22

1.1K 194 6
                                    

🌿

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🌿


ANNIE baru saja pulang, dari tempat kerja. Dia terlihat lelah, dengan riasan wajah yang nyarus luntur. Blus biru yang dia kenakan pun sudah terlihat kusut. Annie memutar gagang pintu dan masuk ke dalam kamar. Suasana di dalam temaram, dan sunyi. Annie berjalan menuju meja rias, saat dia meletakan Caline hitam di atas nakas.

Tiba-tiba Annie mendengar dering ponsel dari dalam benda tersebut. Annie ambil cepat, terlebih saat melihat nama kontak yang tertera di layar. Wajah Annie sekejap mengeras, bersama netra yang membulat.

"Hallo?" Annie berseru. Dia siap-siap untuk meracau. "Where have you been girl?!" imbuhnya lagi dengan nada tinggi. Kemudian Annie memilih duduk di bangku meja rias, menunggu seseorang untuk menjawab. Annie menyugar rambut panjangnya ke belakang. Bibirnya sedikit dia gigit gelisah.

"I am okay, actually. Maaf aku baru memberimu kabar? Bagai mana situasi di kantor? You could handle?" terdengar Mikasa tertawa ringan, entah kenapa tawa itu seperti cibiran untuk Annie. Lantas dia pun jengah.

"Sialan! Gara-gara kamu aku hampir gila. Kenapa kamu pergi tiba-tiba, huh? Aku baru saja melaporkanmu ke polisi, bahwa kamu menghilang!"

"Take a slow girl. Aku hanya pergi sebentar untuk menenangkan diri."

"Sebentar katamu?! Argh

"Kemana kamu pergi? Kenapa tidak memberiku kabar? Apa kamu baik-baik saja? Apa kamu diculik? Apa kamu sekarang di pasar human traffic?" timpalnya asal, menghujani. Mikasa yang mendengar semakin terkikik, dan tertawa puas. Sampai ada air mata muncul di ekor mata Mikasa, segera dia seka sambil tersenyum lebar.

"I just wanna prank you. Aku baik-baik saja, aku pergi ke Maldives kemarin. Aku liburan di sana."

"WTF! Are you having fun? Then you made me trapped on this crazy prank? Oh ... What I was thinking of ... you know, Im gonna crazy because of  ... I have been thinking about you bitch," Annie menyugar rambut blondenya kembali. Raut Annie berubah keruh.

Gelak tawa Mikasa semakin pecah, perutnya semakin terasa geli seolah dikelitiki bulu-bulu. "Come on, I bring something nice for you. Oh ya, ngomong-ngomong aku punya cerita menarik selagi di sana."

"No! Aku tidak tertarik," ketus Annie.

"I met a guy there, masih tidak tertarik untuk tidak mendengarkan ceritaku? Yah ... saat insomniaku kembali, aku jadi mengingatnya. Shit," raut Mikasa kembali datar, sorot matanya perlahan meredup, tapi tanpa dia sadari bibirnya masih terenyum tipis. Mengingat sosok Eren hadir di pikirannya.

Annie terdiam, dia menghela napas kasar. "Sudahlah, I donno what to do, selama kamu pergi pekerjaan bisa aku selesaikan. Jadi? let me listen. I lil bit excited to hear that." Annie beranjak dari tempat duduk. Dia berjalan mendekat, duduk di tepian ranjang super empuknya, berwarna dusty. Dia mencoba untuk mendengarkan dengan seksama.

" ... Aku bertemu dengan seorang dokter di sana. Em ... dia tampan, berwibawa, dan juga ... mapan?" Mikasa memiringkan kepala sedikit, kemudian dia tersenyum lagi teringat  semua rupa Eren di mata Mikasa. "Dia juga baik, dan ..." mata Mikasa menyipit, dia ragu untuk mengatakannya. Tapi terkutuklah mulut Mikasa, tergelincir juga.

"He is hot," lantas Mikasa dan Annie tertawa berbarengan. Annie kemudian menggeleng. "Bitch!"

"Yea I know, thanks"

"Lalu?" Annie bertanya lagi, seolah menagih. Dia beranggapan jika topik ini sungguh seru untuk dibicarakan. Terlebih, Annie jarang menemukan Mikasa membicarakan seorang pria.

"Awalnya secara tidak sengaja aku bertemu dengannya di kabin, dia tahu aku insomnia, kemudian dia memberiku obat, aku sempat berpikir macam-macam, aku merasa dia orang jahat yang mau menipuku. Tapi obat yang dia berikan teryata manjur."

"..." Annie masih mendengarkan, perlahan, dia melepaskan satu-persatu stoking yang melekat di kakinya.

"Setelah itu kami berpisah, aku tak pernah menduga, apa lagi berharap bertemu dengannya lagi. Namun ke esokan hari, dia muncul kembali di hadapanku. Dan kamu tahu, aku memintanya lagi untuk menyembuhkan insomniaku. Ouch it sounds like a bullshit, but ... It's true. Dia benar-benar menyembuhkan imsoniaku.

"Apa lagi saat dia menuntutku dengan banyak hal, dan aku sempat terikat perjanjian kecil dengannya."

"Perjanjian?" Annie membaringkan diri di kasur, dia mencoba rileks. Lambat laun, percakapan mereka juga ikut mengalir.

Mikasa tersenyum, dia menyugar rambut. "Ah, saat meminta itu dia sempat menolak. Tapi setelah kutahu,  jika dia ke Maldives untuk menghadiri acara pernikahan temannya. Sedangkan dia tak memiliki SIM internasional, jadi kutawarkan jadi supir untuknya, dengan jaminan dia harus mengobatiku. I donno why, obat yang diaberikan membuatku candu."

"Jangan-jangan itu heroin? Atau sejenis obat-obatan narkoba?" mata Annie membulat.

"No." Mikasa berkelakar. "Itu antidepresan, yang dia jelaskan padaku. Itu sejenis obat penenang syaraf. Tenang saja, dia tak memberiku overdose. Selebihnya, dia membuatkanku menu makanan yang super ketat."

"Menu makanan?" Annie menaikan dua halis.

"Penjelasannya panjang, yang jelas itu seperti makanan yang bisa mengurangi insomniaku. Dia dokter, dia lebih tahu. Aku hanya menururtinya, meski setiap tiga kali sehari makananku terlampau monoton. Aku sampai banyak mengeluh, tapi lama kelamaan. Aku jadi terbiasa."

"Dan kamu merindukannya?" Annie menyela cepat, dia melontarkan satu kalimat dari inti semua cerita Mikasa.
Mikasa seketika membatu, ucapan Annie membuatnya kelu.

"Intinya kamu merindukan dia, bukan? Ahaha ..." sekarang giliran Annie yang tertawa mencibir, seorang Mikasa bisa seemosional ini? Tidak mungkin!Bahkan sepanjang hidupnya hanya bisa membuat wajah datar.

Malam ini Mikasa berubah.

Apa ada yang salah?

Siapa yang bisa melunakan hati batu Mikasa?

Annie tertagun, selaku sahabat. Dia merasa aneh campur bahagia.

"Mungkin sudah saatnya kamu menjalani kisah baru, no ... Yas such as what you told before, it sounds bullshit, aku pikir dia juga bisa menyembuhkanmu dari, Levi. Kamu mungkin tidak sadar, pertama kamu tidak mengeluh soal Levi lagi kepadaku, sepanjang cerita, kamu hanya menceritakan pria itu. Oh yeah, kenalakan padaku siapa dia? Sehebat apa dia bisa merubahmu seperti ini? Hn?

"Malam ini, setelah lama kita tidak bicara, aku seperti bicara dengan orang lain, Mikasa ... kamu seperti orang bukan yang kukenal sebelumnya."

Mikasa memicing, rautnya berubah total menjadi masam. "Aku jadi menyesal sudah bercerita."

Annie tersenyum jenaka, cerita Mikasa membuatnya lega. Segala kekhawatiran yang dia pendam kini sirna. Berpikir bahwa Mikasa bisa jatuh cinta kembali, itu seolah kabar bahagia. Sudah lebih dari cukup, cerita ini membayar segala rasa risau Annie. Selaku sahabat Mikasa.



 Selaku sahabat Mikasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Beastly AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang