MIKASA. Wanita itu memilih Maldives untuk menghabiskan liburan musim panas. Tapi bukannya ia merasa gembira, kedatangannya malah membawa nasib sial.
"Cleopatra dan Mark Antony saja saling jatuh cinta pada pandangan pertama. Malah, saking dalamnya ci...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ya, ada sesuatu di wajahmu. Aku tidak tahu apa, tapi aku ingin terus memandanginya.
. .
🌿
RAMBUT Mikasa lecap. Sehabis dibersihkan, Eren cepat-cepat mengambil handuk di nakas kamar mandi. Handuk bersih berwarna putih itu hendak di berikan kepada Mikasa. Tapi saat melihat Mikasa mengadahkan kedua tangannya. Eren tersenyum jenaka lagi. Dia berpose persis seperti Eren akan melakukan tindakan operasi. Eren kemudian mendekat, dia berjalan mendekati Mikasa kembali membuat mereka saling berhadapan.
Eren mengamati setiap garis wajah Mikasa yang basah. Dia menatap wanita itu dengan tatapan teduh. Eren refleks mengelap wajah Mikasa dengan handuk yang dia bawa. Mikasa agak terhentak saat serat lembut mengusap wajahnya. Eren membersihkan semua lecap air di wajah Mikasa, dengan hati-hati. Sang pemilik wajah akhirnya membuka mata. Perlahan-lahan, yang dia lihat Eren tengah memusatkan atensi ke arahnya.
"Apa ada sesuatu di wajahku?"
Eren kelu, dia tak tahu harus menjawab apa. Eren hanya tersenyum tipis sambil menggeleng. Mikasa tidak bisa menafsirkan jawaban tersebut. Dia memilih untuk diam.
Helaan napas Eren bisa Mikasa rasa. Begitu pun sebaliknya, Eren bisa merasakan helaan napas Mikasa yang lembut. Entah situasi apa ini, tetapi itu membuat rasa nyaman. "Sini biar kulepas latex di tanganmu," Eren menawari dan Mikasa patuh. Eren melepas sarung kedap air tersebut dengan penuh kehati-hatian. "Kamu bisa mengeringkan rambutmu sendiri? Aku mau meneruskan pekerjaanku di dapur. Sebab aku harus pergi bekerja pukul 8 ini."
"Yea, tentu," imbuh Mikasa memutar atensi sembarang. "Emm ...." Mikasa berdeham selagi Eren mundur untuk mengambil hair dryer dalam nakas. Eren menghubungkan benda tersebut ke colokan listrik. "Butuh sesuatu?" Eren menoleh ke arah Mikasa. Sepertinya dia ingin bicara, tapi ragu.
"Tidak—tidak ada." Mikasa menggigit bibir, argh, perasaan itu membuatnya terganggu. "Okay, aku turun." Eren tidak mau menyelidik lebih. Lantas dia berjalan menuju pintu. Namun sebelum Eren keluar dari ambang pintu. Mikasa menarik tangan Eren lebih dulu, Eren spontan menoleh. Kakinya ikut berhenti melangkah. Eren menaikan kedua halisnya. "Hn?"
"Anu ... emm— aku tidak pandai bicara. Aku tidak tahu caranya berterima kasih dengan baik seperti apa. Tapi ..." Mikasa membuang atensinya ke bawah pualam. Rona merah jambu diam-diam menyebar di wajah Mikasa. Tapi dia tak gentar, terus melanjutkan kalimatnya. "Thanks anyway. Terima kasih sudah menolongku untuk kesekian kali."
Saat Mikasa bicara, serasa ada angin sejuk melewati mereka. Netra Eren membulat, berusaha menelan perkataan Mikasa.
"Tidak masalah. Senang bertemu denganmu lagi," tutur Eren seraya tersenyum lembut. Kini giliran Mikasa yang ingin mengerang, seperti ada bunga bermekaran di atas kepalanya sekarang. Rona merah jambu di wajah Mikasa kian terlihat nyata.