MIKASA. Wanita itu memilih Maldives untuk menghabiskan liburan musim panas. Tapi bukannya ia merasa gembira, kedatangannya malah membawa nasib sial.
"Cleopatra dan Mark Antony saja saling jatuh cinta pada pandangan pertama. Malah, saking dalamnya ci...
I love when you call unexpected Cause I hate when the moment's expected . You know our love would be tragic And you're my favourite kind of night— The weekend, earned it.
🎵
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
One night, before Mikasa goes to her home. At Palace Hotel Tokyo.
Sinar lunar hangat malam ini. Mikasa berangan andai saja dia bisa tertidur nyenyak. Terpekur dalam kasur empuk dan selimut lembut. Pasti dia sangat bahagia. Tapi nyatanya bertolak belakang, harapannya semu. Malam ini seolah kejam memberi Mikasa kepedihan.
Sesaat masuk ke dalam suite, suasana di sana temaram nyaris gelap, suhu udara pun berada di tingkat paling rendah. Tiba-tiba Levi lempar tubuh Mikasa ke tepi ranjang, tepat di bagian kerangkanya yang terbuat dari kayu.
Brak
Mikasa meringis, tulang rusuknya dihantam benda keras. Dia mengelus-ngelus dada sesaat, perlahan Levi mendekat dengan tatapan tajam, dia berjalan selangkah demi selangkah. Dia menyeringai penuh maksud, sambil tangannya sibuk membuka dasi yang terlilit di kerah kemeja.
Setelah terlepas, seringainya semakin menjadi. Dia berjongkok, menemui Mikasa yang terkulai di lantai. Tak ragu-ragu, Levi ikat tangan Mikasa ke belakang dengan dasi tersebut, menjadikan dia tak dapat berkutik. Mikasa pasrah, yang ada takut untuk melawan.
Jantung Mikasa bergemuruh, ikatan dasi di tangannya terasa sakit sampai menyetop aliran darah, dia tak berani menatap iris hitam Levi yang menantang. Gigi Mikasa bergelatuk, sekujur badannya melangalami tremor.
Levi nampak seperti serigala sekarang. Akal sehatnya seolah menghilang entah kemana, raga Levi seperti dirasuki oleh Marquis De Sade. Seseorang yang memiliki perasaan cinta tang mendalam, hingga membutakan esensi dari perasaan itu sendiri. Sudah lama Levi gelap mata, dia ketakutan akan kehilangan Mikasa dari hidupnya. Levi tidak mau Mikasa pergi menjauh, dia mau Mikasa terus di sisinya, tak peduli hubungan apa yang mereka miliki. Hingga perasaan tersebut bergolak tak terkendali, menjadikan dia marah dan melakukan hal impulsif.
"Hentikan! Hentikan? HENTIKAN KATAMU?!!!
Levi berteriak, di hadapan muka Mikasa, perempuan itu langsung beringsut kaget. "Omong kosong Mikasa! Seharian ini kamu bilang, hentikan? Hentikan hubungan ini? Hey—."
Levi merebut dagu Mikasa paksa, didekatkan ke hadapannya. Kemudian mengusap bibir merah Mikasa dengan ibu jari; bergerak sensual. "Mau dikemanakan hubungan yang sudah terjalin tiga tahun ini? Kamu pikir mudah untukku? Hah!"