27

1.2K 198 20
                                    

BGM / Ryuichi Sakamoto; Energy flow

Jika aku tersakiti, maka aku pasti akan menjauh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika aku tersakiti, maka aku pasti akan menjauh
.
Tidak ada alasan lagi untuk bertahan. Aku harus pergi, agar tetap hidup
.

🌿

MIKASA menganggap dirinya sudah tidak berarti. Mengingat sejauh apa perjalananya sampai saat ini. Hidup nyaris melewati seper-empat abad. Ternyata itu bukan lah hal yang mudah. Sudah banyak yang Mikasa rasakan. Selebihnya, rasa sakit.

Mikasa bertanya-tanya dalam benak. Ini kah hidupnya? Untuk apa dia terlahir? Apa hanya untuk merasa kesedihan? Jika diingat-ingat lagi memangnya kapan Mikasa bahagia? Oh ya terakhir kali Mikasa tertawa lepas, saat itu ... bersamanya. Mikasa tidak menampik, isi pikiranya secara otomatis menghadirkan pemandangan laut. Laut malam dengan mangata yang indah. Rembulan seolah tersenyum kepadanya. Angin laut seakan memeluknya.

Mikasa mulai menangis lagi mengingat itu. Terakhir kali dia tertawa bebas, terakhir kali Mikasa merasakan gembira. Kenapa lelaki itu juga ikut teringat? Sial! Sial! Sebanyak apa pun Mikasa melupakan Eren, dia tidak pernah hilang.

Semakin dilupakan Eren semakin jelas terbayang, lelaki itu kembali lagi—dan terus kembali lagi. Terbesit hati untuk bicara. "Tolong lah selamatkan aku sekali lagi. Siapa pun ... tolong aku ..."

Air mata Mikasa semakin deras. Dadanya remuk redam, seperti diserang agar luluh lanta. "Kuat kan dirimu Mikasa, kuatkan!" Mikasa terisak dalam gumamannya. Sekarang yang dia rasakan hanya hampa, merasa tidak berarti, seperti tujuan hidupnya menghilang. Mikasa dirundung awan tebal, sialan! Awan itu tidak mau menipis, malah kian tebal menyelimuti.

Mikasa tidak bisa melihat, meski penutup mata yang Levi ikatkan padanya sudah terlepas. Semuanya masih terlihat gelap, suram.

Bruk!

.
.
.

Perbincangan Eren dan Levi semakin menjurus. Tapi tak berarti, tidak ada garis besar yang bisa ditarik dari percakapan mereka, terkesan sangat alot. Kendati Eren mencoba mengulik lebih dalam persoalan itu. Levi yang juga tutup mulut, membuat Eren semakin kesusahan. Eren berniat untuk meluruskannya, apa benar semua yang Levi ucapkan, akan dia lakukan.

Jika iya, Levi sudah membuat banyak hati terluka.

"Apa kamu memikirkan perasaan Petra? Lantas wanita itu yang kau sebut, apa dia menginginkannya?" Eren menajam, dia menganggap persolahan hati bukan lah masalah sepele. Eren mau, Levi bisa bertindak sebijak mungkin.

"Kita sudah dewasa. Bagaimana kamu bisa menceraikan Petra, saat anakmu membutuhkan ayah. Aku tidak masalah dengan wanita yang kamu maksud, tapi lebih baik, kamu pikirkan lagi rencanmu." Levi terdiam, dia menunduk sambil menyatukan kedua telapak tangan. Matanya serius, menatap pualam.

Beastly AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang