Terdapat beberapa kata-kata kotor dan kasar dalam part ini. Jika tidak berkenan silahkan skip saja:))
Happy Reading, Readers!❤️
“Li, aku mau boyong (pindah) lo!” Ucap Fia.
“Boyong apa? Kemana?” Tanya Lia santai.
“Boyong kuliah lah!” Jawab Fia serius. Sontak semua teman-temannya yang tadinya asik mabar kini melongo menatap Fia kaget.
“Opo balenono maneh? (Apa coba ulangi lagi?)” Tanya Rahman ulang pada Fia untuk memastikan pendengarannya tidak salah tangkap.
“Hmmm, setelah ini pindah kuliah Rek! Serius!” Jawab Fia dengan menghela nafas panjang.
“Cuk, ngapain sih Fi, pake pindah segala?” Tanya Dayat dengan sedikit mengumpat karena kaget.
“Ayo-ayo cerita dulu sini yang enak.” Sahut Basri.
“Huhhh, jadi gini rek singkatnya. Aku lolos beasiswa S1 ndek Hamburg University, Jerman.” Jawab Fia dengan kembali menghela nafas panjang.
“Kapan berangkat?” Tanya Muiz pada Fia.
“Sek semester depan sih” Jawab Fia lagi.
“Lah sek lama aja cuk, gitu pamit sekarang!” sahut Agam yang sedari tadi hanya menyimak pembicaraan mereka.
“Sial, minggu depan aku wis ngga kuliah, Gam!” balas Fia sambil menjitak kepala Agam.
“Kuliah dulu kan enak, Fi!” Ujar Basri.
“Gabisa Bas, itu persyaratan dari orang tuaku, minggu depan harus ke Jogja suruh mondok dulu sampe berangkat Jerman. Gimana lagi ya mau gak mau.. Ehh sebentar dong..” Jelas Fia terpotong karena panggilan masuk dari Fahmi.
Fia POV..
Berat banget ya mau ninggal kuliah disini. Eh bukan berat ninggal kuliahnya sih, berat ninggal temen-temenku lebih tepatnya.
Entahlah hari Senin ini aku harus pamit sama the genk biar ngga tiba-tiba ilang. Di tengah pembicaraanku dengan teman-teman terpotong, karena panggilan masuk dari mas Fahmi.
“Halo, ada apa mas?” ucapku.
“Ayo pulang, anak-anak udah nunggu nih!” suara dari balik telepon.
“Eh iya-iya lupa, duluan aja aku otw sekarang.” Balasku.
Ahh, aku lupa hari ini ada latihan band buat yang undangan event terakhirku sebelum pergi ke Jerman dan job live music di cafe pada hari Jumat dan Sabtu malam. Aku segera bergegas pamit pada teman-teman dan menembus kemacetan sepanjang jalan raya Surabaya untuk latihan di studio pribadi di rumahku.
POV End..
“Aku balik dulu ya rek!” Pamit Fia sambil meringkas barang-barangnya.
“Hei kemana kau?” Tanya Lia.
“Pulang, mau latian. Kamis malem ada job di Univ tetangga, nonton yaa! Bye!” Jawab Fia sambil berlalu meninggalkan teman-temannya.
“Coeg, itu anak ngga pernah pamitan yang bener loh. Untung es susunya udah bayar.” Gerutu Rahman.
18.20 | Rumah Fia
Motor matic yang dikendarai Fia sudah di depan pagar gerbang rumahnya. Ia turun dari motornya untuk membuka gerbang rumahnya kemudian memasukkan motornya dan menutup gerbangnya kembali. “Oh pantes aja ditutup, motor udah lengkap gini” batinnya.
“Assalamualaikum!” Teriak Fia sambil memasuki rumahnya.
“Walaikumsalam!” Sahut Fatimah yang tengah membaca majalan di ruang tamu.
“Kok sepi? Alin mana?” tanya Fia sambil mencium tangan Ibunya.
“Di kamarnya belajar, besok try out katanya.” Jelas Fatimah.
“Mas Fahmi kemana?” tanya Fia kembali.
“Di studio sama lainnya. Udah mandi dulu terus sholat maghrib sana.” Jawab Ibunya.
“Bentar Fia samperin mereka dulu.” Ucap Fia sambil berlalu meninggalkan Ibunya.
“Nduk sama bilangin nutup pintu studionya yang rapet, kasian adekmu!” Seru Fatimah.
“Nggehh..” Jawab Fia dari kejauhan sambil sedikit berteriak.
Kriettt…
Pintu studio terbuka.
“Bawa lagu berapa?” tanya Fia langsung ke teman-teman bandnnya yang lebih tua darinya itu.
“Persiapan lima full band metal ya, besok event pensi soalnya.” Jelas Daniel partner vokal Fia.
“Uhh seger juga yaa. Lagunya?” Tanya Fia lagi.
“Dari kemarin masih ready dua lagu nih. Requestmu Tiga titik hitam, sama Apology.” Jawab Daniel lagi.
“Matengin yang pernah-pernah aja udah mepet masih kurang 3 lagu.” Sahut Fahmi
.
“Terserah deh siapnya yang mana.” Ujar Fia.“Setuju Grenade nek aku!” Sahut Bintang.
“Terus Sleepwalking sama This is usually gimana?” Pinta Nanda.
“Fia gass, aku gass!” Ucap Bintang sambil melirikku.
“Aku sih berangkat!” Jawab Fia.
“Wani wis!” Sahut Fahmi, sedangkan Ganda sang Drummer masih tak berkomentar.
“Oke, aku sholat sama mandi dulu kalo gitu. Mas Gandaa! Kuat yaa sikilnya (kakinya)!” Pamit Fia sambil mengejek Ganda karena ia tahu bahwa menjadi seorang Drummer band metal itu melelahkan karna harus bermain double pedal.
Seusai mandi badan Fia terasa segar dan kembali bersemangat. Ia berjalan menuju studio pribadi di rumahnya untuk latihan bersama ‘After Sunset’.
Rupanya berlatih band juga melelahkan bagi tiap playernya. Tak terasa sudah empat jam lamanya mereka berada dalam studio, waktu menunjukkan pukul 23.00.
Mohon maaf jika terdapat typo, hehe.
Kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Jangan lupa vote dan dukung terus yaa! Terima kasih!❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Pantaskah Aku?
Teen FictionBagaimana bisa seorang laki-laki sholih penyandang santri terbaik, datang melamar begundal wanita sepertiku ini? Cerita berbahasa Indonesia dicampur dengan sedikit Bahasa Jawa. hehe. -Selamat menikmati cerita pertama saya. Jangan lupa vote terus y...