pahit

17 1 0
                                    

"Lo mau lihat Aji kan!! Ayo ikut" seret Rio pada Dian tanpa belas kasian Rio menyeret Dian begitu saja, ia sudah cukup muak akan tindakan Dian

Dian meronta, ia tak terima di perlakukan kasar seperti ini, di seret seret bahkan pergelangan tangannya sudah cukup memerah dan sakit karena genggaman Rio yang begitu kuat

"Naik!!" bentak Rio pada Dian saat di depan motornya, Dian masih memandang pergelangan tangannya yang memerah dan terasa sakit, ia juga masih menangis sesenggukan

"Naik!! Dian!!" bentak Rio lagi dan Dian menurut

Rio mengendarai motornya dengan kecepatan di atas batas normal, membuat Dian memeluknya erat, dari kaca sepion Rio melihat Dian dengan muka yang memerah akibat terlalu sering menangis dan kini Dian juga menangis, entahlah apa ia tidak lelah? Apa ia tidak pusing?, hanya Dian yang tahu

Di tengah malam ini Rio membawa dian ke tempat yang sepi bahkan sangat sepi, tak ada seorang pun disana, hanya ada pepohonan yang tak begitu lebat dan suara burung malam

"Turun!!" bentak Rio pada Dian Dian menurut tapi masih tak terima, kenapa Rio membawanya ke sini, seharusnya ia membawanya ke rumah tante Sinta

"Aji nggak ada di sini!! Gue mau pulang" ucap Dian lalu membalikkan badan dan melangkah sebelum tangannya kebali di cekal oleh Rio

"Lo mau lihat Aji kan!! Ayo!!" bentak Rio lalu menyeret Dian melewati banyak gundukan tanah, berhiaskan Nisan

Dian masih meronta ia masih tak mau menerima jika Aji meninggal ia masih berharap bahwa Aji ada di rumahnya dan  sedang terlelap tidur di sana

"Nggak aji nggak di sini!! Dia di rumah!! Arrgghh" bentak Dian mulai frustasi menghadapi kenyataan

"Liat!! Baca!! Aji udah mati Dian!!" bentak Rio menunjuk gundukan tanah di depannya, bertuliskan nama Aji Kusuma

Dian luruh seketika, ia tumbang di situ, di peluklah gundukan tanah itu dengan manangis meraung, di cengkram tanah itu untuk melampiaskan kemarahannya

"Hikss hikss hikss.. Nggak mungkin nggak mungkin!! Aji... Lo nggak mungkin pergi" ucapnya sambil memukul mukul tanah itu dengan kepalan tangannya

Gadis itu bersimpah, tubuhnya penuh tanah, dengan mata yang bengkak, hidung yang memerah, rambut yang berantakan dan suara yang sudah serak karena terlalu banyak menangis

"Sadar Di, jangan siksa diri lo, lo ingetkan apa yang aji minta, dia nggak mau liat lo ngrusak diri lo karena kepergiannya" jelas Rio lembut sambil mengelus rambut Dian penuh kasih sayang

"Hiksss hikss hikss gu-gue hikss hikss, gu-gue sakit, gu-gue nggak sa-ng-gup yo hikss hikss" ucapnya sesenggukan masih dengan memeluk gundukan tanah itu

Rio merengkuh tubuh Dian kedalam pelukannya, berusaha menenangkannya, membantu Dian bangkit dan menerima kenyataan yang sangat pahit ini

Malam berlalu sangat lambat seakan membiarkan Dian menikmati pahitnya kenyataan dengan isak tangisnya

Dengan keadaan Dian yang masih menangis Rio menuntun Dian untuk pulang, Dian hanya menurut ia sudah lelah, lelah sekali rasanya seandainya ini hanya mimpi ia ingin segera bangun dan menghadapi kenyataan yang lebih indah, namun ini lah kenyataan yang cukup pait dan rasanya Dian ingin tidur saja melupakan semuanya meski sulit

Motor ninja Rio sudah bertengger di halaman rumah Dian, ia memapah Dian dengan hati hati dibukanya pintu rumah itu, terlihat seorang gadis cantik dengan raut wajah khawatir, siapa lagi kalau bukan Gea? Sahabat terdekat Dian

"Lo bawa Dian kemana?" tanya Gea sembari menghampiri Dian yang masih saja meneteskan air mata meski tak ada isakan yang keluar dari mulutnya, badannya yang berlumur tanah, rambutnya yang acak acakan, matanya yang sembab, hudungnya yang merah, wajahnya yang terlihat kusut tak ada semangat sama sekali, dan pandangan matanya yang kosong seakan sudah pasra pada takdirnya

DEFAR🌠 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang