9

1.3K 267 75
                                    

Bacanya pelan-pelan aja yah. Jangan lupa taburi author bintang setelah membaca. Terima kasih.







Paradise Resort

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Paradise Resort.

Mikasa terbaring di ranjang ber-coversheet putih gading bercampur coklat. Dia bersemaput sejak tadi siang pasca kecelakaan di laut, Eren membawa Mikasa ke hotel, sebab Mikasa tak kunjung sadarkan diri. Eren memilih hotel karna suasannya lebih nyaman dibanding rumah sakit. Lagi pula, Mikasa pingsan hanya karna stress dan dehidrasi. Tidak perlu penanganan yang serius.

Eren duduk termenung di samping tempat tidur, dalam kamar bermandikan cahaya temaram. Suhu udara sejuk nyaris terasa dingin. Jarum jam menunjukan 06.15 pm, nampak langit sudah mulai gelap.

Mikasa yang tertidur damai, terlihat polos dengan rambut dibiarkan terurai. Bibirnya agak kering pucat, bersama desau napas yang bisa Eren dengar dalam ruang hening. Pria itu merawat Mikasa dengan baik, memperhatikan detail seluruh kondisi Mikasa.

Seperti mengcek selang infuse, atau memeriksa suhu tubuh Mikasa, jaga-jaga karna takut dia demam. Eren berubah menjadi perawat sekaligus dokter pribadi untuk Mikasa. Dalam hati Eren agak kecewa, sebab agenda liburannya terpaksa hancur berantakan. Dalam situasi ini pun dia harus berurusan dengan pasien, kendati Eren tidak banyak protes akan nasib hidupnya sebagai dokter yang mengabdikan hidup, untuk siapa pun; kapan pun; dan di mana pun.

Mikasa begitu merepotkan, tapi Eren tetap sabar menghadapi. Tak segan merawat Mikasa dengan sepenuh hati, tidak salah lagi Eren memang diandalkan dan kompeten dalam bekerja.

Eren memandandangi Mikasa, atensinya jatuh kepada selimut yang tersingkap. Eren hendak benarkan letak selimut yang menutupi sebagian tubuh Mikasa, dengan hati-hati. Namun, tiba-tiba Mikasa mencengkram lemah pergelangan tangan Eren.

Eren langsung melirik wajah Mikasa dengan mata membulat, dia pikir perempuan itu sudah sadar. Segera Eren pastikan lalu bertanya. "Kamu sudah sadar?"

Eren mewanti-wanti, berharap mendengar suara keluar dari mulut Mikasa. Tapi nyenyat. Tak ada jawaban yang dihasilkan dari gerak bibirnya. Dia hanya merintih seperti menahan sakit, tak lama. Air mata muncul dari ekor mata Mikasa yang tertutup. Dia menangis.

Sontak Eren panik, kenapa Mikasa tiba-tiba menangis? Apa yang dia rasa? "Jawab aku, kamu sudah bangun? Hei ...." kini Eren mengguncang bahu Mikasa pelan. "Ak—," Mikasa terbata-bata, kesadarannya belum pulih sempurna. Lambat laun dia buka kelopak mata sedikit demi sedikit.

Netra Mikasa menyipit, takut semburat cahaya silau menyapa. Tapi melihat atap kamar yang teduh, Mikasa membuka seluruh matanya. Mengerjap lalu bergulir menatap Eren yang mematung di sebelah, raut orang tersebut nampak menegang. "Ada yang disakit? Ng?" Kedua halis Eren terangkat. Mikasa hanya menggeleng kecil, dia tak merasakan apa pun di setiap tubuhnya. "Tidak ada, maaf— tadi aku hanya mimpi buruk." Mikasa melepas cengkaraman yang tadi dia buat di tangan Eren.

Beastly AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang