Happy Reading, Readers!❤️
“Fckin B*tches!!” ucap Fia kemudian menghempaskan tubuh ajeng ke sofa yang tadi di duduki Ajeng.
.
“Duduk dulu Nak!” ucap Kyai Yazid lembut.
“Rin, tolong bawa minum kesini rin!” pinta Kyai pada Yerin.
Yerin mengambilkan segelas air dan meminumkannya pada Fia. Fia menolak gelas itu dan masih menatap Ajeng dengan tatapan membunuh.
“Ayo diminum Dek, dikontrol dulu emosinya ya!” bisik Yerin pada Fia dengan mengarahkan gelas itu pada mulut Fia.
Perlahan Fia meneguk air itu. Yerin mengusapkan telapak tangannya pada mata Fia agar tidak terus-terusan menatap Ajeng. Kemudian Yerin mengusap punggung Fia dengan tujuan agar Fia menurunkan emosinya. Tak berapa lama Fia sudah mulai luluh.
“Sudah bisa di mulai sekarang?” tanya Zaenal.
“Silahkan!” jawab Kyai Yazid.
“Fia tahan dulu emosinya, kita denger kesaksian Ajeng dan Ria. Silahkan Ajeng, Ria!” ujar Zaenal.
“Ehmm.. Mohon maaf Abah, dan Gus sebelumnya.. Jadi waktu kemarin malam saya habis keluar beli cemilan sama Ria dan mau balik pondok, kami ngeliat Ustad Anjar sama Ning Fia ngobrol berdua di tempat yang sepi orang. Kemudian saya hampiri mereka Gus, ternyata Ning Fia sama Ustad Anjar mau beli paket data internet sih katanya. Sebenernya Ustad Anjar udah nyuruh Ajeng buat temenin Ning Fia, tapi mohon maaf Gus, Bah saya ndak bisa mengiyakan permintaan ustad Anjar, karena saya sama Ria juga punya kesibukan..” Jelas Ajeng. Tak lama kemudian Ria juga turut angkat bicara.
“Setelah itu kita balik pondok Bah, terus saya sama Ajeng tuh jadi kepikiran gimana kalau mereka mau kemana-mana, akhirnya kita balik nyusulin mereka berdua. Kok sampai sana kita liat Ustad Anjar sama Ning Fia tuh lagi asik ngobrol sama pese makan gitu Bah..” jelas Ria pada Kyai.
“Lalu yang kami keluhkan disini apakah dibenarkan dalam islam laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya berduaan? Terlebih saat malam hari?” Imbuh Ajeng. Fia mulai geram dengan penuturan dua saksi alay tersebut.
“Eh An*jeng! Itu muka belum pernah di garuk apa ya kalian berdua?” sahut Fia penuh emosi dengan menunjuk ke arah Ajeng dan Ria.
“Dek Fia diem dulu. Tunggu Gus Zaenal mempersilahkan dulu.. Sabar, sabar, dikontrol emosinya ya Nduk..” bisik Yerin dengan menahan Fia.
“Fia sabar dulu! Bener gitu Njar?” ucap Kyai.
“Nggih benar Gus, tentang saya dan Ning Fia jalan berdua itu. Tapi saya cuman bermaksud untuk menjaga Ning Fia, barangkali saat itu ada bahaya yang mengintainya.. Soal makan berdua juga benar. Sebenarnya Ning Fia sudah menolak untuk saya antar, tapi saya tidak bisa membiarkan seorang perempuan yang sudah saya kenal baik, berjalan sendiri di jalan yang sangat sepi membahayakan. Saya mengaku salah karena telah memaksa Ning Fia untuk bersedia saya antar. Mengenai makan berdua, saya juga yang meminta Ning Fia untuk mampir, karena saya rasa berjalan jauh cukup menguras energi.” Jelas Anjar.
“Semuanya salah saya, saya bersedia menerima sanksi apapun yang akan diberikan oleh Abah dan Gus pada saya.” Imbuh Anjar.
Fia sangat tidak menyangka bahwa Anjar sama sekali tidak menyalahkannya, bahkan Anjar menutupi perbuatan Fia yang terlebih dahulu mengajaknya makan. Fia berpikir kenapa begitu baiknya sosok Anjar ini padanya, sehingga Fia mengambil keputusan untuk ganti membela Anjar. Tapi ia kembali tersulut emosi.
Brakk..
Fia menendang meja yang ada di depannya namun tak sampai jatuh. Ia berdiri dari kursinya.
“Jeng! Aku tau kamu cinta mati sama Mas Anjar! Tau banget malah! Tapi yang aku gak habis pikir, bagaimana bisa kamu mengaku cinta Mas Anjar, sedangkan kamu malah menjebaknya seperti ini? Harusnya hari itu kamu bisa dong langsung samperin kita terus gantiin Mas Anjar nemenin aku? Mikir Jeng! Kalau ngaku cinta tuh butuh pengorbanan bukan malah jebakan! Gini nih kamu yang bikin Mas Anjar dalam masalah. Itu otak lo taruh di mata kaki apa?!!” bentak Fia sambil mengacungkan jari telunjuknya pada Ajeng.
*Ini mulut anak satu bikin gaduh seruangan hehe –Author.
“Fia! Bisa ngomong yang baik ngga!” bentak Cahyo.
“Gus orang model gini tuh gak perlu dibaikin!” ucap Fia penuh emosi.
“Dek dek! Sabarr, jelasin pelan-pelan sayang biar semuanya jelas!” bisik Yerin di telinga Fia sambil mengelus punggung tangan Fia.
“Ayo duduk lagi sayang!” ajak Yerin sambil menarik tangan Fia untuk duduk.
“Fiaa..” ucap Zaenal terpotong.
“Gus Jen stop! Fia mau jelasin pelan-pelan sekarang.” Potong Fia pada Zaenal, kemudian menghela nafas panjang dan angkat bicara.
“Jadi gini, Abah, dan Gus semuanya. Fia sama Mas Anjar emang bener jalan bareng, tapi yang salah Fia. Kenapa? Karena saat itu Fia iya-in aja tawaran Mas Anjar, harusnya Fia bisa nolak dan lebih mandiri berangkat sendiri. Terus yang makan juga bener kata Ajeng, sebenernya Fia yang ngajakin Mas Anjar, buat tanda makasih sudah nganter Fia. Mas Anjar udah nolak makan, tapi Fia tetep kekeh ngajakin. Tapi Fia berani sumpah, kalau Fia ngga ngelakuin apa-apa sama Mas Anjar!” terang Fia.
“Jadi.. kalo emang ada hukuman, biar Fia aja yang dihukum, karna emang Fia yang salah!” imbuh Fia.
Anjarpun terkejut mendengar penuturan Fia. Fia yang terkenal dengan image bodo amat, ternyata memiliki rasa peduli juga.
“Ning..” ucap Anjar lirih.
“Gimanapun kedatangan kalian berdua bersama itu membenarkan laporan dari kesaksian! Dua-duanya harus di *ta’zir di lapangan pondok sampai jam 11 siang!” ucap Gus Rofiq.
*hukuman dijemur di tengah lapangan, dengan menggunakan atribut tertentu yang menunjukkan pelanggaran mereka
“Tunggu Gus! Biar saya aja yang di ta’zir. Coba dipikirkan lagi Abah dan Gus semuanya. Mas Anjar masuk predikat santri terbaik yang rela mengabdi di pondok kecil ini, dia juga seorang Ustad yang sangat dipercaya oleh muridnya. Bagaimana jadinya nanti jika muridnya tau kalau Ustadnya dita’zir? Apa santri-santri disini mau menerapkan ilmu yang disampaikan oleh Mas Anjar jika namanya saja sudah tercoreng atas pelanggaran zina? Walaupun pada nyatanya tidak seperti yang ada di otak masing-masing!” ucap Fia membela Anjar.
“Saya tidak apa-apa Gus, karena ini memang salah saya.. Justru saya khawatir dengan Ning Fia yang baru berhijrah. Saya tau hijrah itu sulit, apakah hukuman ini tidak terlalu berat untuk seseorang yang baru berhijrah? Biar saya yang membantu meringankannya karena ini juga salah saya.” Balas Anjar membela.
“Abah dan Gus juga tau kan? Sebelum ini Fia juga udah sering dihukum disekolah, Fia udah kebal dengan hukuman seperti ini. Abah, Fia minta tolong, jangan coreng nama Mas Anjar. Biarin Fia aja yang namanya udah terlanjur jelek disini, sekalian aja jelekin. Toh Fia juga ngga peduli labeling orang-orang sama Fia!” imbuh Fia.
“Ning sudah.. saya nggapapa.. Allah tau kebenarannya kita ngga ngelakuin apa-apa emang..” ucap Anjar pada Fia.
Bersambung..
Mohon maaf, telat parah updatenya. Author lagi disibukkan dengan pengabdian masyarakat. Mohon dimaklumi, mahasiswa tua😂😂🙏
Mohon maaf jika terdapat typo, hehe..
Kritik dan saran yang membangun, sangat diperlukan😊
Jangan lupa vote terus yaa! Terima kasih!!❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Pantaskah Aku?
Teen FictionBagaimana bisa seorang laki-laki sholih penyandang santri terbaik, datang melamar begundal wanita sepertiku ini? Cerita berbahasa Indonesia dicampur dengan sedikit Bahasa Jawa. hehe. -Selamat menikmati cerita pertama saya. Jangan lupa vote terus y...