#31

2.6K 115 23
                                    

Happy Reading, Readers!♥️

“Fia mau tanya lagi sama Mas Anjar boleh?” tanya Fia.

.
..
.

“Boleh, silahkan!” jawab Anjar.

“Mas Anjar kan tau kalo Fia temennya banyak laki-lakinya? Mas Anjar gapapa?” tanya Fia kembali.

“Iya, saya tau. Dan saya percaya kalo Ning Fia juga tau batasan.” ucap Anjar dengan tersenyum.

“Kalo misal nanti udah menikah, saya tetep boleh kerja atau lanjut S2  ngga?” tanya Fia.

“Boleh aja, selama tidak meninggalkan kewajiban sebagai istri dan ibu nantinya.” Jawab Anjar.

“Emm.. kalo misal nihsetelah menikah, ternyata aku ngga sesuai sama ekspetasi Mas Anjar gimana?” tanya Fia.

“Maksudnya?” tanya Anjar tidak mengerti.

“Yahh mungkin dari segi sikap atau kebiasaan Fia sehari-hari yang mungkin Mas Anjar belum tau.” Jelas Fia.

“Ohh, setiap manusia kan punya kekurangan dan kelebihan Ning, tujuannya hidup bersama adalah untuk melengkapi satu sama lain. InsyaAllah saya bisa menerimanya, dan saya berharap Ning Fia juga demikian.” Balas Anjar. 

“Begitu yaa.. Mas Anjar udah mantep beneran nih buat melamar Fia?” Tanya Fia.

“InsyaAllah atas restu Allah, orang tua saya dan orang tua Ning Fia, bismillah saya mantep.” Balas Anjar.

“Jadi gimana? Ning Fia sudah yakin sama jawabannya atau belum?” Imbuh Anjar bertanya pada Fia.

“Emmm…” gumam Fia kebingungan.

“Sebentar Fia panggil Ayah, Ibu.” Balas Fia kemudian berlalu memanggil kedua orang tuanya.

Ibrahim, Fatimah dan Fahmi sudah berkumpul di ruang tamu.

“Jadi gimana Nduk?” tanya Fatimah.

“Apapun jawabannya, insyaAllah saya siap menerima kok.” Ucap Anjar yang terlihat sedikit pesimis.

“Ekhm.. Ibu, Ayah, Mas Fahmi dan Mas Anjar.. Emm iyaa, Fia mau terima lamarannya Mas Anjar..” jawab Fia.





Anjar POV..

Aku menceritakan semua background keluargaku, aku merasa grogi dengan tatapan Ning Fia yang dingin. Bismillah Ya Allah saya siap menerima apapun jawabannya.

“Jadi gimana? Ning Fia sudah yakin sama jawabannya atau belum?” tanyaku.

“Emmm…” gumam Ning Fia kebingungan.

Sial raut mukanya seperti akan menolakku. Ya Allah kuatkan hati ini.

“Apapun jawabannya, insyaAllah saya siap menerima kok.” Ucapku dengan sedikit pesimis.

“Ibu, Ayah, Mas Fahmi dan Mas Anjar.. Emm iyaa, Fia mau terima lamarannya Mas Anjar..” jawab Ning Fia.




Dhegg..

Jantungku seakan berhenti sesaat. Apa aku tak salah dengar? Jadi raut mukanya sedari tadi ia hanya malu-malu mengatakan jawabannya di hadapan orang tuanya?

“Ning?” ucapku menanyakannya sekali lagi.

“Iya Mas Anjar, saya menerima lamaran Mas Anjar!” balas Ning Fia.

Alhamdulillahi robbilalamin, Ya Allah..” Ucapku lega mendengarnya dan menutup mukaku dengan telapak tanganku.

Pantaskah Aku? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang