BGM / Angela; flower face🌿
MALAM itu Eren mengantarkan Historia pulang ke apartemennya. Dia tentu tidak akan tega meninggalkan Historia pulang sendiri dalam keadaan mabuk. Eren tidak seabai itu. Waktu menunjukan tengah malam. Setelah percakapakan panjang mereka, Eren merasa jauh lebih lega. Seperti ruang hatinya kembali dipenuhi nama Mikasa. Sehabis ini pun dia sudah tidak sabar untuk segera pulang dan bertemu dengan Mikasa. Eren membulatkan tekad, besok dia akan membawa Mikasa ke rumahnya untuk bertemu Carla dan Grisha.
Eren membaringkan tubuh Historia di atas tempat tidur, secara hati-hati. Menyelimuti tubuh wanita itu di dalam kamar yang temaram. Kemudian Eren berbalik, di saat bersamaan, Eren melihat sesuatu yang menarik perhatiannya---di atas nakas samping tempat tidur Historia. Sebuah foto polaroid yang terasa familier. Eren mengambil selembar foto itu tanpa ragu. Di bawah sinar lampu tidur, lamat-lamat Eren bisa melihat. Sosoknya bersama seorang wanita yang saat ini dia cintai. Dia merangkul wanita itu dengan tersenyum lebar. Momen tersebut otomatis muncul kepermukaan, Eren ikut tersenyum mengingatnya.
Sekilas Eren menoleh kebelakang. Memandang wajah Historia yang tertidur, kini dia sadar. Wanita itu pasti sudah tahu dan terbebani sejak lama. "I really sorry," bisik Eren lalu memutuskan pergi dari rumah tersebut.
Range Rover Eren melesat cepat di jalan tengah malam. Dia memindai satu-persatu toko perhiasan, berharap salah satu tokonya masih dalam keadaan buka. Namun nihil, sebanyak apa pun Eren pergi ke tempat satu---ke tempat lainnya. Semua toko perhiasan telah tutup. Eren gusar, besok Eren harus memiliki cincin untuk diberikan kepada Mikasa di depan Carla dan Grisha. Eren tengah memutar otak, apa ada seseorang yang bisa membantunya. Eren menepi di bahu jalan. Dia menyetop mobilnya sebentar untuk menghubungi seseorang. Tangan Eren bergerak lincah menekan speed dial nomer satu. Setelah terhubung dan nada tunggu menghilang, suara setengah baya menyahut di sebrang sana.
"Ya, son? Ada apa menelpon malam-malam?" katanya dengan suara setengah mengantuk.
"Maaf kalau aku menganggu tidurmu. Ma'am ... aku membutuhkan bantuan ..." pinta Eren nyaris putus asa. Napas lelaki itu tersenggal.
.
.
.Mikasa menunggu gusar. Tengah malam itu Mikasa tak kunjung tidur. Pesan dan panggilan Mikasa, tidak kunjung mendapat respon. Tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan pria itu. Mikasa hanya khawatir, kenapa dia belum pulang padahal sudah terlalu larut. Kenapa dia tidak membalas panggilan dan pesan Mikasa? Mikasa langsung berspekulasi, apa Eren begitu marah sehingga Mikasa diabaikan? Mikasa menggit bibir sambil menggenggam ponselnya, memeluk lutut di atas tempat tidur. Mikasa merasa bersalah. Mungkin ucapannya tadi siang terlalu tajam. Hingga Eren marah besar terhadapnya. Sekarang giliran Mikasa yang tidak tahu harus melakukan apa.
Saat lampu sensor menyala, tanda seseorang masuk ke dalam apartemen. Mikasa tereksiap, netranya membulat secara penuh. Okay. Mikasa kelimpungan tidak tahu harus bagai mana. Mikasa melirik ke kanan---ke kiri mencari solusi dari kebingungannya. Akhirnya yang bisa dia lakukan hanya lah, berbaring di tempat tidur. Secepat kilat menarik selimut kemudian menutup mata. Pura-pura tertidur. Mikasa mengatur napasnya senormal mungkin, dia tidak mau Eren tahu jika dia masih terjaga.
Eren naik ke mezanine. Menemukan kamar dalam keadaan gelap. Sosok yang dia elukan tengah tertidur damai di petiduran. Eren tidak mau membuat banyak suara atau keributan, sampai membuat wanita muda itu terbangun. Eren pelan-pelan melangkah, menaruh sneli dan clutch-nya di atas sofa. Lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah melakukan kegiatan tersebut, Eren kemudian pergi tidur. Tertidur di samping Mikasa tanpa membuat skin-ship apa pun. Mikasa yang masih terjaga, entah kenapa kian murung.
PAGI-pagi sekali. Eren terbangun lebih dulu. Dia mandi dan menyiapkan sarapan lebih dulu. Meninggalkan sarapan tersebut dia atas meja makan bersama secarik note. Berisi pesan ingkat jika Eren tengah pergi ke sebuah tempat. Dia juga meminta Mikasa untuk tidak pergi ke mana pun, karna tak lama lagi Eren akan kembali ke rumah. Mikasa yang terbangun lebih siang memindai weker di atas nakas. Pukul 7 pagi. Biasanya Eren akan berangkat bekerja pada pukul 8. Namun saat dia memeriksa seisi rumah lelaki itu tidak nampak.
Sampai Mikasa menemukan kertas note di atas meja, di samping piring toast, telur ditaburi oregano, dan bacon. Pikir Mikasa, mungkin Eren sedang jongging. Mikasa tidak mau ambil pusing, meski sebenarnya kejadian semalam masih membuatnya terganggu. Yang biasa Eren pulang menyapa, atau mengusilinya dengan kecupan di kening. Semalam tidak. Mikasa kian berspekulasi. Pasti Eren benar-benar marah, sekarang Mikasa harus berbuat apa? Memohon ampun? Mikasa meremas sebagian tambutnya. Dia mendesis. Well. Akan Mikasa lakukan.
Sesuai dengan ucapannya. Eren kembali hadir di rumah membuat Mikasa terkejut. Dia sudah terlihat lebih rapih sebelumnya. Mikasa sudah mandi dan berganti pakaian. Terbukti ada wangi rosemary yang mengelilingi Mikasa. Saat Eren masuk ke dalam rumah, Mikasa segera mengahampiri. Mikasa mendekat dengan langkah dan tatapan tegas. Eren hanya terdiam, dia membuat tatapan kosong. Eren terlihat sedikit lelah. "Maafkan aku, ucapanku terlalu berlebihan kemarin. Sungguh aku minta maaf. Aku tahu kamu marah padaku. Aku juga tahu betapa seriusnya dirimu ... tapi maaf---tidak seharusnya aku meragukanmu. Aku tahu kamu terluka atas perkataanku kemarin. Aku tidak bermaksud," kalimat Mikasa belum sepenuhnya tuntas. Wanita itu berbicara patah-patah sambil merunduk. Eren mendekat tetap terdiam. Dia menutup jarak di antara mereka.
Dengan gerakan cepat, Eren menangkup wajah Mikasa dengan kedua tangannya. Sinar fajar menorobos celah tirai jendela. Hangat. Langit biru tak tersaput awan. Hari ini akan menjadi momen berharga untuk Eren. Dia mencium bibir wanita itu yang mematung. Membuat ciuman yang menuntut hingga wanita itu kelu. Mata almond Mikasa terbuka lebar-lebar, memandangi Eren yang sebaliknya. Pria itu terpejam menikmati ciuman. Menyapu habis permukaan bibir Mikasa. Di saat yang bersamaan. Mikasa memeluk Eren erat-erat. "Aku sedang meminta maaf, bodoh. Kenapa malah menciumku?" tungkasnya saat hendak menarik napas.
Eren membelai wajah Mikasa dengan ibu jarinya. Membelai amat lembut, tatapan dingin Eren berangsur meneduh. "Kamu masih marah padaku?" tanya Mikasa, saat Eren mempertemukan ujung hidung mereka masing-masing. Wajah mereka nyaris tak berjarak. Eren menggeleng dan tersenyum jenaka. "Aku tidak marah. Justru aku bingung harus memeperlakukanmu seperti apa. Hey. Apa aku terlihat tidak mencintaimu?" Mikasa mendesah. "Entah lah. Tapi jika aku bertanya padamu, apa kamu mencintaiku. Kamu akan menjawab apa?"
"Tentu. Aku mencintaimu." Ada aroma segar keluar dari mulut Eren, itu membuat Mikasa gembira. Sepeti ada bunga bermekaran di atas kepalanya. Mikasa kian menarik kedua sudut bibir. "Seandainya kamu tidak mencintaiku, maka dunia kuanggap telah hancur." Eren membelai rambut Mikasa, kemudian turun ke leher, perlahan memegangi kedua bahu Mikasa. Eren kecup lembut bibir Mikasa. Kedua orang itu tersenyum jenaka.
"Kamu menatapku dingin seperti tadi saja sudah membuatku takut. Ya, sekarang aku tahu, ternyata aku lebih takut jika kamu tidak mencintaiku. Aku tahu ini terdengar membual." Eren berkelakar. Ini pertama kali melihat Mikasa bisa berkata-kata, yang menurutnya memalukan untuk diungkapkan. Begitu juga Eren. Dia tidak pernah mengeskpresikan perasaanya secara jelas. "Mulai sekarang aku akan mengatakan apa yang kamu ingin dengar." Mikasa memgangguk setuju. "Baik lah, kita akhiri adegan dramatis ini. Aku mau, kamu sekarang siap-siap. Aku mau membawamu ke suatu tempat."
"Ke mana?" Mikasa berkerut.
"Kejutan. Cepat ganti bajumu dan merias diri secantik mungkin. Get it?"
"Now?"
"Yeah, right now," tegas Eren lagi. Mengusap pipi Mikasa yang seputih salju.
.
.
.WP sepertinya sedang error. Author gak bisa apply gambar huhu. Ngetik ngerush, Im so sorry to say. Author kebetulan lagi libur sampe akhir pekan. Sebenernya ada acara, tapi author memutuskan untuk gak ikut bergabung. Demi menuntaskan BA. Lol see ya di detik-detik akhir cerita ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Beastly Affection
FanfictionMIKASA. Wanita itu memilih Maldives untuk menghabiskan liburan musim panas. Tapi bukannya ia merasa gembira, kedatangannya malah membawa nasib sial. "Cleopatra dan Mark Antony saja saling jatuh cinta pada pandangan pertama. Malah, saking dalamnya ci...