#39

44 0 0
                                    

Happy Reading, Readers!♥️


"Wa.. Waalaikumsalam. I.. ini sungguh Mas Anjar?" ucap Ajeng terkejut.

"Jeng kok lama? Ada sia.." ucap Ria menyusul dari dalam dapur.

"MAS ANJARR!!" ucap Ria terkejut setelah melihat Anjar.

"Iya ini saya, maaf mengganggu waktunya sebentar." Balas Anjar.

"Dif.. siniin!" pinta Anjar kepada Fia.

Fia memberikan 2 lembar kertas undangan kepada Anjar. Ajeng dan Ria melihatnya setengah tidak percaya.

"Ajeng, Ria.. InshaAllah bulan depan saya menikah dengan Fia, mohon doanya yaa. Kalo ngga repot silahkan datang, acaranya di Surabaya, kalian bisa berangkat bareng temen-temen lainnya." Ucap Anjar dengan menyodorkan dua lembar kertas undangan.

Ajeng dan Ria menerimanya dengan terdiam tak percaya.

"Oh iya, mohon maaf juga yaa apabila selama ini saya dan Fia banyak menyakiti kalian. Kalo gitu, kami pamit ya. Assalamualaikum.." Imbuh Anjar.

Anjar dan Fia berlalu meniggalkan Ajeng dan Ria yang tengah melongo tanpa sepatah katapun di depan pintu dapur.

"Waalaikumsalam.." balas Ajeng dan Ria yang masih tak percaya dengan kata-kata Anjar dan kertas undangan yang dipegangnya.

"Rii, ini boong kan? Bilang sama aku kalo ini prank." Ucap Ajeng dengan tatapan kosong dan masih menggenggam kertas undangan itu.

"Tapi jeng, i.. ini bener ada tanggal dan lokasi akad nikahnya." Balas Ria.

"Rii.. tolong pukul pipiku rii. Aku pasti mimpi buruk ini rii.." ucap Ajeng terkulai lemas menyandar pada meja makan.

***


Keesokan harinya selepas sholat subuh. Fia sudah selesai membereskan barang-barangnya.

"Tokk.. tokk.. tokk.. Assalamualaikum.." suara seseorang mengetuk pintu ndalem.

Fia bergegas keluar kamar menuju ruang tamu untuk membuka pintu, tetapi Vivi sudah sampai duluan untuk membuka pintu.

"Waalaikumsalam.. Oh Anjar, mau balik sekarang?" tanya Vivi pada Anjar yang tampak menggendong ransel dipunggungnya.

"Iya Ning, Fianya sudah bangun?" tanya Anjar.

"Udah.. Duduk dulu Mas, Fia mau siap-siap bentar." sahut Fia muncul dari balik korden ruang tamu dengan meletakkan teh hangat di atas meja.

"Assalamualaikum.." ucap Cahyo yang baru saja kembali dari musholah.

"Loh jadi balik subuh-subuh gini Njar?" tanya Cahyo. Vivi kembali ke dalam.

"Nggih gus, tiketnya setengah 7 pagi." Jawab Anjar dengan menyeruput teh hangat buatan Fia.

"Yaudah, kamu tunggu Fia ya. Aku panasin dulu mesin mobilnya." Ucap Cahyo.

Tak begitu lama Fia muncul dengan menggendong ransel dan menjinjing totebagnya.

"Gus Cahyo udah dateng?" tanya Fia meghempaskan diri di sofa sebelah Anjar dengan jarak.

"Udah, katanya lagi manasin mobil." Jawab Anjar.

"Semalem bisa bobok?" imbuh Anjar bertaya.

"Agak kepikiran Ajeng sih, tapi akhirnya bobok juga. Mas Anjar gimana?" tanya Fia kembali.

"Kenapa harus mikirin Ajeng sih Dif haha.. Setengah sepuluh Mas Anjar udah tepar semalem, asrama putra sepi lagi pada latian silat." Jawab Anjar.

"Siniin tasnya Mas angkut ke bagasi." Imbuh Anjar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pantaskah Aku? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang