Happy Reading, Readers!❤️
“Besok-besok kalau kerasa berat, baca bismillah, ayat kursi, sama pijet bagian yang kerasa berat!” Ucap Kyai.
“Inggeh Bah..” Balas Fia menurut.
***
Hari demi hari telah dilalui Fia di pondok. Ia melakukan selayakya seorang santri. Beberapa hari setelah kejadian ketempelan dan tindihan itu, Fia dipindah untuk tidur di asrama putri kelas 3 SMA agar lebih nyantri.
Berada di asrama putri kelas 3 SMA itu seperti berasa di kos-kosan putri. Isinya banyak gosip, dan bau make up mereka karena kelas 3 SMA sudah tidak ada ketua kamar atau senior yang mengatur dalam kamar. Adapun itu juga dari seangkatan mereka sendiri, jadi lebih fleksibel.
“Ning Fia deket ya sama ustad Anjar?” tanya salah satu santriwati kepo.
“Mas Anjar? Iyaa.” Jawab Fia santai.
“Jadian Ning?” tanya santriwati lainnya.
“Lah ngapain? Enggak lah!” jawab Fia lagi setengah bingung, namun tetap santai menghadapi pertanyaan bocah SMA.
“Terus Ning Fia maunya langsung nikah gitu ya?” tanya santriwati lainnya lagi.
“Haa? Sama siapa, orang pacar juga belum ada!” jawab Fia sambil menguap ngantuk.
“Ya sama ustad Anjar dong Ning!” celetuk santriwati lainnya lagi.
“Tapi ati-ati nih Ning sama si tuan Ajeng ketua kamar sebelah tuh, kalo Ning Fia deket sama ustad Anjar!” bisik santriwati yang ada disebelah Fia.
“Oh iya dia kan penggemar beratnya ustad Anjar, kirim surat tapi ngga pernah dibales ustad! Kasian juga hahah!” ucap santriwati di belakangnya, fia masih menyimak obrolan ciwi-ciwi ini.
“Oh apalagi yang waktu Ning Fia pingsan dibopongin usatd Anjar kapan hari itu? Katanya seisi kamar jadi pelampiasannya nenek lampir itu!” ucap santriwati lainnya.
“Hahahh jadi kalian ngira aku deket sama Mas Anjar dalam arti cemewew gitu?” tanya Fia balik dengan tertawa, dan mereka mengangguk.
“Enggaklah yang bener aja! Kita cuman sahabatan sama kek Mas Rasyid juga! Tapi yang ratunya kamar sebelah itu ngeri juga ya? Hahahh tapi sayangnya aku bodo amat!” jawab Fia dengan tertawa geli dan menarik selimutnya.
“Ya mungkin aja sahabat jadi cinta Ning, cocok kok!” sahut santriwati pertama.
“Hahahahh mana mungkin? Udah ah bobok! Gosip muluk!” ucap Fia kemudian memejamkan mata.
“Ah ning Fia ngga asik ah!” ucap para santriwati itu dan Fia tak mau menanggapi.
.Beberapa hari berlalu..
Setelah sholat isya Fia hendak pergi keluar pondok untuk membeli paket data internet karena miliknya habis sehingga ia tidak dapat membalas chat dari teman-temannya dan membaca email dari calon kampusnya.
“Dek, ayo salah satu ikut aku keluar yuk temenin beli paket data!” ajak Fia kepada santriwati sekamarnya.
“Kita lagi banyak PR nih Ning, maaf nggih!” jawab salah satu santriwati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pantaskah Aku?
Teen FictionBagaimana bisa seorang laki-laki sholih penyandang santri terbaik, datang melamar begundal wanita sepertiku ini? Cerita berbahasa Indonesia dicampur dengan sedikit Bahasa Jawa. hehe. -Selamat menikmati cerita pertama saya. Jangan lupa vote terus y...