Happy Reading, Readers!❤️
“Ampuni aku Gus Jen!!” teriakku mengejeknya dengan tertawa karena berhasil lolos dari singa jantan itu.
Fia POV End..
...
Keesokan harinya Fia sudah tidak mengikuti kelas di pondok, ia sibuk mem-packing barangnya untuk dibawa pulang ke Surabaya. Seharian juga ia berada di kamarnya yang ada di rumah Kyai.
Setelah sholat jamaah isya Fia sekeluarga sudah siap untuk meluncur ke Surabaya. Terlihat Kyai Yazid beserta Gus-gusnya berjejer dekat gerbang masuk untuk melihat kepulangan Fia ke Surabaya. Begitu pula dengan santri-satrwati yang turut mengantarnya.
“Doain Fia semangat terus belajarnya disana yaa Bah!” ucap Fia pada Kyai Yazid.
“Selalu Nduk, tak doakan semuanya lancar!” balas Kyai Yazid
“Jauh dari Bapak sama Ibu, jadi anak yang baik disana! Jangan nakal-nakal!” imbuhnya. Fia hanya tersenyum dan mengangguk.
“Pasti Bah!” jawab Fia sambil memeluk Kakeknya itu.
“Pak, kita semua pamit pulang nggih! Sehat terus Pak!” pamit Fatimah dan Ibrahim pada Kyai Yazid dengan mencium tangan Kyai.
“Ayo le, nduk! Salim sama Mbah dulu!” pinta Fatimah pada Fahmi dan Alin.
Ibrahim sekeluarga melangkahkan kaki menuju mobil, kecuali Fia.
Ia masih melihat sekeliling kerumunan orang, tapi ia tak menemukan sosok Anjar. Laki-laki yang akan dirindukannya selama berpisah tak menampakkan diri saat momen kepulangannya ke Surabaya.
Ia masih melihat sekelilingnya lagi, memastikan dan berharap laki-laki itu muncul dihadapannya sebelum berpisah lama.
Tetapi nihil, tak mungkin juga bagi Fia menyusul ke asrama putra.
“Ayo mbak buruan!” teriak Fatimah menyuruh agar Fia segera menyusul masuk mobil.
“Inggeh bu sebentar!” balasnya.
“Mas, maaf selama ini Fia kalo sering ngerepotin mas Rasyid. Terima kasih banyak atas waktunya membagi ilmu sama Fia selama ini. Titip salam rindu juga buat Mas Anjar!” ujar Fia pada Rasyid.
“Iyaa Ning, baik-baik disana ya!” balas Rasyid.
Fia melangkahkan kakinya memasuki mobil, kemudian menutup pintunya. Baru saja mobil Ibrahim hendak melaju keluar pagar, terdengar teriakan seorang pria dari luar mobil.
“Ning Fiaa!” teriak laki-laki itu yang ternyata adalah sosok Anjar.
“Berhenti dulu Yah!” pinta Fia pada Ibrahim.
Fia menoleh kebelakang dari dalam mobil, mendapati sosok laki-laki yang sedari tadi ia cari-cari.Fia membuka pintu mobil dan sedikit berlari menuju Anjar, begitu pula dengan Anjar yang juga berlari mengejar Fia.
Dua remaja itu berdiri dan berbicara pelan di tengah jarak kerumunan orang pondok yang masih berdiri di dalam halaman pondok, dan mobil Ibrahim.
“Ini saya ada sesuatu buat Ning Fia! Tolong dipakai yaa!” ucap Anjar dengan menyodorkan sesuatu di genggamannya. Fia mengulurkan tangan untuk menerimanya.
“Dipake selalu ya! Jangan lupa tiap hari banyak dzikir sama sholawatnya disana, hitungnya bisa pake itu!” imbuh Anjar.
Sesuatu yang diberikan Anjar untuk Fia adalah sebuah gelang dengan butiran bulat kayu kokkah berjumlah 33.
“Inikan punya mas Anjar?” tanya Fia.
“Iyaa, itu belinya waktu ziarah makam wali. Maaf ya Ning bekas, tapi saya cuman punya itu untuk kenang-kenangan Ning Fia! Kalau ngga suka boleh dibuang kok Ning hehe.” Jawab Anjar tersenyum masam dengan tertunduk.
“Hahaha.. tak pake sekarang yaa! Ngga akan dilepas nih, insyaAllah!” ucap Fia dengan memakai gelang itu di tangan kirinya.
“Oh iya, Fia punya sesuatu juga buat mas Anjar!” ujar Fia dengan merogoh saku jaketnya.
Anjar yang tadinya menunduk, beralih menatap Fia.
“Nih!” ucap Fia dengan menyodorkan sebuah sapu tangan berwarna abu-abu tua dengan garis maroon ditepinya.
Anjar mengeryitkan sebelah alisnya pertanda tak mengerti maksud Fia.
“Buat lap keringetnya waktu latihan silat atau hadrah! Itu emang yang biasa dipake Fia, tapi tenang aja baru tak cuci dan belum sempet dipake, cuman dikantongin aja sama Fia!” jelas Fia.
“Prett! Buruann!” teriak Fahmi dari jendela mobil membuyarkan drama mereka.
“Terima kasih semuanya ya Mas! Semoga bisa ketemu lagi, Aamiin! Fia pulang yaa, bye! Assalamualaikum!” celoteh Fia dengan berlari menuju mobil sambil melambaikan tangannya pada Anjar.
“Waalaikumsalam!” ucap Anjar lirih mematung dan pipi bersemu.
Fia memasuki mobil, dan menutup pintunya. Setelah itu mobilnya sudah melaju meninggalkan pondok. Anjar masih berdiri mematung dengan menggenggam sapu tangan pemberian Fia.
“Hoii bro! Udah ayo balik asrama!” ucap Rasyid sambil menepuk pundak Anjar dari belakang.
Mereka berdua dan santri lainnya kembali ke pondok.
Sementara itu, di dalam mobil..
“Kamu ada apa sama Anjar Pret?” tanya Fahmi pada Fia.
“Waktu itu juga dikasih permen coklat sama mas Anjar!” imbuh Alin memojokkan Fia.
“Apaan? Orang ngga ada apa-apa ih!” jawab Fia ngeles dan meyembunyikan muka saltingnya.
“Loh ngga ada apa-apa ta? Padahal Ibuk sudah berharap ada apa-apa! hahaha..” goda Fatimah.
“Yaudah, kalau mbak ngga mau biar dek Alin aja, ya nggak dek?” tanya Ibrahim yang turut menggoda Fia.
“Hmm tuh! Bener banget Yah!” balas Alin.
“Kalau aku mbak, langsung gas mas Anjar aja! Udah sholeh, ganteng, jago silat lagi, idaman banget deh!... Daripada si Bintang itu!” imbuh Alin dengan menyangga dagunya.
“Mantu idaman ibu banget tuh!” tambah Fatimah.
“Buk ya ampun! Fia ini mau naksir mas Anjar aja mikir dulu, sadar dirilah Fia yang preman berkali-kali terancam DO dari sekolah, baca Qur’an sendat-sendat gini mau naksir mas Anjar yang santri terbaik, bahkan ustad pondok? Ngayalku ketinggian, jatuhnya sakit Bu!” protes Fia.
“Ya siapa tau juga punya kakak ipar seperfect itu, mbakku berhenti nakal! Hahaha..” imbuh Alin.
“Apaan sih orang temen juga!” ucap Fia ngeles.
“Loh ngga pacaran berarti?” tanya Fahmi.
“Gimana mau pacaran? Mo PDKT aja udah di ta’zir duluan!” ucap Fia kesal.
“Oh berarti beneran naksir ya!” ucap Fahmi memojokkan Fia.
“Dibilangi, gak berharap! Udah ah ngantuk!” balas Fia yang tak ingin melanjutkan pembicaraan ngawur itu, karena malu.
“Hahaha.. ngambek!” ucap Alin dengan menyenggol siku kakak perempuannya itu.
“Bodo!” balas Fia.
***
Bersambung..
Mohon maaf atas keterlambatan update😢
Semoga tetap menikmati..Jangan lupa vote terus yaa! Terima kasih!😘❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Pantaskah Aku?
Novela JuvenilBagaimana bisa seorang laki-laki sholih penyandang santri terbaik, datang melamar begundal wanita sepertiku ini? Cerita berbahasa Indonesia dicampur dengan sedikit Bahasa Jawa. hehe. -Selamat menikmati cerita pertama saya. Jangan lupa vote terus y...