Bahagia

12 0 0
                                    

"Ada apa?" tanya Dian saat berada di belakang Rio

Mereka berada di halaman belakang base camp, Rio sengaja mengajak keluar dari ruang tengah karena merasa perlu berbicara pada Dian, sebenarnya Rio juga tak tau mengapa ia melakukan ini

Rio melangkah menuju gubuk yang berada di sana yang biasa di gunakan anak-anak untuk sekedar menongkrong sambil bermain kartu atau bermain gitar sambil berbincang menikmati angin semilir di daerah sana

Rio duduk di ikuti Dian yang duduk di sampingnya, Rio masih menatap lurus kedepan masing pada papan yang mereka duduki sehingga bahu mereka terlihat terangkat sedikit menutupi leher

"Lo kehilangan gelang?" tanya Rio membuat Dian kaget

"Bagaimana dia bisa tau? Apa gelangku ada bersamanya?bagaimana bisa?" batin Dian masih menatap Rio dengan heran

"Ah iya aku lupa kan dia yang menolongku mungkin gelangku ada padanya, atau mungkin Riza yang memberi tahunya" batin Dian lagi

Karena Dian terdiam dan melamun Rio bertanya lagi

"Bagaimana?" tanya Rio menghadap pada Dian membuat Dian tersentak kaget karena mendapati mata hitam pekat Rio menusuk penglihatannya seakan bisa menembus jantungnya, kini jantungnya berdetak lebih cepat

"Iya" ucap Dian sambil mengalihkan tatapannya

"Ini punyamu?" tanya Rio sambil memperlihatkan gelang hitam bergantungan DA itu pada Dian tepat di depan matanya

"Aaa iya ini punyaku.. Ya tuhan.. Aku mencarinya selama ini" ucap Dian kegirangan sambil berdiri dari duduknya dan memeluk gelang itu erat membuat Rio tersenyum geli melihat tingkah kaku Diqn yang menggemaskan

"Trimakasih.. Gelang ini sangat berarti untukku" ucap Dian sambil reflek memeluk Rio, membuat Rio memekik kaget akan perlakuan Dian

Dian yang sudah sadar akan sikapnya langsung melepas pelukannya pada Rio

"Maaf" ucapnya menunduk

"Ya tidak apa" ucap Rio masih mencoba menormalkan jantungnya

"Memangnya itu gelang apa?" tanya Rio penasaran karena itu sangat berarti bagi Dian

"Nggak, bukan apa-apa" ucap Dian lalu memakai gelang itu di lengan kirinya bersamaan denagn jam tangan hitam yang ia pakai

Rio hanya diam tak mau terlihat begitu kepo akan kehidupan Dian, toh dia bukan siapa-siapa Dian jadi untuk apa dia ikut campur?

"Gimana keadaan lo?" tanya Rio pada Dian setelah hening beberapa menit

"Baik" ucap Dian cuek

"Masih ngerokok?"

Deg. Bibir Dian kelu untuk mengatakan sejujurnya, dia hanya bisa menggeleng menutupi kebohongannya

"Semoga seperti itu" ucap Riodengan tatapan lurus ke depan

"Gimana lo sama Riza?" tanya Rio lagi

Entah mengapa di samping Dian Rio merasa ingin banyak bicara agar lebih dekat dengan Fian meskipun itu perkataan tidak penting

"Nggak gimana-gimana" jawab Dian kembali cuek

Ia masih malas jika harus membahas tentang Riza, entah mengapa ia menjadi sangat membenci Riza

"Gue tau lo kecewa, tapi bukannya pertemanan lebih penting dari segalanya ?" ucap Rio

"Menurut gue teman emang segalanya, tapi Riza apa sikap dia menggambarkan bahwa teman segalanya untuknya ?" kini Dian menatap Rio demgan sorot mata tajam

DEFAR🌠 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang