Orang tua

28 0 0
                                    

Sepulangnya latihan Dian tidak langsung pulang, sebagai kebiasannya dia suka melihat lampu jalan yang cukup menenangkan

Pukul 23.50 ia baru melangkahkan kakinya di halaman rumah. Dengan santainya ia membuka pintu tanpa rasa takut dan khawatir seakan sudah seperti biasa seperti itu

"Kamu dari mana Dian!!??" bentak ayah dian yang sedang duduk di ruang tamu, lalu ia melangkahkan kakinya mendekat pada anak perempuannya

"Nggak perlu tau" ucap Dian cuek hingga membuat ayahnya tersulut emosi

Plakk

Satu tamparan mendarat di pipi kanan Dian tanpa membalas dan hanya diam Dian menikmati pukulan itu seakan itu sudah menjadi makanan sehari-hari baginya

"Dasar anak nggak tau di untung" ucap sang ayah sambil menampar Dian

Tambah remuk sudah badan Dian, Sambil bencengkram rahang Dian , sang ayah memperhatikan luka di sudut bibir dan pelipis dian kemudian di hempasnya secara kasar

"Udah jadi sok jagoan kamu hah!!!" bentak sang ayah

Tanpa peduli Dian berjalan ke kamar tak di sadari air matanya luruh begitu saja tanpa suara tak ada tempat untuk bersandar dan menuangkan keluh kesahnya. Tidak ada yang mengerti dirinya

**
Sementara itu dengan Fany ia masih cuek dengan sang ibu

"Fan makan dulu ya.." panggil sang ibu saat melihat anaknya baru pulang

Fany cuek hanya menuju kamar tanpa memerdulikan sang ibu
Sebelum sampai kamar sang ibu sudah mencekal tangannya

"Mau sampai kapan Fan?"
Tanya sang ibu dengan tegas

"Sampai ibu pisah sama orang itu" tunjuk fani dengan kurang ajar pada lelaki yang ada di meja makan ya itu ayah tiri Fany

"Kenapa Fan kenapa kamu nggak bisa buat ibu bahagia?" ucap maria ibu Fany yang sudah mulai berlinang air mata

"Aku rindu ayah buk.. Aku nggak ikhlas posisi ayah yang belum pasti meninggal diganti sama orang itu" Jelas Fany

"Udah dua taun Fan dua taun"
Jelas sang ibu

"Ck akhk" desis Fany dan memghempaskan tangannya hingga terlepas dari ibunya

Braakkk

Terdengar gebrakan pintu.. Ya pasti Fany marah dan kecewa sementara maria hanya bisa menangis di dalam pelukan Tio suami keduanya

***
"Va habis dari mana sayang ko lebam semua gitu?" tanya sang papa

"Duh.. Maaf pa.. Tadi aku nolongin temen"ucapnya sambil memeluk sang papa yang duduk di sofa

"Mama belum pulang??" tanyanya

"Belum"ucap sang papa sambil mengelus putrinya itu

"Lain kali jangan berantem lagi nggak semua masalah harus di selesaikan dengan kekerasan Eva" lanjutnya dan di balas anggukan

"Papa udah minum obat?" tanyanya

ya papanya itu sudah sakit-sakitan dari satu tahun lalu dan mengharuskan sang mama untuk bekerja

Tapi kadang sang mama selalu merendahkan papanya hingga membuat Eva muak dengan kelakuan mamanya itu
Bisa di bilang Eva kurang kasih sayang sang mama

***
"Mah pah aku pulang" teriak devi

Sepertinya di antara teman-teman yang lain hanya devi yang merasakan kehangatan dalam keluarga

Ia memang anak orang yang hidup sederhana bagi keluarga devi kaya itu tak penting yang lebih penting kehangatan dan kasih sayang keluarga

***
"Bi..."
"Eh non Risma udah pulang kok sore banget non" Tanya sang bibi

"iya bi tadi ada urusan mama papa belom pulang bi?" tanya Ririn dengan raut kecewa

seharusnya ia di sambut oleh orang tua demgan raut cemas karena anaknya pulang larut tapi ini heh..

"Be.. belum non kayaknya mereka nggak pulang, non risma mau bibi siapin apa?" tanya bibi agak takut

"Siapin makan aja nanti bawa ke kamar aku" perintah Ririn

Percuma kaya percuma banyak uang tapi nggak ada kasih sayang
Ia langsung melangkahkan kaki ke kamarnya dan membersihkan diri

***

Riza yang hanya tinggal dengan ibunya menjalani kehidupan yang cukup pelik, kakamya yang tinggal jauh karena konflik dengan ibunya membuat Riza membangun karakter bebas untuk mengekpresikan dirinya

"Ri, besok abangmu mau ke sini" ucap Hanum mama Riza

"Oh. Iya mba" jawab Riza lalu kembali ke kamar

Drtt drtt getar ponsel berbunyi, tertera nama Rio di sana, ya Kaka lelaki Riza, Rio Fauzan

"Hallo" ucap Riza

" za.." Rio memulai pembicaraannya

"Hm" jawab riza malas

"Lo masih ikut balapan?" tanya rio serius

"Apasih nggak jelas" jawab Riza mengelak

"Nggak usah bohong" ucap Rio dingin di sebrang sana

"Gue tau dari Adi lo masih ikut balapan kan? Buat apa si Za lo tu cewe nggak usah ngeyel deh" ucap Rio

"H.m" ucap Riza singkat

"Udah ah, besok mau pulangkan behas besok aja gua capek" lanjut Riza lalu mematikan teleponnya


DEFAR🌠 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang