19

1.2K 200 15
                                    

BGM / Ryuichi Sakamoto—The Sheltering Sky


🌿




DALAM ruangan futuristic, yang menampakan lukisan di mana-mana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


DALAM ruangan futuristic, yang menampakan lukisan di mana-mana. Mikasa duduk gelisah, dia memperhatikan Petra yang menghela napas panjang, tak sabar ingin mendengar apa yang mau dia bicarakan. Mikasa menelan ludah, lambat laun, raut wajahnya mengeras.

"Kamu tahu kondisi pernikahanku dengan Levi seperti apa?"

Pertanyaan Petra membuat Mikasa nyaris sesak napas, dia menelan saliva lagi, kemudian mengerjap. "Tidak," Mikasa menjawab singkat, dibarengi gelengan lemah.

Sedangkan Petra langsung membuat senyum getir. "Dari awal menikah, aku bukan wanita di hatinya—pernikahan ini tidak dilandasi cinta, melainkan bisnis. Kamu tahu kan, pernikahan ini hanya untuk mereguk keuntungan dari kedua belah pihak, tanpa peduli salah satu pihak yang terlibat menanggung akibatnya."

Mikasa terdiam, menyimak setiap rinci kalimat yang Petra ucapkan. Kendati membuang mata sembarang, menatap lukisan abstrak dengan pandangan kosong.

"Hubungan keluargaku dan Levi saling berlomba, untuk meraih keuntungan paling besar. Kerja sama ini membuat aku muak.

"Jujur saja, aku merasa malu duduk berhadapanmu seperti ini," ujar Petra membuat Mikasa menoleh kaget, yang semula terlihat tenang kini mengerut.

"Harusnya saya yang bilang begitu,"

Petra tertawa kecil melihat reaksi Mikasa, padahal tidak ada yang berguyon, tapi ekspresi Mikasa membuatnya gemas.

"Maaf," Petra menyeka ekor matanya yang nyaris basah.

"Saya malu, aku bahkan tidak bisa menjadi istri yang berguna untuk Levi, sampai saat ini, semenjak menikah setahun lalu. Levi tidak pernah menyentuhku. Yang dia lalukan hanya menghindar. Mungkin baginya aku tidak menarik."

Petra menyeka ekor mata yang lain secera bergantian, lalu memaksa bibir agar tetap tersenyum. Air mata boleh bersedih, tapi senyumnya jangan.

"Padahal aku sudah berusaha untuk menjadi wanita yang pantas. Meski dari awal aku juga tidak peduli, namun lambat laun tumbuh perasaan di dalam hatiku. Jika kamu menyuruh aku untuk menyerah, aku tidak bisa. Aku sangat mencintai Levi sekarang—sekaligus merasa bodoh dan juga malu,"

Wajah Mikasa berubah keruh, hatinya ikut berkecamuk, kenapa? Kenapa ucapan Petra membuatnya semakin tertekan?

Mikasa membetulkan letak duduknya, menghadap Petra yang sibuk menahan tangis. Dia renggut sebelah tangan Petra lalu dia arahkan ke satu sisi pipinya. Dengan tatapan tegas, Mikasa kemudian bicara.

"Anda mau menampar saya? Silahkan, you deserve to act me like a bitch. Yea I know, tidak ada wanita yang merana melihat suaminya sendiri bercinta dengan wanita lain. Saya yakin, kenapa anda bertanya seperti demikian di awal tadi, karna anda mau menyindir saya yang sudah berselingkuh dengan suami anda, bukan? Tanpa mengurangi rasa hormat, jika ini yang ingin anda dengar, saya mohon maaf sebesar-besarnya, barang kali anda mau mencela prilaku kotor saya, silahkan. Mau mengumpat? Mengutuk saya? Saya terima.

Beastly AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang