Diam

16 0 0
                                    

Salama Dian tak sadarkan diri teman temannya setia menunggu di sana tak ada sanak saudara yang menemui Dian dan sampai pagi ini Dian belum sadarkan diri dia hanya menutup matanya dan terus menangis

"Akh-" ringis Dian dengan suara seraknya, ia mencoba membuka mata dengan perlahan,kepalanya terasa pusing mungkin karena terlalu banyak menangis

"Di, mau apa? Minum?" tanya Gea yang siap siaga melayani

Dian terdiam, ia berusaha duduk di bantu oleh Gea, dilihatnya ruangan putih itu, ada Gea Angga, Arfa, Eva, Rio dan Riza lagi lagi Dian menangis, kenapa masih tidak ada Aji?, ia masih berharap bahwa saat ia bangun yang pertama ia lihat adalah Aji

"Hiksss Hikss hikss" tangis Dian pecah lagi membuat semua orang yang ada di sana bingung

"Di tenang masih ada Gue sama yang lain yang bakal nemenin lo, lo nggak sendiri" ucap Gea menenangkan seraya memeluk tubuh sahabatnya itu

"Keluar" ucap Dian dingin

"Tapi Di lo mas-"

"Keluar!!" bentak Dian memotong ucapan Gea dengan tatapan mata yang tajam

"Udah Ge mending kita keluar Dian butuh waktu sendiri" ucap Arfa lalu menarik Eva keluar, di susul dengan Riza lalu Angga dan Gea , terkhir Rio

Setelah semua keluar Dian menatap kalung yang selalu melekat pada leher Aji kalung pemberiannya kalung yang menyimbolkan perasaannya

"Kenapa Ji? Kenapa kamu tinggalin aku? Ajak Aku ji.. Ajak Aku bawa aku pergi" ucap Dian meracau sambil menggenggam erat kalung itu

Akal sehat Dian hilang seketika saat melihat pisau buah berada dinatas nakas, ia mengambil pisau itu penuh keyakinan tanpa rasa takut dan khawatir

***
Sementara di luar ruangan Angga Rio dan Arfa sudah membagi tugas masing-masing, Angga yang menenangkan Gea, Eva dan Riza, Rio yang berjaga di depan ruangan dan Arfa yang masuk ke ruangan CCTV di rumah sakit untuk memantau pergerakan Dian

Getaran ponsel Rio menyadarkannya dari lamunan

"Apa Ar?" tanya Rio

"Gawat !! lo masuk sekarang" ucap Arfa dari sebrang sana

Dengan sambungan telfon yang masih menyala Rio masuk ke kamar Dian betapa terkejutnya Rio saat melihat bercak darah di seprei tempat tidur Dian dan Dian yang sedang tersenyum puas sambil memejamkan matanya

"Lo apa apaan si!!" bentak Rio sambil mengambil pisau buah di tangan Dian yang sudah berlumur darah

Tak ada jawaban, Dian hanya Diam dan tersenyum seakan ia sudah bahagia

"Dok dokter!!" teriak Rio memanggil dokter membuat semuanya panik

"Dian!! Astaga!!" pekik Eva tak percaya saat masuk ke dalam ruangan

Arfa yang sudah datang dengan obat merah di tangannya memberikannya pada Rio agar segera membalut luka di pergelangan tangan Dian yang sengaja ia lukai dengan pisau buah itu

Namun lagi lagi saat Rio menggenggam tangannya Dian menepis tangan Rio hingga Rio kehabisan kesabaran

"Lo maunya apa!!" bentak Rio pada Dian yang mengundang perhatian semua orang

"Lo nggak usah ngebentak!!" kini Gea yang tersulut emosi tak terima sahabatnya yang sedang terpuruk di bentak begitu saja

"Biar Dia sadar!! Kalau Aji beneran udah Mati!!" bentak Rio sambil menghadap Dian

"ARRGGHHH"

Praanngg

Pyarrr

Teriak Dian di barengi lemparan pisau buah kelantai dan gelas kaca yang Dian banting dari atas Nakas

DEFAR🌠 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang