mas! Kabarin Fia kalo udah sampe sana yaa!” ucap Fia dan dibalas senyum dan anggukan oleh Anjar.
Anjar POV..
Aku menempuh perjalanan selama 6,5 jam sampai di terminal pada pukul 3 pagi, dan aku memutuskan untuk langsung pulang ke rumah karena tidak sabar untuk melepas rindu kepada seseorang yang tidak pernah putus doanya, Ibuku.
Di saat banyak orang tertidur pada jam-jam itu, Ibuku sudah cantik dengan mukenah putihnya. Berdoa untuk ketiga anaknya, walaupun satu diantaranya sedang berada jauh dari pelukannya, Aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pantaskah Aku?
Teen FictionBagaimana bisa seorang laki-laki sholih penyandang santri terbaik, datang melamar begundal wanita sepertiku ini? Cerita berbahasa Indonesia dicampur dengan sedikit Bahasa Jawa. hehe. -Selamat menikmati cerita pertama saya. Jangan lupa vote terus y...