MIKASA. Wanita itu memilih Maldives untuk menghabiskan liburan musim panas. Tapi bukannya ia merasa gembira, kedatangannya malah membawa nasib sial.
"Cleopatra dan Mark Antony saja saling jatuh cinta pada pandangan pertama. Malah, saking dalamnya ci...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🌿
KINI berganti malam. Mikasa berdiri di depan cermin kamar mandi. Tubuhnya telanjang tak terbungkus, sehelai benang pun. Dia berdiri sambil membuat tatapan sedih. Memindai rupa dirinya yang terlihat kacau. Rambut tak teratur, luka di sekujur tubuh. Dia meratapi dirinya sendiri.
Kenapa aku harus merasakan ini? Bajingan gila itu ...
Mikasa kemudian merunduk, bibirnya menyeringai, menelan pahit.
Sudah cukup. Aku sudah muak ...
Mikasa tak berdaya, dia akhirnya gentar. Membiarkan tubuhnya meringkuk begitu menyedihkan, di dasar pualam kamar mandi, yang dingin. Mikasa memeluk lututnya, dia menangis dan menjerit sangat lantang.
"Aaaaaaaa!!!"
"Bodoh! Bodoh! Bodoh!" Mikasa meruntuki pualam, dia memukul marmer kamar mandi. Dia pukul sekuat tenaga sebagai bentuk kemarahannya. Mikasa pukul—memukul lagi, sampai dia puas. Menjadikan pergelangannya membekas luka.
Prak! Prak!
"Brengsek!" Mikasa kemudian bangun dia menghadap lagi ke cermin besar tersebut. Mikasa hamburkan semua benda yang ada di depan washtafel. Membuat benda-benda tersebut berjatuhan ke lantai. Semuanya terlihat semakin kacau, kadang kala ada darah yang menetes. Mikasa merasa hancur.
Apa sebaiknya aku mati saja?
Toh, tidak ada harapan lagi.
Sungguh tolol, untuk apa aku hidup seperti ini?
Seperti pecundang!
Aku bahkan membenci diriku sendiri, terlebih kalian.
Belum lama ini Helen, mencarinya via telpon, membuat amarah Mikasa memuncak. Geram, Mikasa ingin membunuh semua orang yang telah menyakitinya.
• • •
Ting tong!
Nada bel muncul dari pengeras suara. Tak lama interkom rumah Levi menyala, seseorang berada di depan sana. Levi yang sehabis mandi, dia berjalan menuju pintu utama rumah. Saat pintu terbuka, netra Levi menyipit heran. Ada apa gerangan, kawan terdekatnya itu datang malam-malam seperti ini?
"Whats up, dude. I bring something nice." Eren membuat senyum menggelikan. Dia mengangkat paperbag coklat yang sendari dia jinjing. Bentuknya persegi panjang, berisi sebuah botol wine kualitas tinggi. Dia sengaja memamerkan itu kepada Levi, yang nampak mengenakan bathrobe putih, lengkap dengan rambut basah.
"Anggap saja ini pengganti buah tanganku, dari Maldives. Boleh aku masuk?" ujar Eren lagi, sebab Levi hanya diam mematung sambil menatapnya aneh.