#21

2K 89 3
                                    

Happy Reading, Readers!❤️

Fia POV End..

...


Hari demi hari di pondok dilalui dengan suka cita oleh Fia. Memang sempat terlibat konflik dengan Ajeng yang berusaha menjauhkan Fia dengan Anjar, tetapi hal itu tidak membuat pertemanan mereka rusak tapi justru menjadikan Fia sebagai orang yang berhati-hati dalam berhubungan dengan lawan jenis yang bisa menimbulkan fitnah. Fia, Anjar dan Rasyid masih berteman seperti sediakala.

Fia dan Anjar sudah melaksanakan hukuman dengan fair. Fia sudah kembali ke asrama putri dan sudah menyelesaikan hafalan surat Al-Mulk nya.

Begitu juga dengan Anjar yang kini sudah mulai aktif mengajar Diniyah lagi. Tetapi Anjar sudah tak mengajar Fia lagi dalam kelas Diniyah, karena Fia sudah dipindah kelas ke kelas Rasyid sejak seminggu yang lalu.






Satu bulan kemudian..

Setelah usai mengikuti jamaah sholat subuh, Fia dan Nisa berjalan beriringan di lorong pondok hendak menuju asrama putri. Fia melihat beberapa orang di sebrangnya sedang berbicara dengan Kyai Yazid. Dengan sedikit menyipitkan mata, perlahan penglihatannya sedikit fokus.

“Ayah!! Ibu!!” teriak Fia setelah mengetahui orang diseberang itu adalah orang tuanya.

Fia berlari kencang, dan memeluk mereka berdua. Bukan pelukan balik yang ia dapat, tetapi malah jeweran keras ibunya di telinga Fia yang tertutup kerudung membuatnya meringis kesakitan.

“Aduhh duhh, bu sakit sakit!” rintih Fia.

“Ayah sama ibu kan nyuruh kamu disini buat belajar yang bener! Siapa suruh buat godain santri sampek kena ta’zir segala?” balas Fatimah dengan tetap menjewer telinga kanan Fia.

“Aaaa lepas dulu, sakit sakit!” ucap Fia tetap merintih, kemudian ibunya melepaskannya.

Fia masih mengusap-usap telinganya dan hendak berbicara. Sesaat setelah Fatimah melepaskan jeweran di telinga kanan anaknya itu, kini ganti Ibrahim menjewer telinga kiri Fia.

“Aaaaa kenapa lagi Yah?” teriak Fia yang kini merasakan sakit di telinga kirinya.

“Gapapa biar imbang! Haha..” ucap Ibrahim kemudian melepas jewerannya.

“Dasaar Ayah ih!” ucap Fia dengan memukul lengan Ayahnya.

“Biasanya kalo orang tua sambang anaknya di pondok tuh dibawain jajan, dipeluk-peluk. Lah ini malah dijewer!” gerutu Fia.

“Kamu bikin onar soalnya!” balas Fatimah.

“Bikin repot Abah aja loh!” imbuh Ibrahim.

“Sudah-sudah nanti biar Fia cerita sendiri! Fia nanti ke ndalem nggih!” ujar Kyai.

“Nggih Bah!” balas Fia dengan mencium tangan Kyai dan diikuti oleh Nisa dibelakangnya.

Fia kembali ke asrama putri untuk membersihkan diri dan bersiap-siap ke dapur untuk sarapan bersama-sama dengan santriwati lainnya.

Setelah mengisi perut bersama para santriwati, Fia bertemu dengan Anjar dan Rasyid di jalan menuju ndalem Abah.

“Oi Mas!” teriak Fia dari kejauhan, sehingga membuat yang dipanggilnya berhenti dan menoleh ke belakang. Fia pun menghampiri mereka.

“Waalaikumsalam Ning, ada apa?” ucap Anjar dan Rasyid.

“Hehe maaf ya, Assalamualaikum akhi!” ucap Fia meringis dengan menyatukan kedua telapak tangannya.

Pantaskah Aku? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang