Cinta itu dari mata turun ke hati
.
Boleh jadi cinta yang kali ini datang
Akan terukir di puspadanta.
..
"Saya minta air mineral," pinta Eren berubah fikiran. Dia meminta kepada pramugari yang masih mematung. Sekejap sang pramugari mengerti, mengambil sebotol air dingin, dari isi trolly, lalu diberikan kepadanya. "Thank you." Eren tersenyum sambil menerima. Lekas itu, pramugari pun pergi menjauh.
Mikasa mendengus dalam hati.
Apa dia tidak bisa membaca situasi? Aku ini mau tidur! Kenapa malah menawarkan cafein?
Sesaat, Mikasa hendak menurunkan letak penutup kepalanya. Tapi tiba-tiba lelaki di sebelah malah bersuara, membuat tangan Mikasa berhenti bergerak.
"Sudah berapa lama anda tidak tidur? Dua hari? Tiga hari?" Tanya Eren, melirik Mikasa lamat-lamat. Kemudian tangannya terulur, mengodok isi tas seperti mencari sesuatu.
Dahi Mikasa mengerut menoleh ke arah Eren. "Kenapa anda bisa tahu?"
"Semua orang pasti bisa tahu, kalau melihat kantung matamu yang begitu tebal," jawab Eren santai, sehabis menemukan wadah obat dari dalam tasnya. Mikasa membuang napas, lalu dia lanjutkan kegiatan yang sempat tertunda tadi. Membenarkan letak penutup kepala, dan bersandar nyaman di seat kulit, berwarna cream bercampur putih.
"Hanya saja, saya bisa tahu dengan cara yang agak spesial." Eren menatap Mikasa lagi, kali ini dia pandang tanpa keragu-raguan. "Aku bisa menjelaskannya secara teoritik. Jika anda sedang mengalami stress dan insomnia."
Diam-diam Mikasa masih mendengar ucapan Eren, meski sebenarnya dia ingin sekali mencampakan pria itu. Mikasa risih, bicara dengan orang asing. "Minum lah. Ini bisa membuatmu tidur, masih ada waktu sebelum kita transit di Singapore." Eren meletakan air yang barusan dia pinta, serta sebutir obat di atas meja Mikasa.
Wanita itu terusik, wajahnya berubah keruh. "Ada maksud apa anda bersikap seperti ini? Seolah-olah kita saling mengenal, jangan-jangan anda punya maksud jahat kepada saya? Anda pikir saya percaya?" Netra Mikasa menyipit, menatap tajam netra hijau Eren.
"Sistem neurotrasmiter anda sedang tidak stabil. Dopamine anda meningkat, stress anda yang tak terkontrol, menyababkan anda tidak bisa tidur. Itu Mirtazapine, obat penenang. Setelah meminumnya, anda bisa tidur pulas."
Mata Mikasa semakin memincing, mendengar penjabaran Eren yang terasa aneh di telinga. "Saya seorang dokter. Aku tidak bermaksud apa pun, selain ingin menolong," imbuh Eren lagi, menggulirkan atensinya hingga mereka saling bersemuka. Mikasa membuka kembali penutupnya kembali dengan kasar. Memandang Eren dengan tatapan tajam.
"Benar anda seorang dokter bonafide? Atau hanya seorang dokter gadungan? Saya tidak mau tertipu, ya." Intonasi Mikasa meninggi, menyindir, seraya matanya berputar malas. "Ya ampun ... Harus ya, saya memamerkan lisensi kedokteran saya?" Eren menghembus napas kasar, tak terima dipandang curiga. Padahal maksud Eren baik, murni ingin menolong, meski Mikasa bukan siapa-siapa. Mereka hanya orang asing satu sama lain. Pada dasarnya Eren memang empath, dia gemar bersikap baik pada siapa pun.
"Hanya saja setelah bangun nanti, akan ada efek samping yang tersisa. Anda akan sulit berkonsentrasi, dan terus menerus merasa kantuk. Saat bangun nanti, tolong paksakan tubuh anda untuk bergerak. Tapi jangan berkendara; mau pun konsumsi alkohol. Sekarang cepat minum, atau anda akan mati secara mendadak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beastly Affection
FanfictionMIKASA. Wanita itu memilih Maldives untuk menghabiskan liburan musim panas. Tapi bukannya ia merasa gembira, kedatangannya malah membawa nasib sial. "Cleopatra dan Mark Antony saja saling jatuh cinta pada pandangan pertama. Malah, saking dalamnya ci...