#30

2.5K 112 5
                                    

Happy Reading, Readers!♥️


“Sialan di blokir nih! Mau jawaban ngga sih?” gumam Fia.

.

..

.

“Chat Mas Fahmi ajadeh!” imbuhnya.

“Mas, nanti sepulangnya Fia ngantor habis maghrib, Mas Anjar suruh mampir ke rumah. Fia mau kasih jawaban!”

Isi pesan itu dikirim pada nomor whatsapp Fahmi. Dan beberapa saat mendapat jawaban “Oke”.

Fia keluar kamar untuk membangunkan kedua orang tua dan adiknya untuk sholat subuh berjamaah. Kemudian setelahnya mereka bersiap-siap melakukan aktivitas sehari-harinya.

“Bu, Ayah! Fia habis chat Mas Fahmi, minta supaya Mas Anjar nanti malem biar kesini.” Ujar Fia.

“Loh sampeyan ndak punya nomernya Anjar sendiri toh?” tanya Fatimah pada Fia.

“Ada. Tapi yaudahlah.” jawab Fia

“Mau kasih jawaban apa Mbak?” tanya Ibrahim.

“Nanti aja biar barengan! Udah, Fia berangkat kerja dulu.” balas Fia kemudian mencium kedua punggung tangan orang tuanya dan berlalu melarikan diri.

“Loh Yah! Dasar anakmu ucul gitu aja!” gumam Fatimah pada Ibrahim.

“Anakmu juga Bu! Hahahahh.. Eh Bu, kira-kira Fia bakal jawab apa ya?” Balas Ibrahim.
“Entahlah Yah! Tapi kalo Ayah sendiri pinginnya apa?” tanya Fatimah balik.

“Ya yang terbaik aja buat Fia, semoga ‘iya’.” Jawab Ibrahim.

“Aamiin..”





Anjar POV..

Sepulang dari rumah Ning Fia, aku langsung memblokir kontak whatsappnya. Entah apa yang aku lakukan, aku hanya merasa begitu bingung membalas jika Ning Fia tiba-tiba mengirim chat padaku. Meski begitu aku tetap tak kehilangan kabar Ning Fia, aku bisa menanyakannya pada Gus Fahmi. Mungkin beberapa hari kedepan aku akan menanyakan kabar Ning Fia pada Gus Fahmi, apakah ia sudah siap dengan jawabannya atau masih butuh waktu.

Aku tengah menunggu subuh setelah melakukan sholat malam, tiba-tiba ponselku berbunyi pertanda ada pesan masuk.

“-Mas, nanti sepulangnya Fia ngantor habis maghrib, Mas Anjar suruh mampir ke rumah. Fia mau kasih jawaban!- Itu isi chat dari Fia Njar! Nanti malem mampir ke rumah. Goodluck Boy!”

Isi pesan dari Gus Fahmi itu membuatku begitu deg-degan. Sesegera mungkin aku membalasnya

“Siaap Gus! Terima kasih!”

Aku kembali membenarkan posisiku menghadap kiblat dan kembali berdoa

“Ya Allah, Ning Fia sudah yakin dengan jawabannya. Berikanlah jawaban terbaik untuk kami berdua Ya Allah, serta berikanlah kesiapan pada hatiku untuk menerima apapun jawabannya. Aamiin.”

Anjar POV End..

.

.

Fia POV..

Hari ini adalah hariku untuk memberi jawaban pada Mas Anjar. “Oh God, I can’t wait it! Cepet pulang dong, please!” gumamku dengan senyum-senyum sendiri di kantor.

“Fia tolong laporan keuangan gaji karyawan dibenahi lagi ya, ada sedikit kesalahan dalam penulisan kata Manajer. Sudah ditandai kok salahnya, hari ini ya ditunggu!” ucap salah satu rekan kerjaku.

Pantaskah Aku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang