#13

2.1K 83 5
                                    

Happy Reading, Readers!❤️


Sejenak aku berpikir sholawat apalagi ya? Duh aku ini tolol banget sih hampir empat semester sekolah di Universitas Islam tapi ngga hafal satupun sholawat. Malu-maluin. Gerutuku dalam batin tak berhenti.

...

Oh aku ingat, yang biasa dinyanyikan sama pak dosen kelas ma’had dulu.

“Okee satu ya!” pintaku dan lainnya hanya menganggguk.

Ya Rasulallah~ Ya ya Nabi, ya Nabi. Laka syafaat~ wa hadza mathlabi, Ya Nabi (2x). Antal murtaja yaumazziham. Isyfa’lana lana lana ya Habibana.. Udah ah gantian Mba Nisa.” Protesku.

“Uh keren, suaranya rocker!” celetuk salah satu santri. Dan aku hanya meliriknya tajam.

“Wah giliran Dek Nisa yoo, aku tunggu-tunggu ini!” Sahut Rasyid, aku hanya meliriknya dengan tertawa kecil.

Mbak Nisa mulai mengeluarkan suaranya.
Gila banget suaranya Mbak Nisa, bikin mati gaya. Suaranya alus banget, mendayu-dayu dan dapat menggapai nada-nada tinggi. Aku memang tidak tau dia membawakan sholawat apa, tapi yang pasti aku menikmatinya.

“Besok habis Isya stay sini aja langsung latihan buat akhir bulan ini. Udah yang putri silahkan balik dulu!” Ucap Gus Cahyo.

Fia POV End..



Setelah itu Fia dan Nisa berjalan beriringan keluar masjid.

“Mba Nisa suaranya enak banget! Makannya apa?” tanya Fia penasaran.

“Emang makan apa Ning?” tanyanya bingung.

“Kali aja ada resep khusus bikin suara enak.” Ucap Fia.

“Engga kok Ning, saya cuman makan seadanya dari dapur Pondok. Hehe.” Balas Nisa.

“Suara Ning Fia juga keren kok, serak-serak manja” tambahnya memuji Fia.

“Iya keknya lebih cocok ngedesah daripada nyanyi, apalagi sholawatan!” balas Fia santai tapi frontal.

“Eh Ning Fia.. Hahahahahh engga ih, paling dilatih bentar juga udah super!” ucap Nisa tertawa dan tidak menyangka Fia sefrontal itu.

“Ning Fia kok tiba-tiba masuk tim hadrah gimana ceritanya?” tanya Nisa penasaran.

“Kenapa Mbak? Ada omongan ya di asrama putri, gara-gara Mas Anjar sama Rasyid jemput mbak tadi ya?” tanya Fia balik menebak.

“Uhmm..” Nisa hanya bergeming.

“Ada omongan apa Mbak? Gapapa bilang aja, sebenernya aku ya udah ngira sih cuman ngga punya temen cewek yang tak buat sharing.” Jelas Fia dengan menarik tangan Nisa untuk duduk di bangku taman dekat masjid.

“Biar aku tau dan bisa introspeksi diri juga sih!” tambah Fia.

“Engga, anak-anak cuman pada heran. Kok sejak beberapa hari ada Ning Fia disini, Nisa baru dipanggil buat masuk team hadrah. Kok ndak dari dulu-dulu gitu maksudnya.” Jelas Nisa.

“Gini mbak yak jelasin yaa, kapan hari emang aku nongkrong sama Masku. Dia juga ngajakin duo homo itu. Aku ngikut buat ngedit video manggung aja sih Mbak, butuh wifi juga soalnya. Nah singkatnya nih duo homo itu dikasih liat videonya sama Mas Fahmi. Terus ya aku bilangin, stalker aja di channelku. Eh ternyata mereka ng-stalk beneran deh, terus mereka bilang ke Mas Cahyo. Endingnya ya gitu deh, aku diminta buat jadi vokal. Terus aku minta temen cewek.. Hmm, aku udah menduga sih bakal muncul omongan gini.” Ujar Fia menceritakan kronologinya.

“Duo homo siapa nggih Ning?” tanya Nisa tak mengerti.

“Itu, Mas Anjar sama Mas Rasyid tuh!” jawab Fia.

“Ohh mereka. Hahaha..” balas Nisa ber oh ria dan tertawa.

“Maaf ya Ning kalau muncul gosip yang nggak-nggak bikin Ning Fia sakit hati. Setelah ini bakal aku ceritain kejadiannya ke mereka biar ngerti.” Ucap Nisa lembut.

“Yuk balik Ning! Udah malam.” Ajak Nisa.

“Iyaa mba, mba Nisa hati-hati. Fia belok Ndalem dulu ya!” Ujar Fia.

“Nggih Ning, semoga betah kita berpartner!” ucap Nisa.

“Iya aamiin.” Balas Fia.

“Assalamualaikum!” Ucap Nisa dan berlalu meninggalkan Fia.

“Waalaikumsalam.” Balas Fia kemudian beranjak dari kursi taman dan menuju rumah.

Keesokan harinya setelah mengikuti kelas pondok yang rampung pada jam 10 siang, Fia kembali ke rumah. Disana ada sepupu Fia yang baginya cukup menjengkelkan, siapa lagi kalau bukan Cahyo beserta istrinya.

“Gus, ajarin Fia dong caranya bawain sholawat!” pinta Fia pada Cahyo.

“Sekarang coba lagu Qomarun! Besok kamu bawa tiga lagu aja sementara.” Ujar Cahyo.

“Browsing liriknya dek kalau ngga hafal!” Sahut Vivi, istri Cahyo.

“Okee.. Ekhemm, mulai yo?” tanya Fia dan dibalas anggukan oleh keduanya.

“Qomarun.. Qomarun.. Qomarun sidnan Nabi Qomarun..” Fia mulai membuka suaranya.

“Kamu kebiasaan dari dada ya? Katanya vokalis?” tanya Cahyo menghentikan Fia.

“Yakan emang aku vokalis metal Gus, yang bener aja scream dari perut ya ngga keluar dong!” jelas Fia.

“Nah, latian suara perut sama Ning Vivi aja biar lebih luwes. Pokok kamu bawa tiga lagu dulu.” Ujar Cahyo.

“Apa aja?” tanya Fia.

“Qomarun itu yang dasar, Isyfa’lana yang kemarin sama Nisa, satu lagi Tabassam sama Anjar yo!” Jawab Cahyo dan berlalu pergi meninggalkan Fia dan Vivi di ruang tamu itu.

“Gus oi yang bener aja dong!” ucap Fia hendak menyusul Cahyo, namun tanggannya ditahan oleh Vivi dan menyuruhnya untuk duduk kembali.

“Ning yang bener aja sih? Yang ketiga tuh liriknya susah! Colabnya sama Mas Anjar lagi hmm talahh!” Oceh Fia pada Vivi penuh emosi.

“Nanti diajarin sama Ning Vivi sampe bisa Dek! Kenapa? Narvest ya duet sama Anjar?” ucap Vivi meledeka.

“Yaiyalahh, ngga imbang kali suaranya!” balas Fia.

“Iya besok latian sama-sama bareng Ning Vivi setelah Anjar ngajar! Kita latian di ruang batik atau disini aja?” tanya Vivi memberi pilihan.

“Disini aja! Malu lah aku di ruang batik mesti banyak orang. Lagian ngapain sih harus latian bareng sama mas Anjar?” balas Fia masih penuh emosi.

“Hahahahh.. Ya buat nyatuin suara kalian toh Nduk, nanti sama Nisa juga latiannya!” balas Vivi lembut dengan mengusap kepala Fia.

“Udah ayok ambil wudhu, kita ke masjid terus makan!” ajak Vivi

Kemudian Fia berdiri untuk segera mengambil air wudhu dan mukenahnya untuk melakukan sholat berjamaah di masjid.

Fia melakukan rutinitasnya  sebagai seorang santri. Ia pun juga mulai terbiasa dengan latihan bersama dengan team hadrahnya. Ia sudah menjalankan tantangannya untuk yang pertama dengan lancar. Walaupun di awal-awal ia merasa narvest karena disaksikan oleh beribu-ribu penonton yang di dominasi santri dan warga sekitar.




Bersambung..

Mohon maaf jika terdapat typo dalam tulisan, hehe.
Kritik dan saran uang membangun sagat diperlukan.
Jangan lupa vote terus yaa! Terima kasih!!😘

Pantaskah Aku? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang