khawatir

11 0 0
                                    

Dengan keadaan yang sama tak baik-baik saja Dian mengendarai motornya menuju Ruma sakit

"Hai Ge.. Gue bawa bunga mawar orange kesukaan lo, lo bangun ya" ucap Dian meletakkan buket bungan di atas nakas

Dan duduk di kursi sebelah Tempat tidur Gea

"Ge.. Sekarang gue ngerokok lagi, lo nggak mau Nglarang gue? Marahin gue?" tanya Dian dengan mata yang sudah berkaca-kaca, ia masih setia menunggu Gea bangun dengan mengelus tangan sahabatnya itu

"Sampai kapan lo mau kaya gini Ge" ucap Dian sudah tak bisa membendung air matanya dan mulai menundukkan dirinya, membawa wajahnya pada tangan Gea menyembunyikan isak tangisnya

"Bagun Ge gue mohon" ucap Dian lalu memandang wajah pucat Gea

"Gue pamit dulu Ge..gue nggak sanggup liat lo yang terus terusan tidur" ucap Dian lalu pergi meninggalkan ruma sakit

***

"Bang!! Lo harus bertindak!!" bentak Riza pada Rio

"Kenapa lagi si hah!!" bentak Rio tak kalah seru sambil mendudukkan diri di kasur king size nya itu

"Dian jadi seorang bad sekarang" ucap Riza membuat Rio kaget

"Ga usah bercanda deh" ucap Rio masih agak santai meski dalam hatinya sudah berkecamuk rasa khawatir

"Kalo lo nggak percaya lo bisa tanya sama Eva" ucap Riza serius

"Ah pusing gue!!" keluhnya pada Riza

"Bantu Dian bang! Jangan sampe dia sakitin dirinya sendiri!, gue belum tau pasti masalalunya seburuk apa sampai kehilangan Gea aja dia kaya gini" jelas Riza lalu beranjak keluar kamar Rio sambil menepuk bahu kakanya itu

Tenpa menunggu lama Rio mengambil jaket, dan kunci motornya, tak lupa helm dan keluar rumah

Tak sadar di balik tembok ada yang meperhatikannya denga senyum bahagia

"Lo beneran cinta sama Dian bang, semoga dengan ini Dian bisa jadi lebih baik, dan lo juga bisa move on" batin Riza

***
Dian masih menerobos jalanan, tak peduli waktu yang makin larut, tak peduli dinginnya angin malam

Ia berhenti di sebuah kedai, di pinghir jalan memarkirkan motornya di sana

"Bu kopi hitam satu" pesan Dian lalu mendudukkan diri di luar kedai itu, melihat jalanan yang sangat padat dan menikmati setiap kesepian yang ia hadapi

"Ini neng" ucap sang ibu itu sambil memberikan kopi

"Makasih bu" ucapa Dian

Ibu itu masih berdiri menatap Dian dengan raut wajah khawatir

"Neng kalau ada masalah, jangan di pendem" ucap ibu itu dan di balas senyuman oleh Dian

"Makasih bu, masalah saya berat banget bu serasa nggak kuat" ucap Dian dengan mata yang mulai berkaca kaca

"Sabar ya neng, allah ngasih masalah itu bukan tanpa alasan ko" ucapnya sambil mengelus rambut Dian yang ia biarkan tergerai

"Iya bu" ucap Dian

"Yaudah ibu tinggal kedalem dulu" pamit ibu itu

"Huhh" dian menghirup nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara kasar berharap resah di hatinya juga ikut keluar

Seperti biasa ia mengambil satu puntung rokok yang selalu ia bawa lalu mematiknya dengan api

Menghisapnya dalam dan menghembuskannya secara perlahan

DEFAR🌠 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang