#27

2.4K 98 8
                                    

Happy Reading, Readers!♥️

Pagi hari, setelah santri-santri sarapan ke dapur, Fia berjalan-jalan mengelilingi komplek pondok, berharap ia bertemu dengan orang yang dicarinya. Saat sampai di depan kantor pondok ia disapa oleh seorang yang ia kenal.

...

“Ning Fia! Assalamualaikum.” Sapa seseorang itu.

“Waalaikumsalam Mas Rasyid!” balas Fia.

“Lagi liburan Ning?” Tanya Rasyid.

“Iyaa kebeneran nih Mas Fahmi kan nikah, Fia disuruh pulang deh. Coba kalo ngga ada acara paling juga tetep liburan disana Mas!” Jelas Fia.

“Lah kok ndak pulang Indo aja tiap liburan?” tanya Rasyid lagi.

“Ya kali mas tiket pesawat Jerman-Indo cuman 15 rebu, bisa pulang-pergi tiap hari aku!” Jawab Fia.

“Haahahahhh, bener juga Ning! kalo liburan gitu berapa lama emang?” tanya Rasyid.

“Lama mas sampe 3 bulanan, tapi aku tahun ini cuman ambil libur satu bulan aja sih.” Jawab Fia.

“Lah kenapa Ning?” tanya Rasyid penasaran.

“Iyaa fia kerja juga disana mas, biar ga minta uang-uang mulu ke Ayah Ibu hahahahh..” Ujar Fia.

“Ohh bisa juga ya gitu? Yahh semoga lancar deh studinya disana Ning, cepet balik ke Indo lagi kerja di sini! Hahaha..” ucap Rasyid.

“Aamiin.. Eh lah tumben sendiri Mas?” tanya Fia menyadari ada sesuatu yang kurang.

“Lah emang harus sama siapa Ning?” Tanya Rasyid kebingungan.

“Lah pasangan homonya mana? Lagi war kah kalian?” Ujar Fia.

“Ohh Ning Fia belum tahu?” tanya Rasyid, dan dibalas gelengan kepala oleh Fia.

“Sama kek Ning Fia, Anjar studi di Luar. Katanya beasiswa S2 di Mesir gitu Ning.” Balas Rasyid.

Dheggg..



Fia POV..

Kata orang, jogja adalah kota yang penuh cerita, kenangan dan kerinduan. Ya!  Itu juga berlaku untukku saat ini. Aku rindu Jogja dengan segala kesopanan, pondok, dan cerita bersama-orang-orang disana.

Alasanku kembali ke Pondok ini tak lain untuk bertemu dengan orang-orang yang aku rindukan. Suasana pondok, bangun pagi, semakan ngaji, makan bareng, Mbak Nisa, Mas Rasyid, dan tentunya Mas Anjar yang entah sejak kapan aku mulai menaruh hati padanya.

Pagi ini aku sengaja berjalan-jalan mengelilingi pondok, berharap bertemu dengan duo homoku. Namun aku dikecewakan dengan salah satunya, si pemikat hati ini yakni Mas Anjar.

Bukan aku tak senang ia mendapat beasiswa S2-nya ke Mesir, tapi entah hati ini merasa kecewa karena selama ini ia berkabar denganku namun ia tak mengabarkan kabar beasiswanya.

Sejenak aku berpikir “Wajar aja sih Mas Anjar ngga ngasih tau, kan emang selama ini aku yang ngga pernah nanya. Stop! Lagipula kamu ini cuman temennya Mas Anjar Fi, jangan bodoh minta dikabarin dia terus!” Bantinku dengan tersenyum masam.

“Ning Fia? Hoi ngelamunin apa?” Tanya Mas Rasyid menyadarkanku dari lamunan.

“Eh nggapapa mas!” jawabku masam.

“Beneran nih?” tanyanya lagi.

“Kenapa Mas Anjar ngga ngasih tau Fia ya Mas? Padahal kita juga sering chatting kok, bahkan sebulan lalu aku juga bilang kok mau pulkam, tapi dia ngga ngomong apa-apa soal beasiswanya.” Jelasku.

Pantaskah Aku? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang