#7

2.8K 96 4
                                    

Happy Reading, Readers!❤️

Ayoo Fia semangat move on!

POV End..

Tak lama kemudian datang sebuah mobil Alphard memasuki parkiran, tampak sepasang suami istri dan seorang gadis remaja keluar dari dalamnya. Siapa lagi kalau bukan Ibrahim bersama istri dan anak terakhirnya Alin. Mereka datang menjemput Fia dan Fahmi untuk mengantar Fia ke Jogja dan sekalian sowan pada Ayah Fatimah, KH Yazid Assaili.

“Oh pak buk! Mau berangkat sekarang?” Sapa Daniel sambil berdiri dari tempat duduk mencium punggung tangan Ibrahim dan Fatimah, dan diikuti oleh lainnya.

“Iya Le (penggilan untuk anak laki-laki) mau ikut ta?” Balas Fatimah.

“Ibu salah kalau tanya ke Daniel, coba tanya Bintang. Hahaha..” Sahut Fahmi.

“Oh, Nak Bintang mau ikut nganterin Fia ta?” goda Ibrahim sambil melirik anak keduanya yang terlihat salah tingkah.

“Mau banget dong Pak! Hahaha..” Jawab Bintang antusias.

“Masuk bagasi aja sana kalau mau!” ucap Fia jutek.

“Ganda juga mau ikut pak, tapi duduk sanding (samping) Dek Alin nggih!” Canda Ganda.

“Pedofil!” Ucap Fia dan Fahmi dan menjitak kepala Ganda bersamaan. Sedangkan yang di jitak hanya meringis kesakitan dan Alin hanya bodo amat melihatnya.

“Makan dulu aja kalian, Ibu sama Bapak santai kok.” Ucap Fatimah pada Personil After Sunset itu.

Sampun (sudah –bahasa jawa) kok bu kita makannya.” Jawab Nanda.

“Mondok yang bener Fi! Biar manfaat.” Ucap Nanda dengan menepuk bahu Fia.

“Siap Mascu Nanda! Jangan rindu yak!” balas Fia sambil mengacungkan jempol tangannya.

“Yaudah aku sama Fia cabut dulu ya.” Ujar Fahmi dengan memeluk Nanda, Bintang, Daniel, dan Ganda satu persatu. Kemudian Fia juga ikut bersalaman dengan mereka.

“Yoi bro, take care! Atos-atos nggih Pak Bu! (hati-hati ya pak bu!)” Balas Daniel kemudian mencium tangan Ibrahim dan Fatimah.

“Kalian juga hati-hati pulangnya!” Ucap Ibrahim kemudian berlalu meninggalkan mereka.

Perjalanan malam memang nikmat. Sepi dari lalu lalang kendaraan  dan terbebas dari terik matahari yang menyengat. Perjalanan Surabaya – Jogja memakan waktu selama enam jam melewati tol. Mereka memasuki area Pondok Pesantren Nurul Iman pada pukul 04.30 pagi.

Ibrahim langsung memarkirkan mobilnya didepan rumah Kyai Yazid. Rumahnya masih tertutup karena Kyai masih sholat berjamaah di masjid pondok. Ibrahim dan Fatimah membangunkan anak-anaknya untuk turun dari mobil dan menuju masjid untuk segera melaksanakan sholat subuh.
Setelah jamaah sholat subuh selesai Ibrahim sekeluarga berjalan ditemani Kyai Yazid menuju rumahnya. Sesampainya disana mereka semua duduk di ruang tamu yang cukup luas itu.

“Cucu Abah pinter-pinter semua yaa!” ucap Kyai Yazid sambil mengusap puncak kepala kedua cucu perempuannya Fia dan Alin.

“Yahh Alhamdulillah, Bah!” Balas Fia santai.

“Yang di sini semuanya belajar dengan pinter, jadi guru sama pengurus. Eh yang di Surabaya ngga kalah pinter, yang pertama udah jadi Dokter, yang ini dapet beasiswa luar negeri, terus yang bungsu ini selalu masuk kelas akselerasi. Bangga Abah kalau gini.” Jelas Kyai Yazid merasa bangga.

“Eh, Bah. Alin pamit dulu nggih mau ke pesantren putri. Kangen temen-temen hehe..” Pamit Alin pada Kyai, Ayah, Ibu, dan dua Sepupuku beserta istri mereka sambil mencium tangan mereka satu per satu.

“Mau langsung kelas sekarang atau nanti Fi?” Tawar Gus Cahyo yang merupakan sepupu Fia.

“Langsung suruh sekarang aja, Gus!” sahut Fahmi iseng.

“Alahh Gus, besok aja ya dong! Ini kan hari Minggu, lagian Fia ngantuk nih!” balas Fia langsung berdiri dan berjalan menuju kamar depan yang biasa ia tempati saat liburan.

Kyai Yazid hanya tersenyum dan sedikit menggelengkan kepalanya melihat tingkah cucu perempuannya satu ini.

Fia terbangun pukul 09.00 dan mendapati Alin yang terlihat baru tertidur di samping kanannya. Ia menggeser badannya pelan agar adiknya tidak terbangun, kemudian ia berjalan menuju kamar mandi karna ingin berjalan-jalan disekitar pondok.

Baru saja ia hendak keluar rumah Kyai, di teras rumah terdapat tiga lelaki yang tengah berbincang-bincang. Fia mengintip sejenak dari balik korden jendela. “Oh ternyata cuman Mas Fahmi, sama duo homo itu.” Batin Fia.

Orang yang dimaksud duo homo oleh Fia disini adalah Anjar dan Rasyid yang sering tampak berdua saja, seperti homo kata Fia walau nyatanya tidak.

Kemudian Fia kembali ke kamar untuk mengambil kerudung dan memakainya. Ia berniat mencari Ibu dan Ayahnya keluar, masih sampai teras rumah Fia di panggil oleh Fahmi.

“Oi Prett sini!” Panggil Fahmi yang melihat Fia berjalan dan hendak mengabaikan tiga pemuda itu.

“Apa?” Jawab Fia sedikit nge-gas.

“Oh Ning Fia! Pas banget!” Sahut Rasyid antusias.

“Apaan?” tanya Fia lagi.

“Aku mau ngopi keluar sama bertiga sama Rasyid sama Anjar. Ikut ngga?” Tawar Fahmi pada Fia.

Sampeyan ini ganggu romansanya Mas Rasyid sama Mas Anjar aja!” Ucap Fia santai.

“Allah.. Ning saya masih normal loh kalau ngga percaya, saya juga mau loh kalau dijodohkan sama Ning Fia.” Balas Rasyid dengan nada medoknya.

“Hahahah.. Guyon (bercanda) kali Mas!” Ucap Fia.

“Loh Gus, Ning Fia cewek sendiri emang nggapapa?” Tanya Anjar pada Fia.

“Lah emang dia cewek ya Njar?” Tanya Fahmi balik.

“Gundulmu!” Sahut Fia sambil menjitak kepala kakaknya dan terlihat kedua lelaki di sebrangnya terkekeh pelan.

“Hahaha.. Ikut nggak?” Tanya Fahmi pada Fia.

“Ikut, bentar tak ambil laptop sekalian ngedit video perform sama live music kemarin.” Jawab Fia sambil berlalu menuju kamar.

“Buruan, ajak Alin juga kalau mau!” Ucap Fahmi.

“Alin bobok..” Teriak Fia dari dalam tapi terdengar sampai depan.

Setelah itu Fia bergegas berjalan mendekati kakaknya yang tengah memanasi mesin mobilnya. Kemudian mereka melajukan mobil yang didalamnya terdapat Fahmi, Fia, Rasyid dan Anjar, keluar dari halaman pondok.


Author POV..

Ning adalah sebutan bagi keturunan (perempuan) seorang Kyai baik anak, cucu, cicit, dan sampai ke bawah.

Gus adalah sebutan bagi keturunan (laki-laki) seorang Kyai baik anak, cucu, cicit, dan sampai ke bawah.

Author POV End..


Bersambung..


Mohon maaf jika terdapat typo, hehe.
Kritik dan sarab yang membangun sangat diperlukan.
Jangan lupa vote terus yaa! Terima kasih!❤️

Pantaskah Aku? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang