10

1.3K 223 34
                                    

Mereka seperti tinggal di utopia yang baru
.
Bagian kecil dari surga, yang tuhan beri untuk Mikasa. Mengakhiri segala penderitaan.
.
Mikasa menantikan eufoni miliknya suatu hari nanti. Berangan tentang yang indah-indah.

🌿

Tuk tuk tuk

Terdengar ketukan dari pintu kamar mandi. Mikasa yang berada di dalam terkejut, menarik antensi ke arah sana. "Kenapa lama sekali ada masalah? Tolong cepat sedikit, kita harus segera berangkat, atau aku akan melewatkan pesta pernikahan temanku."

Mikasa mengerjap. Kemudian memandang refleksi diri di depan cermin besar, seraya kedua tangan melilit ke belakang punggung. "Sebentar. Gaunku tersangkut."

Mikasa menghela napas. Sudah cukup lama dia berkutat dengan ritsleting yang tak mau tertutup. Menampaki gaun bagian belakangnya terbuka, serta kaitan bra hitam yang mengintip. "Ada yang bisa aku bantu?"

"A— tut—tunggu," Mikasa gagap. Langsung terlintas ingatan konyol yang mungkin tak sanggup dia lupakan.

.

Saat itu, Eren masuk ke dalam kamar Mikasa tanpa permisi, dia membawa piring berisi macam kudapan. Seperti telur mata sapi, alpukat, bayam, dan smoke salmon segar bersemu pink. Ada segelas jus berwarna kuning pucat yang tampak asing. Dia sengaja membawa itu untuk Mikasa.

Namun saat masuk kejadian tak terduga menyapa. Mikasa nampak telanjang bulat, berjalan keluar dari kamar mandi untuk mencari bathrobe. Sial, Mikasa sepertinya tidak awas dengan tindakannya.

Eren menggelegak, dia tak berkedip sesaat. Memindai setiap lekuk tubuh Mikasa, dari ujung kepala hingga ujung kaki. Rambut hitamnya basah, masih menyisakan bau harum yang lembut. Wanita muda itu ikut terdiam, hanya rona merah jambu menyebar ke seluruh sisi wajah.

"Maaf tidak sengaja, tadi pintu tidak dikunci. Jadi aku masuk." Eren menanggapi santai. Seolah tak terjadi apa pun. Dia taruh piring tersebut di atas nakas, lalu kembali berjalan menuju pintu.

"Itu resep yang kamu pinta. Jangan lupa dihabiskan sebelum tidur. Aku pergi." Kalimat Eren tak memanjang, dia keluar tanpa memberi respon lebih banyak. Padahal Mikasa begitu terkejut saat itu, terlihat dari matanya yang nyaris melompat.

Saat setelah Eren keluar. Napasnya terdengar menderu, sambil terus mengelus dada.

Deg deg deg

Entah kenapa jantungnya menjadi berdebar hebat, tak terkendali.

.

Mengingat itu, Mikasa meruntuki dirinya bodoh. Dia terbiasa telanjang di hadapan Levi, tapi bukan berarti dia bisa telanjang di depan semua pria. Mikasa teramat malu, dia merasa tak bisa lagi menjadi pengantin. Tubuhnya disaksikan dengan mudah seperti demikian.

Eren bergerak maju ke dalam kamar mandi, memutar gagang pintu dan membukanya sedikit demi sedikit. Dia gemas, memberanikan masuk, seperti tidak ada trauma atas kejadian waktu itu. Eren tak mau mentoleran waktu yang telah terbuang sia-sia.

Sesaat kepala Eren masuk ke dalam. Bulu mata Eren tak mengepak, memelototi gerak tubuh Mikasa yang susah payah menutupi gaun. "Kubilang jangan masuk!" Mikasa berkilat kaget, tak terima Eren berani masuk. "Aku tidak punya pilihan. Sini aku bantu!"

Ujar Eren terdengar memaksa. Apa boleh buat, Eren kehabisan ide kendati Mikasa menolak dan terus membantah.

Bodoh ...







Bunyi interkom membuat Petra terkesiap. Siapa gerangan yang hadir ke kediaman mewahnya, padahal rumah itu begitu dijaga ketat. Saat Petra melirik layar kecil yang menempel di dinding, nampak sesosok perempuan berambut karamel yang sangat dia kenal. Perempuan tersebut tersenyum semringah.

Beastly AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang