🌿
LANGIT gelap kelabu. Padahal waktu masih menunjukan 5 sore. Eren keluar dari taxi, berjalan lesu ke arah pintu rumahnya. Sebuah mansion besar, dengan halaman luas yang rimbun. Ditumbuhi banyak tanaman dan juga bunga. Kebanyakan yang tumbuh, bunga kesukaan Carla.
Eren masuk ke dalam pintu bercat putih bersih. Saat masuk, pemandangan nuansa shabby chic menyapa. Ada seorang butler juga tak kalah menyapa ramah. "Tuan selamat datang," ujarnya, seorang wanita setengah baya. Dia nampak terkejut kedatangan Eren, sebab lelaki itu sudah beberapa hari tidak terlihat.
"Terima kasih," Eren melepas sepatu, menggatinya dengan slipper biru tua. "Ibuku ada Bi?" Eren maju beberapa langkah, butler tersebut hanya diam sambil tersenyum. "Nyonya ada di dalam tuan, tuan membutuhkan sesuatu? Biar saya siapkan."
"Tidak—tidak usah, terima kasih," Eren membalas dengan seutas senyum teduh. Eren beranjak masuk ke beranda, meninggalkan butler yang juga berlalu. Eren berjalan sedikit menuju halaman samping. Terdapat Carla tengah menyiram tanaman eucalyptus di sana. Menyadari kehadiran Eren, Carla menoleh cepat.
"Son," serunya. Netra Carla antusias, dia terharu melihat Eren setelah sekian lama, dia sangat merindukan putranya. "Oh, berhentilah memperlakukan aku seperti ini," seperti biasa respon Eren tak suka. Terlihat dari matanya memutar masam.
"Aku ini ibumu, kenapa jahat begitu?" Carla mendekat, memeluk serta menghirup harum tubuh putranya. Eren hanya mengerang geli. "Karna ibu berlebihan, sudah kubilang, aku bukan anak kecil," Eren hanya bisa diam, membiarkan Carla memeluk kecil dirinya, selepas puas memeluk, Carla melepaskan pelukan tersebut.
Carla menyelidik setiap detail tubuh Eren, dia seperti mencari sesuatu. "Kamu tidak membawa apa pun? Buah tangan untukku, mana?"
"Tidak ada, ma'am tidak mengatakan apa pun padaku, selama aku di Maldives," Carla sontak mengerut. Padahal dia menunggu Eren membawakannya sesuatu.
"Kamu harusnya peka sedikit, tidak perlu menunggu aku meminta, seharusnya kamu langsung mengerti,"
"Jangan begitu ma'am, there is everthing for you. Tinggal katakan, apa pun yang ibu mau, aku belikan," Eren mengecup dahi Carla, sedangkan Carla menghela napas, kendati bibirnya masih mengerut, tapi dia berusaha melunak.
"Historia akan datang, aku hanya mau memberi tahu ibu," Eren kemudian berbalik, dia berjalan kembali. Sedangkan Carla mengikuti.
"Sounds good. Sepertinya banyak perkembangan dalam hubungan kalian?"
Eren lagi-lagi memutar mata, topik pembicaraan yang selama ini dia hindari, terus terbahas dari mulut Carla. "Sudah aku bilang tidak ada hubungan yang seperti itu di antara kita,"
Eren merespon dingin, seraya berjalan menaiki anak tangga. "Tapi di mata ibu kalian justru sebaliknya, lagi pula tidak ada salahnya, kan? Historia perempuan baik, sejauh ini yang ibu nilai seperti itu."
Eren semakin enggan mendengarnya, apa lagi kondisi dia yang masih kelelahan. Harusnya dia beristirahat dengan tenang, membicarakan yang menjurus ke arah wanita. Eren benar-benar malas, tidak punya energi.
"Aku tahu, tapi anakmu ini sungguh tidak mengharapkan hubungan, yang demikian. Ibu jangan terlalu berharap." Eren berusaha menekankan, jika dirinya belum siap untuk menikah. Kendati ucapannya sedikit tajam, Eren harap, Carla bisa mengerti.
Selepas tiba di depan pintu kamar, Eren memutar gagang pintu, kemudian masuk. Carla masih mengekori langkah Eren di belakang.
Raut Carla berubah keruh. Beliau menghela napas lagi. "Son, lekas menikah. Ibu dan Grisha sudah tua. Ibu tidak mau mati terlebih dahulu, tanpa melihat kamu di altar nanti,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Beastly Affection
FanfictionMIKASA. Wanita itu memilih Maldives untuk menghabiskan liburan musim panas. Tapi bukannya ia merasa gembira, kedatangannya malah membawa nasib sial. "Cleopatra dan Mark Antony saja saling jatuh cinta pada pandangan pertama. Malah, saking dalamnya ci...