Drrtttt drtttt
Getaran ponsel bersilikon biru itu mengagetkan Riza setalah mengusap air matanya dan melepaskan pelukan dari Damar Riza mengangkat telfon yang ternyata dari Rio abanya
"Apa?" tanya Riza cuek
"Om Irwan meninggal" ucap Rio di sebrang sana membuat Riza membulatkan mata, entah ia harus senang atau sedih kali ini
"Kasih tau temen temen lo" ucap Rio setelah itu mematikan sambungan telfonnya
"Kenapa?" tanya Damar
"Ayahnya Dian meninggal" jawab Riza
"Innalillahi" ucap Damar
"Terus mau gimana? Hari ini juga ada kegiatan silat kan?" tanya Damar pada kekasihnya itu
"Kasih tau kang Amar aja, siapa tau yang lain juga mau takziah, kita kesana sekarang" ucap Riza lalu bangkit dari duduknya
Sementara Damar masih menghubungi kang Amar atas kabar duka yang menimpa Dian
***
"Kenapa Va?" tanya Ririn yang mengamati raut wajah Eva"Bokapnya Dian meninggal" ucap Eva dengan air mata yang sudah luruh seketika
"Innalillahi wainailaihi rojiun" ucap Fany Devi dan Ririn kompak
"Dapet kabar dari siapa?" tanya Devi
"Dari Arfa, Arfa dapet kabar dari Rio" ucap Eva
"Gue nggak bisa bayangin Dian gimana, baru kemaren di tinggal pacar sekarang di tinggal bokap" ucap Fany
"Kita kerumah Dian sekarang" ucap Eva lalu bergegas pergi di susul Ririn dan yang lain
***
Bendera kuning berkibar di pelataran rumah Dian Amandita, kain hitam memenuhi isi ruangan berselimut duka
Tampak seorang berbaring dengan kulit pucatnya dengan suhu dinginnya di kerubungi banyak orang hanya untuk melihat yang terakhir kalinya
Sementara gadis SMA masih disana, duduk dengan tatapan di penuhi air mata, bersender pada bahu seorang remaja yang selalu ada di dekatnya
"Turut berduka cita ya Di, kamu anak yang kuat"
"Yang kuat ya Dian, kamu nggak sendiri"
"Berdoa saja ayahmu sudah tenang di sana"
"Jangam berlarut dalam kesedihan Dian, ayahmu akan tidak tenang jika kamu seperti ini"
Kiranya seperti itu ucapan Yang Dian dengar, tapi ia hanya bisa Diam menatap sosok pahlawan dalam hidupnya yang sudah berbaring tak bernyawa
"Dian!!" teriakan gadis berseragam SMA mengalihkan perhatian Dian
Di dekap tubuh gadis itu dengan isak tangis yang mengencang
"Gea.. Ayah gue.. Hikss hikss ayah gue.. Ge.." racau Dian memeluk Gea
"Sabar Di, lo nggak sendiri" ucap Gea dengan tangisnya
Sementara dua gadis itu mencoba menenangkan diri masing masing
Pemuda di belakangnya hanya menatap dengan raut wajah yang Nanar, tak bisa di bayangkan baru saja kabar duka menyelimuti rumah ini dan ini terulang lagi
"Yang lain lagi jalan kesini" ucap Angga yang datang berasama Gea
"Iya" ucap Rio menanggapi
Dian kembali duduk bersandar pada bahu Rio dengan tangan yang menggenggam erat pada tangan pemuda itu
KAMU SEDANG MEMBACA
DEFAR🌠 [End]
Teen Fiction❗⚠ banyak kata KASAR ⚠❗ ❌PLAGIAT DILARANG MENDEKAT❌ "Gimana kalau kita...." ucap Eva menggantung. Lima temannya kompak mendekat, menatap Eva dengan raut wajah yang serius menunggu kelanjutan kalimat gadis itu. "Buat Geng motor!" "WHAT!?" Seperti ko...